Sudah tiga minggu lamanya Ceila dan Kenzo tidak saling bicara, semenjak kejadian di rumah sakit Kenzo berubah drastis. Ceila sudah berusaha menelpon tapi telponnya tidak pernah dijawab, pesannya juga tidak pernah dibalas.Mungkin kepalanya terbentur saat pingsan di kamar mandi waktu itu, pikir Ceila.
Disaat-saat ujian seperti ini pikiran Ceila tentang Kenzo jadi sedikit berkurang, perempuan itu lebih sering menghabiskan waktunya untuk belajar bersama Jake. Dia dan Kenzo sempat berpapasan beberapa kali tapi Kenzo tidak lagi menyapanya atau mengganggu Ceila.
Kenapa gak Ceila aja yang menyapa Kenzo? Dia sudah pernah mencobanya tapi malah mendapat tatapan sinis dari Kenzo. Ceila sempat berpikir mungkin ini tentang Jake tapi jika benar itu karena Jake kenapa baru sekarang Kenzo menjauhinya?
Di tengah-tengah masalah mereka berdua sekarang kelas 12 baru saja menyelesaikan ujian sekolah di hari terakhir, termasuk Ceila. Perempuan itu merenggangkan badannya sambil berjalan keluar dari ruangan ujian. Tak lama Jake menghampirinya sambil membawa minuman.
"Jake!" Pekik Ceila kegirangan. "Akhirnya selesai juga ya."
"Iya, nih minum dulu." Jake membukakan tutup botolnya kemudian memberikan minuman itu ke Ceila. Perempuan itu menerimanya dengan senang hati. Sementara Ceila meminum minumannya Jay lewat dengan santainya sambil bersiul, entah kenapa saat melihat Jay dia sangat ingin bertanya tentang Kenzo tapi mana mungkin Ceila bertanya saat ada Jake disampingnya.
"Jay." Panggil Ceila dengan hati-hati.
"Yow!" Jay tersenyum lebar ke Ceila tapi senyumannya perlahan pudar saat sadar ada Jake disitu. "Kenapa cei?"
"Lo ditungguin bu Sela di perpus." Ucap Ceila asal. "Cepet!" Desaknya membuat Jay kebingungan tapi dia tetap pergi ke perpustakaan.
"Jake, kamu pulang duluan aja ya? Lagian aku bawa mobil kok." Jake tidak banyak bertanya, dia langsung mengangguk dan pergi meninggalkan Ceila. Saat Jake tidak terlihat lagi Ceila cepat-cepat menyusul Jay ke perpustakaan.
"Wah Ceila ngerjain gue, mana nih bu Sela gak ada woy." Tak lama setelah Jay berkata seperti itu Ceila sampai di sana. "Sorry Jay hehe." Ucap Ceila pelan.
"Sebenarnya gue mau nanya sesuatu ke lo."
"Tentang Ken?" Sambung Jay seakan-akan bisa membaca pikiran Ceila. "Iyalah siapa lagi kalo bukan Kenzo." Gumam laki-laki itu.
Jay menyandarkan tubuhnya ke rak buku kemudian menyalakan ponselnya. "Gue telpon Kenzo dulu, mau nanya kalo gue bisa bicara sama lo atau gue harus ikut dia." Ceila cepat-cepat merampas ponsel Jay.
"Gila lo, ngapain nanya Ken dulu sih? Emangnya dia bos lo?"
"Kan dia sahabat gue, kayaknya gue harus ikut Kenzo deh, cuekin lo." Ceila sangat ingin menonjok wajah Jay saat itu juga, sifatnya tak jauh berbeda dengan Kenzo, sama-sama nyebelin.
"Udahlah gak ada gunanya ngomong sama lo, sebenarnya gue mau tanya banyak ke lo tapi gak jadi karena lo nyebelin." Ceila mengembalikan ponselnya Jay kemudian mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Jay di sana.
"Tenang aja Kenzo masih sayang sama lo." Teriak Jay membuat Ceila kembali membalikkan badannya. "Gue gak peduli." Jawabnya ketus.
"Ah masa sih? Boong lo."
"Orang gila." Gumam Ceila.
"Dia kayak gitu karena Jake." Jay berjalan mendekati Ceila, perempuan itu hanya diam saat Jay tiba-tiba menyebut nama Jake.
"Lo pasti udah tau kan mereka saudara tiri?" Jay menatap Ceila, tangannya dimasukkan ke saku jaketnya dengan ekspresi lebih serius dari sebelumnya. "Hubungan mereka terlalu rumit, ditambah lo hadir di tengah keduanya buat Kenzo makin bingung."
"Emangnya dia gak bisa bersikap biasa aja? Kenapa harus jadi rumit gini sih?" Kata Ceila.
"Cei, lo tau gak lo itu egois?"
"Lo bilang gue egois? Temen lo yang egois, Jay."
"Menurut gue lo yang lebih egois, lo punya Jake sebagai pacar lo tapi lo juga gak mau kehilangan Kenzo, lo buat dua orang itu bingung karena lo gak mau lepasin salah satu di antara mereka."
"Ditambah lagi hubungan mereka gak baik, lo buat mereka berdua makin saling benci." Jantung Ceila seperti berhenti sebentar saat mendengar ucapan Jay yang sangat menusuk.
"Gue gak maksud nyalahin lo, tapi gue kasian liat Kenzo harus berurusan lagi sama bokapnya karena lo. Lo tau sendiri gimana hubungan mereka."
"Apaan sih lo berdua, berisik." Tiba-tiba Kenzo sudah berdiri di samping Jay, dilihat dari wajahnya laki-laki itu sepertinya baru bangun tidur. Ceila lupa perpustakaan sudah seperti kamar kedua untuk Kenzo.
"Gue cuman ngomong yang sebenarnya ke dia." Kata Jay.
Kenzo menatap Ceila dengan wajah datar. Perempuan itu hanya bisa menunduk, merenungi setiap kata yang Jay katakan tadi. Kenzo mengatur rambutnya kemudian menarik Ceila pergi dari perpustakaan.
Sampainya diparkiran Kenzo langsung melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Ceila. "Pulang sana, gak usah pikirin ucapan Jay."
Bukannya masuk kedalam mobil Ceila malah diam dengan kepala sedikit menunduk membuat Kenzo bingung. "Pulang cei, bentar lagi hujan tuh."
"3 minggu lo cuekin gue." Ucap Ceila pelan.
"Wih lama juga ya." Balas Kenzo.
"Bego."
Kenzo tertawa kecil kemudian mengelus kepala Ceila. "Maaf, gue cuman tiba-tiba bingung aja gitu." Tatapan mata Kenzo agak berbeda, dia menghela nafas berat lalu memegang kedua bahu Ceila. "Maafin gue cei."
"Maaf buat apa?"
"Buat semuanya."
"Seharusnya gue yang minta maaf." Ceila memegang tangan Kenzo dengan penuh rasa bersalah. "Lo gak benci gue kan? Ken, lo sahabat gue kan?"
"Jujur gue takut banget waktu denger ucapan Jay tadi di perpus." Sambung Ceila.
Mendengar itu Kenzo tersenyum lebar lalu mencubit pelan kedua pipi Ceila. Dari caranya menatap Ceila saat itu membuat semua orang yang melihatnya pasti tau Kenzo sangat menyayangi Ceila.
"Di deket lo atau jauh, gue tetap sahabat lo."
BERSAMBUNG