15. Happier
Kebahagiaanmu itu, kamu yang ukir sendiri. Jangan pernah mengandalkan orang lain untuk membuatmu bahagia karena kadar kebahagiaan seseorang didapat dari dirinya sendiri.
-Anna
[Now Playing]
To My Youth - Bolb4gana
00:55 ━━━━⬤─────── 03:38
↺ << ll >> ⋮≡
***
"Anna, Mama lagi di luar pulau Jawa. Kenapa ngedadak banget sih?" Gerutu Rima di Handphone membuat Anna sedikit menjauhkan benda itu dari telinganya.
"Ya maaf mah, Anna juga di undangnya ngedadak. Kalo Mama gak bisa gapapa, Anna juga besok harus mulai sekolah lagi kan" Perempuan berdress mocca itu memberi pengertian kepada ibunya.
"Minggu depan Mama ke USA, Rapat koordinasi semua cabang. Tapi masa anak Mama ke Indonesia gak ketemu sih?"
"Tuhkan, yaudah ntar aja kita ketemu di USA. Semangat kerjanya Mama! Salamin juga buat Papa yaa!"
"Yaudah deh nanti Mama salamin. Dadah sayang, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
"Eh Bentar!!"
"Kenapa Ma?"
"Siapa yang nikah Na?"
"Temen Anna Mah"
"Iya temen kamu siapa?"
"Tar juga mamah tau, udah ya Anna tutup dulu teleponnya. Mau siap siap pulang"
"Yaudah, Hati-hati yaa"
"Iya Ma"
Anna melipat baju kotornya lalu memasukkannya ke tas ransel. Dia harus menyiapkan makan malam ini untuk dua kucrut yang sudah kelaparan. Ini gara-gara mereka tadi di undangan makannya cimit-cimit. Dasar Jaim. Jadi Anna harus membeli Mie instan ke warung yang jauh malam-malam begini.
Wanita dengan sweater soft pink itu membeli 3 Mie kuah Instan dan telor sekilo. Ditambah Beras dan cemilan lainnya.
"Udah neng?" Tanya si Ibu Warung sambil melihat apa yang dikumpulkan Anna.
Dia mengangguk sambil merogoh saku "Berapa semuanya bu?" tapi tunggu dia tidak menemukan apapun.
Dompetnya tidak ada.
Anna menggaruk rambutnya yang tidak gatal sama sekali.
"Emm.. Bu saya pulang ke rumah sebentar ya. Nanti balik lagi kesini, dompet saya ketinggalan," ujar Anna setengah malu, bisa-bisanya dia meninggalkan uang untuk beli makanan.
"DOR!" Kaget seseorang dari belakang tubuh Anna.
"Aaaaaa" Teriak Anna dan si Ibu.
Anna berbalik ingin melihat siapa yang membuatnya dan ibu warung terkejut. Tampaklah wajah tak bersalah dari Leon sambil menyodorkan dompet Anna tepat di depan muka perempuan itu.
Untung Leon, kalau bukan mungkin Anna akan langsung slengkat orang itu.
"Si Aa, untung ibu gak mati kena serangan jantung" Kata si ibu warung menatap Leon dendam.
"Hehe.. Maaf bu, kaget ya?" Leon menyengir kuda menyadari kejahilannya malah jadi dua sasaran.
"Sedikit, untung ganteng. Kalo nggak udah ibu usir dari sini." Balas ibu Warung sambil mesem-mesem gak jelas.
"Ini uangnya Bu, kembaliannya buat ibu aja ya makasih" Anna menyodorkan selembar uang berwarna biru, mengambil kresek belanjaannya lalu segera melangkah pulang.
Leon mengikuti langkah Anna berusaha mensejajarkan langkahnya.
"Na!" Leon merangkul bahu Anna sambil berjalan.
"Hm?" Anna masih kesal karena tingkah Leon yang kekanakan tadi hampir merenggut ketenangan detak jantungnya.
"Maaf" Ujar Leon membuat perempuan ber-sweater itu menghentikan langkahnya.
"Iya, tapi gak usah kagetin gue lagi. Ntar gue tabok mau?" Telapak tangan Anna dipamerkan di udara.
"Bukan soal itu" Leon menggeleng.
"Terus?" Anna menaikkan satu alisnya penasaran.
"Selama ini gue malah suka Alea, bukan lo."
Degg! Serangan tiba-tiba dari Leon membuat Anna merasakan panas di menyeruak di rongga dadanya.
"J-jeno kasih tau lo ya? Gausah di dengerin dia itu ngaco. Yakali gu-"
"Sttt ... Gausah bohongin perasaan lo sendiri."
Telunjuk Leon menempel di bibir Anna yang membuat perempuan itu meneguk ludahnya kasar.
"Apasi Yon? Gak jelas ah!" Anna memalingkan wajahnya yang memerah.
"Maaf ya Na, gue suka banget sana Alea sampe-sampe gak sadar kalo lo punya rasa lebih ke gue" Leon berjalan duluan dan mengisyaratkan Anna untuk mengikutinya dari belakang.
Perasaan Anna? Sakit tentunya, Leon berterus terang tanpa ada tanda sebelumnya. Dia belum bersiap untuk terlihat tegar dan percaya diri.
"Dan sekarang masih?" tanya Anna dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Mungkin iya, tadi gue liat dia di pelaminan sama Alan rasanya masih sakit sampe sekarang."
Sesak sekali epribadi.
Anna terisak sambil mengikuti langkah Leon dari belakang. Laki-laki berbahu lebar itu hendak berbalik, "Gak usah liat gue. Terus jalan kedepan. Anggap gue gak pernah suka sama lo. Anggap kita gak pernah omongin soal ini. Gue gak mau lo berubah cuma karena gue yang punya rasa lebih sama lo" Peringatan Anna, entah mengapa rasanya lebih sakit dari melihat Alea bersanding di pelaminan bersama Alan tadi.
Leon terus berjalan ke jalan gelap dengan lampu redup di depannya. Menuruti kata gadis itu agar dia tidak semakin terluka.
Satu langkah. Apakah langkahnya benar kali ini? Dua langkah, Sebenarnya apa yang ada di pikiran Leon sampai dia seperti ini?
Tiga langkah, ini tidak boleh terjadi.
Leon tidak bisa membiarkannya, dia berbalik berlari ke arah Anna dan langsung memeluknya.
"Maafin gue Na" Mata Leon juga sudah berkaca.
"Lo gak perlu minta maaf, salah gue punya rasa lebih sama lo. Lo gak perlu merasa bersalah dan kasihanin gue." Anna membalas pelukan Leon dengan sangat erat hingga bisa merasakan detakan jantung Leon di telinganya.
Mobil berukuran besar berjalan dengan kecepatan tinggi dari arah belakang Anna.
"WOYY AWASS!"
*****
┏━━━✦❘༻༺❘✦━━━┓
Jangan lupa untuk vote
karena itu membuat saya
semangat melanjutkan
cerita ini terimakasih┗━━━✦❘༻༺❘✦━━━┛
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah kesalahan [End]
Teen Fiction"Alan aku hamil." Anna menatap Alan dengan mata berkaca-kaca. "Nggak, gak mungkin Na!" Alan menggeleng. "Tapi itu kenyatannnya Alan. Anna hamil, kalo Alan gak mau tanggung jawab gapapa. Anna bisa urus bayi ini sendiri." Anna sudah tak tahan, dia l...