🛫8 | Ada Apa dengan Masa Lalu?

125 14 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namara, nama itu masih menjadi penghias kecil di kepala Arekha sepertinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Namara, nama itu masih menjadi penghias kecil di kepala Arekha sepertinya. Pagi ini nampaknya suasana hati pria itu lebih baik daripada hari-hari biasanya.

"Mas Rekha, nanti ada mbak mantan lagi." 

"Lan, cuma berdua ngapain sih pake 'Mas-Mas' segala." Ucap Arekha yang sedang memasang dasinya. 

"Takut ada yang denger Kha." Bisik Dahlan.

"Ck, lo ga lihat ini lift sesepi apa? Cuma kita berdua doang nggak bakal ada yang denger. Lagian ya ngapain juga pake sih pakai bisik-bisik tetangga." Lanjut Arekha masih sibuk dengan dasinya yang sudah sulit diatur. 

"Jaga-jaga Kha."

Dahlan Putra Alam, teman karib Bima dan Arekha sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama dan berlanjut hingga sekarang. Mereka memang berteman sangat dekat sejak dulu. Kemanapun salah satunya pergi pasti yang lain mengikuti. Begitu juga ketika ada masalah pasti tidak akan ada yang meninggalkan. Bagaikan kembar dempet.

Sayangnya, mereka tidak melanjutkan ke sekolah yang sama setelah lulus SMA. Arekha dan Bima melanjutkan di Politeknik Penerbangan Curug sedangkan Dahlan mengambil kelas pelatihan menjadi pramugara karena harus membagi waktu membantu orang tuanya berjualan. 

Keluarga Dahlan bisa dibilang cukup berada. Ibunya pemilik usaha katering pernikahan yang cukup laris di kota Jakarta sedangkan ayahnya menjual bahan bangunan dan cat rumah. 

Ia ingin sekali melanjutkan kuliah pada awalnya tapi karena jiwa ingin dekat dengan sohib karibnya ia memutar otak. Pramugara sepertinya pilihan yang tepat. Ia suka menjelajah dari kota ke kota bahkan negara. Kakak Dahlan lulus menjadi sarjana ekonomi persis setelah Dahlan menyelesaikan masa belajarnya. Itulah mengapa Dahlan semakin kuat ingin menjadi pramugara.

Kenapa tidak pilot? Jelas karena ia akan full time meninggalkan orang tuanya saat masa pembelajaran. Itu hanya merusak strateginya. Memang lelaki satu ini tipikal minta maaf terlebih dahulu daripada minta izin dahulu. Kalau sudah ada bukti nyatanya baru ia berani bicara.

Awalnya kedua orang tuanya menentang pilihannya untuk menjadi pramugara tapi dengan seluruh bukti bahwa ia sudah diterima, keduanya tidak bisa berbicara banyak selain memperbolehkan.

[ END ] Till Next Time, NamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang