04.

22 3 1
                                    


"Tumben kamu terlambat bangun cei." Sisil meletakkan roti panggang ke atas piring Ceila. "Eh kok mata kamu sembab?"

Ceila cepat-cepat menunduk lalu memakan rotinya. "Tadi malam aku nonton film sedih."

"Oh gitu." Sisil melirik Vira tapi Vira malah melotot dan menggelengkan kepalanya menandakan dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Ceila.

"Tadi malam kamu pulang jam berapa? Kamu ke rumah Kenzo kan?"

Ceila diam sebentar sebelum menjawab pertanyaan Sisil. "Iya, aku sempat jenguk ken."

"Loh? Bukannya kamu memang di rumah ken dari pulang sekolah?"

"Gak ma, malamnya aku jalan sama Jake."

"Kok bisa sih? Emangnya ken gak marah?"

Ceila meletakkan lagi rotinya ke atas piring. "Ngapain dia marah? Kan aku sama dia gak ada hubungan apa-apa." ucapnya dengan wajah datar membuat Sisil dan Vira seketika diam.

Sisil menatap Ceila lagi tapi dengan tatapan lebih lembut. "Memangnya Jake sebaik apa sih? Kok gak pernah main ke rumah?"

Dia tahu mood Ceila sedang tidak baik ketika membicarakan Kenzo jadi Sisil sengaja memancing Ceila untuk menceritakan tentang Jake saja.

"Dia... baik. Pokoknya dia jauh lebih baik."

"Jauh lebih baik soal apa kak? Dia aja ninggalin kakak di UGD sendirian dan kak Kenzo yang jagain kakak sampai pagi." sahut Vira, pendukung setia Kenzo.

"Tapi lo gak tau kan dia ke rumah sakit dengan kondisi wajah luka-luka karena habis berantem? Dia juga suka ngerokok. Apa itu bisa di sebut cowok baik?" Padahal Ceila sudah tahu kalau Kenzo berantem karena dirinya.

"Astaga cei, wajar dia kayak gitu kan Kenzo cowok." kata Sisil.

"Gak semua cowok suka berantem dan ngerokok, buktinya Jake gak gitu."

"Emangnya kak Kenzo berantem karena apa?" tanya Vira yang membuat Ceila diam seketika.

"Kakak gak tau kan? Gak mungkin kak Kenzo berantem tanpa sebab."

Ceila langsung berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Sisil dan Vira. Perempuan itu pergi ke sekolah menggunakan mobilnya, bahkan sampainya di sekolah Ceila masih merasa kesal dan rasanya ingin menangis lagi mengingat Kenzo.

"Ngapain gue ngomong gitu sih." Ceila menyandarkan punggungnya sambil memejamkan matanya. Dia masih berada di dalam mobil, kakinya terasa berat untuk melangkah keluar.

"Udah lah lagian dia gak mungkin masuk kelas, kan dia suka bolos." Ceila membuka pintu mobilnya lalu berjalan menuju ke kelasnya.

Dan benar dugaannya, Kenzo sama sekali tidak ada di kelas bahkan setelah mata pelajaran pertama selesai.

Ceila berusaha tidak peduli, dia benar-benar ingin menjaga jarak dengan Kenzo.

"Lo liat Kenzo gak?" tanya ketua kelas ke Ceila.

"Gak."

"Serius? Lo kan pawangnya."

"Gue bilang gak!"

"Calm down sis, omg." Sonu yang tadi bertanya langsung cepat-cepat menjauhi Ceila yang wajahnya seperti singa yang akan memakannya.

"Nyebelin." gumam Ceila dan keluar kelas untuk mencari udara segar, kebetulan guru yang seharusnya mengajar sekarang sedang sakit jadi mereka punya jam kosong.

Karena bosan Ceila berjalan ke setiap sudut sekolah, dia sudah memutari lantai 3 dan 2 sekarang dia turun ke lantai 1 dan entah kenapa kakinya malah melangkah ke gudang belakang yang biasanya menjadi tempat anak-anak nakal bolos.

KENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang