07.

37 4 0
                                    


Tangisan Ceila seketika pecah saat dirinya bertemu dengan mamanya.

"Gak mungkin, papa udah janji sama aku bakal pulang minggu depan." Ucap Ceila dengan air mata yang terus menetes. Di belakangnya ada Kenzo yang ikut sedih dengan kepergian papanya Ceila.

Sejak tadi dia terus berdiri di dekat Ceila untuk menjaga perempuan itu, Kenzo hanya takut Ceila tiba-tiba pingsan. Sampai akhirnya apa yang di takutkan Kenzo benar-benar terjadi. Ceila pingsan.

"Astaga Ceila!" Air mata Sisil semakin deras melihat putrinya pingsan tepat di depan matanya.

Beruntung Kenzo berhasil menangkap badan Ceila dan langsung membawanya ke kamar. Mata Ceila bengkak karena terlalu banyak menangis, setelah Kenzo memberi tahunya tentang kematian papanya air mata Ceila tidak bisa dibendung lagi.

Setelah meletakkan tubuh Ceila ke atas tempat tidurnya Kenzo beralih menyalakan AC dan merapikan kamar Ceila yang agak berantakan. Dia masih belum tahu apakah nanti Ceila dan keluarganya yang akan pergi ke Amerika atau mayat papanya Ceila yang akan di bawa kesini.

Selesai membereskan kamar Ceila Kenzo duduk di tepi ranjang sambil mengelus kepala Ceila.

"Gue juga tahu kok cei rasanya kehilangan papa."

"Rasanya kayak kehilangan pondasi hidup."

Kenzo sedikit menunduk merasa seperti ada sesuatu yang menusuk hatinya saat membicarakan sosok papa. Tiba-tiba ponselnya berdering dan tebak siapa yang menelponnya, itu papanya.

Papanya yang rela meninggalkan mamanya demi perempuan lain.

Kenzo tidak mengangkat telepon itu. Malahan dia menolak telepon itu. Tak lama Ceila sadar dan langsung duduk sambil menangis lagi. Tak tega melihat Ceila terus-terusan menangis akhrinya Kenzo membawa Ceila ke dalam pelukannya dan menepuk-nepuk punggung Ceila berusaha menenangkan Ceila.

"Papa jahat." Ucap Ceila di sela tangisannya.

"Papa gak jahat cei." Kenzo berusaha tersenyum walaupun matanya sudah berkaca-kaca.

Tangisan Ceila semakin pecah mendengar ucapan Kenzo padahal Kenzo hanya bermaksud ingin memenangkan Ceila.

"Nangis aja sebanyak-banyaknya asalkan setelah ini lo harus ikhlasin papa."

"Gak bisa ken."

Kenzo melepaskan pelukannya kemudian menghapus air mata Ceila. "Lo jelek kalo nangis." Ceila tidak peduli, air matanya terus mengalir seperti keran air.

Tidak bertemu selama beberapa tahun membuat Ceila sangat merindukan papanya tapi sayangnya papanya mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

"Udah ya nangisnya, nanti cantiknya beneran hilang."

Ceila kembali memeluk Kenzo, kepalanya jatuh di bahu Kenzo dan lanjut menangis di sana. "Yuk beli es krim, atau mau coklat? Gue beliin, tapi hapus dulu air matanya."

"Gak lucu ken, lo pikir papa setara sama es krim dan coklat yang lo tawarin?"

"Maksud gue gak gitu." Jawab Kenzo dengan suara pelan. Padahal dia hanya ingin membujuk Ceila agar berhenti menangis tapi malah jadi serba salah.

"Mata lo udah bengkak banget cei, udah ya nangisnya." Tanpa sadar Kenzo mencium kepala Ceila sambil mengelus punggung Ceila, tapi tiba-tiba pintu kamar Ceila terbuka.

Itu Jake.

Kenzo melihat Jake kemudian reflek melepas pelukannya membuat Ceila kaget, perempuan itu ikut melihat ke arah pintu lalu kembali menatap Kenzo.

KENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang