CURIGA?

27 6 9
                                    

"ELVINA?!"

Ketiganya terkejut dan menghampiri gadis itu.

"Kau kenapa, Elvina?" tanya Aileen.

Elvina terisak. "Aku melihat pembunuh itu lagi, dia juga melihatku dan mengancamku."

Aileen mengangguk paham, "Sepertinya aku mengerti, mengapa ia mengejarmu. Ia akan terus mengejar seseorang yang mengetahui kehadirannya."

Elvina tampak terkejut.

"Kau tahu ia lari ke mana?"

Elvina mengangguk ragu.

"Ke mana? Beritahu kami, cepat!" perintah Aileen.

Elvina menggeleng, "A-aku tidak boleh memberitahu kalian. Karena aku diancamnya."

Aileen mengusap pundak Elvina. "Beritahu saja. Kau tidak akan terluka. Karena kami dilindungi oleh pihak polisi. Aku jamin, kau tidak akan kenapa-napa." Aileen terus mencoba.

"Ba-baik, Kak. Pembunuh itu berlari ke arah kiri."

"Ya sudah, mari ikut kita!" Elvina mengangguk setuju.

Keempatnya pun berlari ke arah kiri. Terus mencari Tuan Lobert dan juga pembunuh itu. Mereka pun terus menelusuri gang-gang sempit. Karena kemungkinan saja, pembunuh itu ke sana.

Sudah hampir 1 jam lamanya mencari. Namun mereka belum menemukan apa-apa.

Maheswara melirik jam tangannya, 03.45.

"Sekarang sudah hampir pukul 4 Pagi. Lebih baik kita istirahat dulu dan menyusun rencana. Lalu Pagi nanti kita lanjutkan pencarian."

Semuanya mengangguk setuju dan berjalan ke arah Mobil Erol kembali.

Disela-sela perjalanan, Maheswara bertanya pada Elvina. "Kenapa Pagi-Pagi buta kau ada di sekitar sini, Elvina?"

Gadis itu menatap Mahesewara, "Tadi aku ingin mencari makan, Kak. Aku lapar."

"Ya sudah, kau makan di rumahku saja, ya?"

Elvina mengangguk, "Mau, Kak!" semangatnya. "Apa besok Pagi aku boleh ikut bersama kalian? Siapa tau aku bisa menolong," pinta Elvina.

Aileen menatap Erol. Namun laki-laki itu hanya menatap datar dan mengalihkan pandangannya. Aileen pun langsung menatap Maheswara, "Bagaimana, Wara? Kau setuju?"

Maheswara mengangguk, "Aku setuju-setuju saja, asal Elvina tidak ada di sekitar kami saat nanti suasananya berbahaya, kau harus menjauh, El. Mengerti?"

Elvina mengangguk bersemangat, "Mengerti, Kak!"

🔪🔪🔪

Aileen, Erol, Maheswara dan juga Elvina sedang merencanakan sesuatu.

"Tadikan kata Elvina, pembunuh itu lari ke arah sini, maka nanti kita akan ke sini. Kita akan mencari tahu lewat jalur sini." Maheswara berbicara sambil menggambar sesuatu di kertas.

Aileen menggeleng, "Aku tidak setuju. Karena tidak pasti dia ada di sana, tapi kita akan ke arah Timur dari Liga's City. Kita akan melanjutkan pencarian kemarin. Karena sudah pasti, di sana-lah tempat si pembunuh."

Erol mengangguk, "Aku setuju sekali."

"Ya sudah, aku setuju." Maheswara ikut mengangguk.

Elvina hanya diam saja memperhatikan ketiga manusia cerdas itu.

"Sekarang sudah jam berapa?"

"Sudah pukul 06.10," jawab Erol.

TRAGEDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang