Jadilah baik, jadilah alasan orang lain Percaya lagi tentang kemanusiaan!
Selamat membaca:)
Buru buru haisa melepaskan sepatunya, sedikit berlari menuju kamarnya
"Budee..."
Panggil haisa sedikit keras"Budee"
Haisa masih berusaha memanggil budenyaTak juga ada jawaban, haisa sudah mengelilingi seisi rumah namun tak juga mendapati sosok yang ia cari.
"Telat nih"
Gerutu haisaHaisa membayangkan sosok kak Aditya yang ngamuk apabila ia datang tak tepat waktu, jangan jangan dirinya yang di jadikan gulai di warung makan uminya.
"Iiiii serem ah"
Haisa bergidikMelihat belum juga ada tanda tanda kehidupan, haisa mengambil kertas lalu menuliskan beberapa kalimat.
Bude haisa pergi sebentar, mau belajar bikin proposal sama temen
Dirobek nya kertas lalu di taruh di bawah pintu, agar kelak bude nya tau kemana haisa pergi.
Kenapa tak pakai handphone saja?
Haisa tentu punya handphone walaupun udah ketinggalan zaman,
Tapi bude nya tidak memiliki handphoneJadi saat situasi seperti ini haisa suka bingung sendiri.
Setelah memasang sepatu cats miliknya, ia mengadahkan tangan
Bismillahirrahmanirrahim
Haisa melangkah keluar dari jejeran kontrakan yang tak jauh dari jalan raya.
Setelah itu ia mesti menunggu beberapa saat, sampai angkot yang ia tunggu sampai
seperti saat ini, sudah 10 menit haisa berdiri menunggu angkot yang lewat, namun tak kunjung datang.
Berulang kali juga ia mengecek arloji miliknya"Bakalan telat banget nih"
Gerutu haisaSetelah berulang kali ingin menyerah akhirnya angkot yang ditunggu nya datang, membawa nya ke alamat yang tadi Aditya sebutkan.
•••
"Assalamualaikum"
Ucap haisa begitu sampai"Waalikumsalam"
Sahut adit dari dalam"Masuk..."
Adit seakan memberi arahan,Sedikit ragu haisa melangkah masuk ke warung makan umi nadia, suasa warung masih sepi belum ada pelanggan yang makan di sini. Beranjak sore Nanti baru pelanggan berdatangan.
Begitu masuk haisa melihat tiga sosok yang sedang duduk di lantai beralas tikar, mereka sedang mengajari anak kecil di depannya.
Asiyfa az-zahra. Anak angkat kedua umi nadia, di adopsi dari panti asuhan oleh umi nadia, di harap harap bisa jadi penerus ushanya kelak ketika ia sudah berusia senja
Usia nya masih belia, baru menginjak kelas 5 SD, dengan cekatan dan sabar umi mengurus semua hal termasuk pendidikan nya.
Umi nadia menyakini setiap anak memiliki hak yang sama. Sebenarnya.
Namun beberapa mesti direnggut, entah oleh orang tua atau faktor yang tak bisa dianggap salah sebab banyak kontribusi pihak lain di dalamnya.Haisa mendekat duduk menyatu dengan ketiganya, ia menyalimi tangan umi nadia dan syifa, kalo sama Adit jangan di tanya.
"Saya haisa hanum hanania umi"
Haisa memperkenalkan diri"Temen nya adit?"
Tanya umi setelah nya, lalu pandangan umi beralih pada adit.Adit yang menerima tatapan uminya sedikit gelagapan, ini pasti umi mikir aneh ni pikir adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Besok Kita Coba lagi
Roman pour AdolescentsSetiap penolakan dan Kegagalan adalah sehelai bulu. "Kumpulkan bulu bulumu Rajut sayap mu."