pilihan

20 5 0
                                    

Tidak ada yang membawa mu kuat selain pilihan yang kau buat.

•••

Sudah tiga hari semenjak ia mengetahui kebenaran tentang pencarian nya, ia tidak masuk sekolah, ia memilih menenangkan diri dirumahnya, rasanya masih berat menerima kenyataan yang ada di hadapannya.

Semua yang di ucapkan Haisa Sulit di terima akalnya, namun itulah kebenaran sesungguhnya, ada rahasia besar yang ternyata tersembunyi rapat dan dia menjadi satu satunya setelah Haisa yang mengetahui nya.

ia memang sudah berhenti mencari, namun ia masih terus mencari kebenaran kebenaran tentang pertanyaan yang muncul dari dalam dirinya, dan hanya Haisa satu satunya yang mengetahui semuanya, Karena hanya Haisa sendiri yang selamat dari kekacauan yang terjadi di keluarga besarnya.

Ia juga baru tahu, Haisa hidup dalam pelarian dan pengawasan dari orang orang yang mencurigai nya terlibat radikalisme seperti keluarganya dulu, dengan terpaksa ia hidup di bawah bayang bayang ketakutan.

Aditya juga baru tahu, Haisa sedang di buru oleh pihak yang ingin membalaskan dendam atas tindakan yang Pernah dilakukan keluarganya di masa lalu.

Aditya saat ini sedang mengalami masa berat, ia tak pernah menyangka bahwa alurnya akan sedemikian rupa jauh di luar ekspektasi nya.

"Kak Adit, umi pingsan." Syifa berlari terengah-engah kearah kamar Aditya.

"Astaghfirullah, dimana umi sekarang de?" Tanya Adit begitu khawatir.

"Di warung kak." Syifa tampak Sulit mengatur tempo nafasnya.

Aditya bergegas mengunci rumah lalu menuju warung yang berjarak sekitar 500 meter di luar gang rumah.

Dengan tergesa gesa Aditya masuk ke kamar tempat uminya pingsan.

"Umi kenapa bisa pingsan de?" Tanya Aditya yang sedang mengoleskan minyak kayu putih ke area hidung dan leher umi.

"Tadi umi masak, terus tiba tiba umi jatuh pingsan." Tutur Syifa

"Yaudah kamu ambil air hangat di dapur."

"Iya kak."

Syifa mengambil air lalu menyerahkan kannya ke Aditya

"Umiii, umiii bangun mi" Aditya menggoyang goyang kan tubuh uminya,

Namun tak ada efek apapun, Aditya semakin khawatir.

"De ambil kain, kita bawa umi kerumah sakit."

Syifa berlari mengambil kain untuk membawa uminya kerumah sakit.
Dengan menggunakan motor Aditya membawa uminya kerumah sakit, dan Syifa yang memegangi dari belakang.

Begitu sampai umi Nadia langsung dimasukkan ke ruang UGD, Aditya bisa melihat dari jendela bagaimana umi nya harus mendapatkan bantuan Infus dan bantuan pernafasan.

Aditya terduduk di lantai rumah sakit, dengan wajah yang semakin muram, harinya kacau, Sekarang uminya sakit, ia mengacak rambutnya sedikit kasar.

Syifa yang bersama Aditya hanya terduduk lesu, keduanya tak melakukan apapun selain memanjatkan doa untuk uminya.

Ia masih menunggu hasil pemeriksaan dokter untuk mengetahui uminya sedang sakit apa.

Besok Kita Coba lagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang