Pembataian Di Rumah Sakit 2

54 13 18
                                    

Seorang jaksa muda sedang sibuk melompati mayat-mayat para suster dan dokter yang bergelimpang begitu saja di lorong-lorong rumah sakit.

Dirinya sesekali bergidik ngeri melihat jari-jari putus yang berjumlah banyak. Benar kata Aileen, dia bukan hanya seorang pembunuh, tetapi juga seorang psikopat, atau lebih tepatnya, seorang mutilasi. Erol rasa, semua pekerjaan buruk diborong oleh pembunuh itu.

Dirinya langsung berlari waktu melihat pintu yang bertuliskan 'Ruang Medis' di ujung sana. Cepat-cepat ia masuk ruangan itu dan mengambil alat tajam apa saja.

Rasanya, jika tidak mengingat hukum, sudah dipastikan, Erol akan membunuh manusia itu dengan ganas. Namun sebagai jaksa, ia hanya ditugas menemukan dan menangkap sosok yang belum diketahui indentitasnya.

Setelah mengambil gunting stainless dan alat tajam lainnya, Erol kembali berlari ke ruangan Aileen, ia jadi takut, kalau gadis itu akan terluka dan pasti akan merepotkan dirinya.

Sedang di lain tempat, Aileen sedang terseok-seok dalam larinya. Darah yang disebabkan oleh kakinya menetes banyak di lantai-lantai rumah sakit yang mengkilap.

Awalnya Aileen terkejut saat melihat satu bola mata yang menggelinding di lantai. Namun, sebisa mungkin Aileen hiraukan dan terus berlari walau tertatih-tatih.

"Argh! Di mana Erol?! Aku harus ke mana sekarang?!" geramnya dengan kesal.

"DETEKTIF AILEEN!"

Aileen tersentak dan cepat-cepat menoleh ke belakang, merepotkan! Itu si pembunuh tak berakal.

Cepat-cepat Aileen berlari kembali. Dirinya sesekali merintih kesakitan karena betisnya yang ia yakini, bolong.

Dirinya mengulum senyum saat melihat sebuah lift di depan sana. "Aku tinggal saja Erol. Aku tidak peduli." Ia pun menoleh ke belakang dan benar saja, pembunuh berantai itu mengikuti dirinya dan sekarang semakin dekat.

Aileen semakin mempercepat dalam larinya dan berhasil! Ia sudah memasuki lift.

Aileen pun cepat-cepat menekan tombol turun. Karena ruangan ia berada di lantai 5. Aileen sedikit panik saat lift tidak juga tertutup. "Kenapa ini?!"

Matanya seketika membulat sempurna saat melihat pembunuh itu semakin dekat. "Argh!" Ia yang sudah geram pun meninju tombol lift. Hal itu membuat lift bergoyang tidak beraturan. Namun, seketika pintu lift mulai tertutup.

Aileen tersenyum puas, ia pun mulai menatap pembunuh itu yang sedang berlari padanya. Pembunuh sialan! Merepotkan! geram Aileen setengah mati.

Cepat! Kenapa pintunya lamban sekali?!"

Tak!

Tiba-tiba saja tangan pembunuh itu berada di tengah-tengah pintu lift yang membuat pintu itu kembali terbuka lebar.

"Mau ke mana, Detektif Aileen?" tanya sang pembunuh.

"Pergi kau! Kau mau kutangkap?!" bentak Aileen pada pembunuh itu.

Laki-laki itu mulai memasuki lift dengan perlahan yang membuat Aileen siap siaga. "Kau menangkapku? Atau aku yang melukaimu?" ujarnya sambil memperlihatkan pisau lipatnya.

Aileen tak bergeming, ia tetap menatap tajam pembunuh yang di hadapannya ini. Matanya langsung teralihkan oleh pintu lift yang akan tertutup. Cepat-cepat ia menonjok perut laki-laki ini.

Dak!

Seketika pembunuh itu terlempar hingga ke dinding lift. Cepat-cepat Aileen berjalan keluar. Namun, seketika tangannya dicekal oleh pembunuh itu. "Mau ke mana?" tanyanya remeh.

TRAGEDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang