10. Persahabatan

377 19 4
                                    

10. Persahabatan

Aku tak pernah membencimu. Aku hanya berhenti memberi rasa pada orang yang mematahkanku berkali kali.

-Anna

[Now Playing]

Terlalu tinggi - Juicy Lucy

00:15 ━━━━⬤─────── 02:35

↺ << ll >> ⋮≡

***

"Loh Na? Lo gak sekolah hari ini?" tanya Leon cemas di seberang telepon.

"Gue di airport. Ada apa Yon?" Anna melihat jam terbangnya yang tinggal menunggu setengah jam lagi.

"Lo mau ke Indo? Ngapain Na? Gausah!" Leon malah kesal sendiri.

Mengingat tanggal undangan Alan kemarin adalah besok pernikahan Alan dan Alea.

"Ibu kangen katanya. Alea juga mau nikah, masa gue gak dateng Yon?" Anna duduk memakan sandwichnya sambil mengapit hp diantara telinga dan bahunya.

"Gak bisa. Tunggu gue disitu, bentar jangan di matiin" Leon berlari dari ruang kelasnya menuju gerbang luar.

Sambil menenteng tas kemudian memberhentikan taksi. Yap, Leon menuju airport dengan cepat menggunakan taksi dan untungnya jalanan sudah lengang.

"Lo gila ya Yon?" Anna menatap Leon dengan seragamnya yang berantakan tidak percaya.

"Ikut"

***

"Jadi kalian benar-benar pulang ke Indonesia? Masih lanjut sekolah disini kan?" tanya Jeno disebrang telepon.

"Iyalah, mahal-mahal bayar disana" suara lembut Anna menghangatkan hati laki-laki korea itu.

"Bagus kalau gitu, saya mau lanjut belajar. Gurunya sudah datang. Hati-hati ya" Jeno memutus sambungan dengan cepat.

"Anna!" panggil Alea sambil berlari ke halamannya. Anna menoleh ke arah Alea sambil tersenyum kikuk entah harus merespon bagaimana "Selamat ya" ujarnya tulus sambil tersenyum. Mata Alea sudah berkaca-kaca bersiap mengeluarkan cairan bening. Hati Anna berasa di remas saat melihat Alea sedang mengelus pelan perutnya yang mulai membesar.

Anna memeluk Alea erat, beberapa menit kemudian Alea membuka suara "Maaf Na, kata temen-temen disekolah lo pindah gara-gara gue ya? Gue beneran ga bermaksud khianatin persahabatan kita Na." Alea tersedu-sedu di pelukan Anna merasa bersalah.

"Gapapa kok, lo kan tau Le. Stok cowo gue masih ada" Anna tersenyum miring mengetahui satu rahasia yang bekum di utarakan Alan pada Alea. Pria itu belum memberitahu Alea bahwa Anna juga sedang mengandung anaknya. Beruntung Alan masih tau diri untuk menjaga harga diri Anna.

Alea tersenyum kecil "Masih aja bisa kayak gitu. Padahal gue lagi serius Anna!" Alea mengerucutkan bibirnya.

"Gue mau tanya  yang agak serius sih. Tapi gak disini," Anna melirik keadaan rumah Alea yang ramai karena sedang di dekor.

"Eumm, Ke kamar gue aja gimana?" Alea menggiring Anna menuju ke kamarnya. Dulu mereka sering sekali menghabiskan waktu disini. Entah untuk push rank atau skin carean, bahkan marathon drakor hingga pagi.

Sekarang rasanya hampa, seakan semua itu sia-sia hanya karena seorang laki-laki bernama Alan yang merusak semuanya.

"Lea" panggil Anna lembut.

"Hm?" dehem Alea.

"Lo lakuin itu sama Alan atas dasar apa? Maksudnya seriosly?" Anna to the point.

"Anna, sebenernya Alan emang suka main sama gue dan lo tau itu, Alan izin 'kan sama Anna" jawab Alea agak gemetar. Ah ya, Anna terlalu percaya pada sahabatnya itu.

"Jadi salah gue ya? Izinin Alan sering main sama Lo?" tanya Anna masih dengan tenang.

"Gak kayak gitu maksudnya,"

"Gue udah tau semuanya Lea, mending sekarang lo gak usah pura-pura lagi" Anna muak, sungguh.

"Maksudnya?"

"Lo kan, yang suka duluan sama Alan sebelum gue. Kenapa gak kasih tau aja dari awal sih Le? Gue bisa kasih Alan, buat lo."

Alea tersenyum miris "Gue gak mau lagi dikasihani kaya gitu Na. Harusnya lo yang lebih peka," Alea malah dengan santai menjawab.

"Alan, jangan mainin dia boneka sesuai kemauan lo Le. Kalo lo bener-bener cinta sama dia, lo gak akan kayak gini"

"Cukup Na, sek-"

"Lo gak akan manfaatin keadaan saat Alan mabuk buat manipulasi hamilnya lo"

"Cukup" Alea menutup telinganya dengan telapak tangan.

"Lo gak akan korbanin persahabatan kita buat laki-laki yang bahkan nggak sayang sama lo"

"CUKUP!" Alea menarik selimut dan menggigitinya entah untuk alasan apa.

"Lo gak bakal pura-pura hamil kayak gini, buat dapetin laki-laki itu"

"STOPP!"

"Laki-laki yang bahkan beneran kasih janin di rahim gue" Anna berjalan santai menuju pintu kamar. "Apa? GAK GAK MUNGKIN!!" bentak Alea lalu bangkit dari kasur dan mendekati Anna, mengunci pintunya lalu membuang kuncinya keluar jendela.

"Semua, semuanya lo ambil Na. Alan cowo yang gue suka dari awal pindah kesini. Leon yang perhatian sama gue, mendingan lo mati aja Na. Biar semuanya buat gue" Alea mendekat.

"Lo gila ya Le?" Anna mulai mencoba menarik paksa pintunya tapi tidak berhasil. Dia mulai panik, Alea bisa saja membunuhnya didalam sini. Walau tubuh Alea kecil, yang dulu mengajarinya bela diri adalah Alea.

Orang yang mengubah selera genre film Anna dari Romance ke Thriller juga Alea. Anna benar-benar panik saat Alea memecahkan botol kaca bunga yang pernah meraka buat bersama lalu menodongkannya ke wajah Anna.

"Lea jangan bercanda!" Anna menggedor pintu  dengan keras sambil terus meminta tolong.

Alea tersenyum manis, perempuan psikopat itu malah terus mendekatkan pecahan botolnya ke wajah Anna.

Anna berlari ke sisi lain, sial malah dirinya yang terpojok.

"TOLONGG!!" Anna berteriak sekuat tenaga.

Untung saja dobrakan pintu dari Leon dan Alan menyelamatkan Anna dari maut.

Alan segera menangkap Alea dan menyingkirkan pecahan kacanya. Leon menenangkan Anna yang terlihat ketakutan sekaligus lega tidak jadi mati. "Na lo gapapa?" Leon terlihat sangat khawatir. Anna menggangguk mengisyaratkan dia baik-baik saja.

****

┏━━━✦❘༻༺❘✦━━━┓

Jangan lupa untuk vote
karena itu membuat saya
semangat melanjutkan
cerita ini terimakasih

┗━━━✦❘༻༺❘✦━━━┛


Sebuah kesalahan [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang