Pembunuh Berantai?

87 25 36
                                    

Aileen, seorang gadis berusia 19 tahun sedang mengendarai mobil di jalan raya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tidak peduli dengan semua suara klakson yang memburunya. Ia tetap fokus melaju dengan sesekali melirik jam tangannya. Hanya tersisa waktu 5 menit untuk sampai di sebuah tempat yang ia yakini, akan ada pembunuhan di sana.

Dirinya menggeram kesal saat melihat ada sebuah truk di depan mobilnya. Malam ini pun terbilang cukup ramai, yang membuat jalanan sesekali terkena macet.

"Argh!" kesalnya memukul stir mobil. Ia pun melihat kaca spionnya yang sedang memantulkan wajah cantiknya. "Ah! Lupa makeup, lagi!" geramnya tambah kesal. Segera saja ia mengambil peralatan makeup-nya dan berias dengan cepat.

Setelah selesai, ia segera menaruh kembali dan melihat suasana jalanan yang tak bergeming sedikit pun. Ia menghela napas kasar.

Tanpa berpikir lagi, ia segera keluar dari mobil dengan menggunakan tas ransel di pundaknya. Tidak peduli dengan mobilnya yang di taruh di tengah jalan. Baginya, nyawa seseorang lebih penting.

Ia berlari sekuat mungkin tanpa henti. Ia memilih memasuki gang-gang kecil yang gelap untuk memotong jalan. Sesekali ia melirik jam tangannya yang membuat ia mempercepat larinya.

"Tinggal dua menit lagi?!" ucapnya dengan napas yang tersenggal. Segera saja ia lari ke tempat yang ia yakini pembunuh itu akan ke sana.

Jalanan yang bebatuan membuat dirinya kesulitan dalam berlari. "Ya ampun!" dumelnya sambil memberhentikan larinya.

"Aku lepas aja, deh." Aileen pun segera melepas sepatunya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia segera melirik jam. "59 detik lagi?! Apa aku sanggup?" tanyanya pada diri sendiri sembari menyeka keringatnya. "Sanggup, Aileen! Kau harus sanggup!" semangatnya pada diri sendiri. "Bisa!" Ia pun mulai berlari kembali. Walau rasanya seperti tidak mungkin, ia tetap harus berusaha.

Kakinya yang tanpa alas itu menyebabkan luka-luka ringan pada telapak kakinya yang terus-menerus menginjak bebaruan. Namun hal itu, tak membuat Aileen berhenti dalam berlari. Ia semakin gencar untuk menangkap si pembunuh itu.

Aileen memberhentikan larinya saat ia sudah dekat dengan sebuah tempat tujuannya, yaitu 'John Office' perusahaan milik Pak John, seorang pria terkaya ke-4 di seoul.

"TOLONG!!"

Aileen segera mengedarkan pandangannya. Suasana di sekitaran sini sangat sepi. Tak ada orang satu pun yang lewat. Perusahaan ini memang jauh dari jalan raya.

"Siapa itu?" tanya Aileen waspada. Ia meneguk salivanya. Mengapa hawanya merinding seperti ini?

Aileen pun melangkah ke sumber suara yang ia duga dari arah barat.

Kakinya mulai bergetar hebat, saat ia melihat bayangan dua sosok yang sedang bercekcok, sepertinya akan terjadi hal buruk. Terlihat, satu dari dua orang tersebut sedang memegang pisau.

Aileen memang sudah terbiasa menangani ini. Namun, ia jarang sekali melihat pembunuhan secara langsung. Biasanya, ia hanya akan diminta untuk mencaritahu siapa tersangka.

Ia pun berancang-ancang untuk mengambil senapan yang berada di tasnya.

"To-tolong! Kau mau apa? Aku tak kenal dengan kau, Pembunuh gila!" teriak seroang pria paru baya yang sepertinya akan menjadi mangsa pembunuh itu.

"Tidak usah banyak bicara!" ucapnya terdengar dingin.

Aileen cepat-cepat menajamkan pendengarannya. Suaranya asing. Aku tidak kenal.

Ia pun segera mengenggam senapannya dan mulai berancang-ancang untuk menangkap si pembunuh itu.

Dengan gerakan cepat, Aileen langsung berlari ke arah belakang pembunuh itu. "JANGAN BERGERAK! PEMBUNUH BERANTAI!" teriak Aileen yang langsung mengarahkan pistolnya ke arah pembunuh itu.

TRAGEDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang