"Ini lebih rumit dari yang gue pikir."Jake berdiri di samping Kenzo sambil memegang sebuah map. Dia melirik Kenzo yang masih diam kemudian melihat map yang dipegangnya. "Gue gak bermaksud rebut Ceila dari lo, gue tulus sayang sama dia."
"Gue tahu." Ucap Kenzo pelan. "Lo ngajak gue ketemu tengah malam cuman mau bilang itu? Lo tahu ini semua gak penting dan buang-buang waktu."
"Gue gak bisa putus sama Ceila, kecuali dia yang minta." Kata Jake. Hal itu membuat Kenzo tertawa kecil. "Sekali lagi gue bilang, gue gak bermaksud rebut Ceila dari lo ken."
"Tapi faktanya lo memang rebut semuanya dari gue." Kenzo melihat ke langit, menatap indahnya langit malam itu membuatnya teringat dengan Ceila yang sangat suka dengan bulan.
"Lo rebut papa gue, Ceila..." Ada satu nama yang ingin diucapkan Kenzo tapi bibirnya terasa berat untuk terbuka dan menyebut nama itu.
"Kak Jendri."
Mungkin ini pertama kalinya setelah beberapa tahun nama itu keluar dari mulut Kenzo dan sialnya setelah menyebut nama itu Kenzo rasanya ingin menangis saking kecewanya dengan Jendri, kakaknya.
Sekuat tenaga dia tahan air matanya di depan Jake agar tidak terlihat lemah. Kalau bisa jujur sebenarnya Kenzo sangat ingin bisa bertemu dengan Jendri, tapi sayangnya dia sudah terlanjur kecewa dan bersumpah tidak akan menemui kakaknya itu.
Separah itu? Jika jadi Kenzo mungkin kalian akan paham bagaimana rasanya ditinggalkan dua orang yang sangat dipuji-puji Kenzo sejak kecil, papa dan kakak. Mereka berdua bagaikan idola Kenzo sebelum akhirnya keluarga mereka hancur karena wanita lain.
Keduanya meninggalkan Kenzo disaat anak laki-laki itu sedang nyaman bersandar pada mereka. Bisa bayangkan bagaiman hancurnya hati Kenzo saat itu?
Tapi meskipun begitu Kenzo berusaha untuk jadi malaikat pelindung bagi mamanya yang saat itu lebih hancur daripada dia.
Jika kalian menyebut Kenzo anak yang hanya mementingkan cintanya ke Ceila, kalian salah. Kenzo lebih mementingkan mamanya.
Jake sedikit menunduk sambil meremas map yang dipegangnya. "Sorry, ken." Ucap Jake.
"Bukan lo, tapi mama lo." Tangan Kenzo mengepal kuat didalam saku jaketnya. "Dia yang harus minta maaf, bukan lo."
"Sebenarnya gue ngajak lo kesini bukan karena masalah Ceila." Kenzo melirik Jake kemudian kembali menatap langit. "Kalo lo manggil gue kesini karena disuruh papa lo itu gue pastiin ini terakhir kalinya gue ngomong sama lo." Ucap Kenzo.
"Gue gak mau berurusan lagi sama dia setelah apa yang terjadi 3 minggu yang lalu." Sambung laki-laki itu dengan suara tegas tapi masih terlihat tenang.
"Soal 3 minggu yang lalu gue minta maaf sama lo ken, papa gak tahu waktu itu lo di rumah sakit." Lagi dan lagi Jake yang meminta maaf atas perbuatan orang tuanya. Hal itu membuat Kenzo selalu merasa tidak nyaman saat mendengar Jake meminta maaf.
"Papa lo itu ngechat gue yang masih lemes di UGD dan bilang kalo gue gak tahu malu karena berusaha ngerebut Ceila dari lo, gue jadi bingung yang sebenarnya ngerebut disini siapa?" Kenzo tertawa pelan.
"Kalo menurut papa lo itu ngerebut punya orang sebuah tindakan gak tahu malu, berarti mama lo gak tahu malu? Gue bener gak?" Sambung Kenzo.
"Ken, sampai kapan lo mau kayak gini? Dengan terus-terusan ngungkit masa lalu gak akan merubah apa yang udah terjadi." Ucap Jake dengan tenang.
"Gue gak peduli." Kenzo menatap Jake dengan tatapan tajam kemudian membalikkan badannya dan mulai melangkahkan kakinya untuk pergi. Kenzo mengeluarkan satu batang rokok kemudian mengambil korek apinya untuk menyalakan rokoknya.