8. Leon kedua
How can i love the heat break?
-Anna
[Now Playing]
To the bone- Pamungkas
00:15 ━━━━⬤─────── 03:35
↺ << ll >> ⋮≡
***
"Undangan?" Anna terheran sambil meraih kertas berwarna mocca dengan bungkusan elegan bertuliskan Alan & Alea. Bajingan. Dada Anna bergemuruh, tangannya bergetar ingin sekali melampiaskannya dengan menampar setidaknya.
Leon mengambil paksa kertas di tangan Anna lalu menatap Alan seakan Alan adalah mangsanya saat ini. Leon melayangkan tinjunya tepat di hidung Alan yang langsung mengeluarkan darah. Jeno panik dia segera menahan Leon dan menjauhkannya dari Alan.
Anna masih menatap Alan tak habis pikir. Dan jantungnya masih berdegup kencang, menuntut penjelasan dari Alan. "Gue hamilin sahabat lo duluan. Dateng ya ke pernikahan ini, walaupun terpaksa. Gue harap lo dateng karena Alea sahabat lo sendiri" ujar Alan datar lalu meninggalkan Anna sendirian.
Anna meneguk ludahnya dan sialnya lutut Anna sudah tak sanggup menopangnya berdiri. Anna terduduk lemas merutuki dirinya yang mau saja tebuai rayuan setan bernama Alan. Perempuan yang sedang dalam keadaan hamil itu memukul perutnya sendiri berkali-kali sambil menangis histeris dan mengumpat Alan lebih dari 7 kali.
Bukan hanya dirinya yang menjadi korban. Si bajingan satu itu juga merusak sahabatnya. Jeno tiba-tiba menahan tangan Anna dari depan dan memeluk Anna menenangkannya. Anna terisa di bahu Jeno, tidak peduli siapa. Dia memang sedang membutuhkan bahu saat ini.
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
Anna mulai menjauhkan dirinya dari pundak Jeno. "So-sorry, pundak lo peg-gel ya?" kata Anna masih sesegukan. "It's okay. Mau nangis lagi?" tanya Jeno pada Anna sambil merentangkan tangannya lebar dan menepuk bahu kirinya sendiri dua kali. Anna menggeleng "Leon mana?" Anna malah balik bertanya pada Jeno.
"Di luar" jawab Jeno.
Anna langsung berlari melesat ke arah luar gedung. Pasalnya tadi Alan juga berjalan keluar. Jeno ikut mengejarnya dari belakang tapi langkahnya tidak secepat Anna. Benar saja, diluar sedang turun salju tapi kedua orang itu sedang bertengkar bahkan hingga berguling di tanah. "Yon UDAH!" Anna menahan tangan Leon tapi Leon menepisnya.
Anna berusaha menarik Leon "LEON! UDAHH!" Dan berhasil. Saat Leon akan menyerang Alan yang sudah tergeletak lemas, Anna memegang kedua pipi Leon. Netra mereka bertemu "Udah" ujar Anna Lembut, lalu dia memeluk erat Leon. Leon membalas pelukannya semakin erat.
Alan bangkit, tangannya sudah mengepal bersiap menonjok Leon. Tapi Jeno sudah sampai jadi dia bisa menahan amarah Alan. Jeno membawa Alan masuk ke dalam Apartemen sedikit menyeretnya. Anna juga menangis di pelukan Leon.
"Gue gapapa Yon. Lo gak perlu kayak tadi" Anna membuka suaranya saat berada di bahu Leon. "Orang setengah babi kayak dia gak bisa lo biarin Na" balas pria itu masih dengan detak jantung yang tidak beraturan. "Na, maaf gue gak bisa jagain lo dengan bener" Suara Leon mulai mengecil.
"Bukan salah lo. Ini salah gue Yon, jangan salahin diri lo sendiri" Anna melepas pelukannya. Anna membawa Leon duduk di kursi taman yang ada di dekatnya. Mereka berdua terdiam tak ada suara, masih tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
Tiba-tiba ada suara orang berteriak dari belakang. Anna dan Leon melirik ke belakang melihat Jeno membanting tas yang baru diketahui pemiliknya adalah Alan yang langsung mengambil tas itu lalu pergi dengan ekspresi marah. Jeno langsung kembali ke dalam.
"Pulang?" tanya Anna sambil mengulurkan tangannya pada Leon. Pria itu menatap Anna teduh, mengenggam tangan Anna lalu mengangguk. "Yuk" Leon berdiri sambil menggandeng Anna menuju dalam Apartemennya.
"Gue bingung kenapa gak ada satpam yang lerai tadi" Anna menunggu jawaban Leon.
"Gue suruh beli tteoboki satpamnya biar pergi jauh" Jawab Leon sambil terkekeh.
"Bisa-bisanya kepikiran" Anna menggeleng heran dengan sahabatnya satu ini.
Jeno ikut tersenyum melihat obrolan antar sahabat ini. "Saya iri sama kalian" kata Jeno sambil menyilangkan tangannya di dada. "Kenapa?" tanya Anna bingung. "Saya juga pengen punya sahabat, pernah punya. Tapi sekarang sudah tidak ada" Raut Jeno berubah sedih.
"Kalo gitu. Sekarang kita sahabatan" ujar Leon sambil menaik turunkan alisnya pada Jeno dan Anna.
"Jen" panggil Anna sambil memegang perutnya.
"Apa?"
Belum sempat Anna menjawab tiba-tiba...
TING-TONG
Suara Bel Apartemen berbunyi. "Tteobokinya datang" kata Leon sambil berjalan ke arah pintu lalu membukanya."MAU APA LAGI LO?" tapi suara Leon malah meninggi. Jeno langsung datang menghampiri Leon dan Alan yang ada di depan pintu.
"Hp gue ketinggalan" ujarnya santai. Anna menarik tangan Leon agar masuk ke dalam. Anna memperlihatkan Handphone Alan tapi saat Alan akan mengambilnya dia langsung menyimpan Hp Alan Di lantai luar lalu menutup pintunya.
Lalu belnya berbunyi lagi. Saat melihat di kaca bulat pintu Anna kira itu adalah satpamnya, karena di tangannya ada tiga kresek berwarna putih. Anna membukanya lalu memberikan sejumlah uang pada satpam agar segera pergi. Wangi tteobokinya membuat perut Anna berbunyi.
Dia segera menyiapkan tteobokinya agar bisa dimakan. Membawanya ke ruang keluarga dimana Leon dan Jeno sedang menonton acara TV talk show kesukaan Leon. "Makan makan" Anna menyadarkan keduanya dari fokus menatap tv.
"Boleh saya tanya sesuatu?" kata Jeno.
"Soal Alan?" Leon balik menanya. Jeno mengangguk "Boleh" jawab Leon singkat.
"Anna?" Jeno melirik Anna, mengerti maksud Jeno Anna mengangguk "Gapapa, tanya aja" kata Anna. "Dia suka drugs?" tanya Jeno to the point membuat Anna menaikan sebelah alisnya "Maksudnya?" Anna bingung.
***
┏━━━✦❘༻༺❘✦━━━┓
Jangan lupa untuk vote
karena itu membuat saya
semangat melanjutkan
cerita ini terimakasih┗━━━✦❘༻༺❘✦━━━┛
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah kesalahan [End]
Teen Fiction"Alan aku hamil." Anna menatap Alan dengan mata berkaca-kaca. "Nggak, gak mungkin Na!" Alan menggeleng. "Tapi itu kenyatannnya Alan. Anna hamil, kalo Alan gak mau tanggung jawab gapapa. Anna bisa urus bayi ini sendiri." Anna sudah tak tahan, dia l...