Lagi dan lagi Aileen menggeram kesal, saat ia mengingat kembali kejadian kemarin malam. Rasanya ingin sekali berlari pada pembunuh itu dan mencakar habis wajah busuknya. Menggores habis tubuh tak bergunanya itu. Mencabuti seluruh jarinya yang membuat dirinya pusing karena tak bisa menangkapnya.
Namun apa daya? Ia sekarang sedang di rumah sakit akibat luka yang didapatinya. Erol ikut menemaninya di dalam rumah sakit. Jaksa itu sedang memainkan ponselnya.
"Hei, Erol! Mari kita susun rencana!" ajak Aileen dengan sedikit berteriak. Ia melirik jam sekilas, 23.00. Itu tandanya, ia sudah hampir seharian di rumah sakit ini.
Erol mematikan ponselnya, "Membuat rencana malam-malam? Apa kau bisa berpikir jernih nantinya?"
Aileen mendelik tidak percaya, "Kau pikir aku siapa, ha? Kau pikir aku modeling? Kau pikir aku orang kantoran atau seorang guru? Aku ini detektif! Ingat itu! Aku selalu membuat rencana jam 1 malam ke atas, kau tahu?" Seketika Aileen tertawa remeh, "Jangan-jangan kau selalu bekerja saat siang hari, ya?"
Erol membuang napas kasar, "Aku tak butuh ledekan basimu!"
Aileen membuka mulutnya seketika, "Kau sombong sekali!"
"Sudah lupakan hal yang tak penting untuk dibicarakan," ujar Erol pada akhirnya. "Sekarang, mari kita mulai merencanakan untuk menangkap pembunuh sialan itu!" Erol pun menarik kursinya agar lebih dekat dengan nakas Aileen. "Apa yang kau ketahui tentang pembunuh itu?"
Sebelum bicara, Aileen mengedarkan pandangannya terlebih dahulu. Ia tak mau, pembunuh itu mendengar rencananya. Merasa keadaan aman, ia pun mulai menatap Erol, "Aku curiga, ia seperti mempunyai maksud dengan membunuh-"
"Sudah pasti mempunyai maksud! Tidak mungkin dia asal membunuh, kau pikir dia gila?" sela Erol begitu saja.
Aileen benar-benar menahan kesabarannya kali ini, "Aku belum selesai bicara! Kau jangan main asal sela! Dengarkan dulu! Satu lagi, suaramu tolong kecilkan, aku curiga pembunuh itu seorang psikopat."
Erol membulatkan matanya, "HAH? YANG BENAR?!" tanyanya dengan berteriak.
Seketika Aileen meninju pipi jaksa itu, "Sudah kukatakan, kecilkan suaramu, bodoh!" Ia benar-benar tidak peduli tiang infusnya bergeser karena ia memukul jaksa itu.
"Kau hanya kelihatannya saja muda, tapi tenaga kau tak main-main, ya." Erol mengusap hidungnya yang sedikit berdarah.
Aileen menyeringai, "Kau kelihatannya saja tegas, tapi pertahanan kau tidak ada apa-apanya, ya?"
Erol menghembuskan napasnya, "Lanjut."
Aileen mengangguk, "Setelah empat hari berturut-turut pembunuh itu beraksi, aku sudah menyimpulkan, bahwa ia hanya mempunyai satu tujuan," terang Aileen menatap jaksa itu dengan serius. "Dari semua data dan bukti yang aku kumpulkan dari awal pembunuh itu beraksi, aku menemukan jawabannya, bahwa ia hanya membunuh, para pengusaha terbesar di seoul. Pertama, ia membunuh pemilik toko 'Pet Shop' yang bernama, Alexandrian. Pengusaha sukses yang sudah mejalankan usahanya dari 7 tahun yang lalu. Aku selalu mencari asal usul sang korban-" Ucapan Aileen seketika terhenti, saat ia mencium aroma yang pernah ia hirup sebelumnya.
Darah siapa ini? Pembunuh itu lagi? batin Aileen menerka-nerka.
Erol yang melihat perubahan wajah Aileen pun membisik pada gadis itu, "Kau kenapa?" bisiknya.
Aileen menggeleng lalu mengidikkan bahunya, "Apa kau membawa senapan?" bisiknya pada Erol.
Erol pun mengangguk sebagai jawaban, ia segera mengambil senapan itu, "Aku bawa kena-"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAGEDI
Mystère / Thriller⚠️ Banyak adegan kasar! ⚠️ "Saat semua orang tertawa, saat itulah aku menusuk mereka tanpa mereka sadari." "Bunuh, bunuh dan bunuh!" ••• "Dia tak mungkin bisa lari dariku, bahkan aku bisa menci...