Episode 24 (Pertemuan)
***
Vero sampai di depan rumahnya dan memarkirkan motornya secara sembarangan. Dengan langkah tergesa, dia membuka pintu rumahnya dengan kasar.
Vero berlari ke arah lift, saat pintunya terbuka wajah seseorang yang selama ini di rindukan di lihatnya. Tepat di depan matanya, gadis yang ia rindukan berdiri dengan pakaian yang teramat cocok dan terlihat sehat seperti sedia kala.
Vero pun menahan pintu lift agar tidak tertutup. Vero terdiam sejenak. Sosok yang dulu telah berhasil menjadi pusat kebahagiaannya kini berdiri di hadapannya.
Selina pun sama, mematung di tempatnya. "Ha ... hai, Ver," sapa Selina gugup.
'Mati aku! Mommy, help me!' batinya berteriak.
Vero masih terdiam. Tak lama, dia perlahan mendekati Selina dan mengimpitnya ke dinding lift. "Kapan?" tanya Vero sambil menatap tajam Selina.
Selina menundukkan kepalanya takut. Tangannya saring bertautan, pertanda ia gugup. Dia bingung harus menjawab apa. Kata 'kapan' ini untuk yang mana? Kapan dia kembali? Atau kapan dia tersadar?
"Maaf," cicitnya pelan.
Tiba-tiba saja Selina merasa tubuhnya melayang. Ternyata Vero menggendongnya. Selina otomatis mengalungkan tangannya pada leher Vero. Dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Vero.
Vero membawa Selina ke kamarnya. Kamar yang di dominasi warna hitam. Vero mendudukkan Selina di ranjang dengan kaki di luruskan dan punggung yang bersandar pada pembatas kasur. Lalu Vero naik ke kasur dan langsung merebahkan diri dan menjadikan paha Selina sebagai bantalannya.
Tangan Selina refleks mengusap-usap rambut Vero. Vero memilih untuk menikmatinya. Setelah 15 menit berlalu dan keduanya masih terdiam. Vero membuka matanya yang sedari terpejam.
"Jelaskan semuanya." ujar Vero, menuntut penjelasan dengan nada lembut.
Selina pun hanya menurut saja. Dia mulai menjelaskan semuanya dari awal. Termasuk rencana memberi kejutan yang gagal total.
"Lagian kamu tiba-tiba ke sini. Jadi gagalkan kejutannya," gerutu Selina.
"Gak tahan. Aku rindu berat," ucap Vero jujur. Selina tersipu, dia benar-benar malu.
"Gombal," balas Selina, sambil menekan-nekan dahi Vero dengan jari telunjuk dan tengahnya.
Vero memegang pergelangan tangannya. "Sakit," kata Vero pura-pura. Selina memutar bola matanya malas, Vero tidak selemah itu.
"Ver, kaki aku pegal tahu," kata Selina, dengan merengek.
Vero langsung terbangun. Dia lupa kalau Selina baru sembuh. "Maaf-maaf, aku lupa. Aku pijat, ya," ucap Vero langsung.
"Eh, gak usah. Nanti juga hilang," cegah Selina merasa tidak enak.
"Enggak apa-apa, ini salah aku juga," ujarnya kekeh.
Selina pasrah. Dia memilih menikmati pijatan dari Vero.
"Kamu pakai baju rapi, mau ke mana?" tanya Vero penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPUS ITINERANTUR (END)
FantasíaSudah Revisi. Elvaretta Sakya. Seorang penulis novel terkenal bergendre mistis. Hidupnya tidak seindah yang orang-orang bayangkan. Ayahnya pemabuk dan ibunya entah berada di mana. Setiap hujan turun, ayahnya selalu menyiksa Elva. Hingga suatu malam...