Episode 10
***
Vero, Selina dkk. Sudah sampai di kantin. Selina menatap bakso di depannya dengan berbinar. Selina membayangkan, pasti enak jika di tambah sambal yang banyak. Tangannya terulur hendak mengambil wadah sambal, namun sayang ... Vero terlebih dahulu mengambilnya.
"Vero, aku duluan," kata Selina, mendelik sebal.
"Enggak. Di larang makan pedas," ucap Vero, lalu dengan sengaja menumpahkan sambalnya ke tong sampah.
"Ishh! Dasar tukang atur! Vero nyebelin!" gerutu Selina. Hancur sudah apa yang di bayangkan.
Orang-orang ada yang mencuri-curi pandang pada Vero. Karena, Vero di impit oleh dua gadis. Di sebelah kanan Selina dan sebelah kiri Keisha.
"Makan," suruh Vero yang melihat Selina diam saja.
Selina pindah tempat duduk ke kursi kosong yang berhadapan langsung dengan Keisha. Dia sedang kesal pada Vero, tidak baik jika berdekatan. Setelah pindah, Selina tidak sedikit pun menyentuh makanannya. Selera makanya lenyap begitu saja.
"Selina, makan, ya. Nanti kamu sakit, lho," suara lembut Keisha mengalihkan atensi Selina.
"Gak nafsu makannya juga," gumam Selina.
"Eh, kita belum kenalan secara resmi," ujar Selina, berusaha mengalihkan pembicaraan dan berhasil.
"Iya, juga, ya. Nama aku Lakeisha, biasa di panggil Keisha atau Kei," ucapnya memperkenalkan diri, senyum manis terpatri di wajahnya.
"Namanya cantik! Kalau nama aku, Osella Okalina. Biasa di panggil Selina," ucap Selina sambil tersenyum, Keisha terlihat biasa saja.
'Selina cantik juga kalau senyum.' batin Keisha.
"Semoga awet, ya," ucap Selina tulus.
Keisha tersenyum tipis. "Iya, makasih." balasnya.
Tak lama dia melihat Davina, Zelin dan entah siapa lagi melewati mejanya.
"Davina!" teriak Selina, dia bangkit dari kursinya. Davina pun menghentikan langkahnya. Selina hendak pergi, tapi sebelum itu dia berkata sesuatu.
"Ivan ganteng, bayarin makanan Selin, ya. Kalau mau makan sekalian aja, biar gak mubazir, " lalu Selin melenggang pergi. Ivan hanya melongo di tempatnya.
Vero menatap Selina yang mulai hilang dari pandangannya. Sedari awal, mata dan telinganya memang tak luput memperhatikan Selina. Dia hanya menghela nafas.
Beralih ke Davina, di mengajak Selina ke rooftop. Sesampainya di sana, Selina langsung duduk dengan lesu.
"Lo kenapa?" tanya Davina, ikut duduk di samping Selina.
"Lemas," jawabnya, mewakili apa yang di rasanya.
"Istirahat aja dulu. Makanya jangan mentang-mentang kesel, jadi gak makan. Sekarang lemes sendiri siapa yang rasa!" Omel Zelin sambil duduk di depan Selin.
"Ish, kok Selin di marahin, sih!" Kesalnya sambil cemberut.
"Bukannya di marahin, ta-"
Davina menyela pembicaraan. "Udah jangan berantem! Lihat noh, si Adel kayak orang bego, plonga-plongo," sontak Adel pun nyengir saat Zelin dan Selin melihat ke arahnya.
"Hihi, kenalin gue Adelina, panggil Adel. Lo gak perlu ngenalin diri lagi, gue udah tahu dari dua curut," ujar Adel dengan riang.
Selina dan Adel pun bersalaman. Setelah itu, Davina bertanya banyak hal dan di jawab jujur Selina. Akan tetapi, Selina masih mengatakan dia pacarannya Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPUS ITINERANTUR (END)
FantasiaSudah Revisi. Elvaretta Sakya. Seorang penulis novel terkenal bergendre mistis. Hidupnya tidak seindah yang orang-orang bayangkan. Ayahnya pemabuk dan ibunya entah berada di mana. Setiap hujan turun, ayahnya selalu menyiksa Elva. Hingga suatu malam...