Remember 2

7 2 0
                                    

"eh Na ngantin yok!" Ajak Putri karena boring menunggu guru mapel selanjutnya.

"Bentar lagi Ibu Asmin masuk. Udah diem aja" ujar Ana yang kembali menyandarkan kepalanya di atas meja.

"Yang namanya Ana disini mana?!" Tak ada angin tak ujan tiba-tiba saja seseorang berteriak dari depan kelas.

"Ana, bangun! Dicariin noh sama kak Febi" bisik Putri pelan untuk membangunkan Ana.

Ana pun bangun menatap orang yang mencarinya.

"Nyari gue kak?" Tanya Ana memastikan.

"Lo yang namanya Ana?" Tanya salah seorang dari mereka lagi.

"Iya"

"Bisa nggak lo nggak usah kegatelan banget jadi cewek?!" Bentak Febi yang katanya adalah leaders nya.

"Maksudnya apa nih!" Ana yang mulai terpancing dengan berani berdiri dan menentang mereka.

"Nggak sadar lo? Lo kan yang ngerusak hubungan nya Regina sama Zidan? Dasar PHO nggak tau diri lo!" Bentak Mira.

"Bukannya harusnya lo seneng ya? Lo kan lagi deket sama Zidan? Jadi gampang dong sekarang, lo tinggal jadian aja sama Zidan" jawab Ana santai. Sementara lawannya sudah tidak kuat menahan emosi mereka hingga wajah mereka merah padam.

"Kurang ajar banget lo jadi ade kelas! Dasar PHO nggak tau diri!" Sentak Febi akhirnya pergi meninggalkan Ana.

"Hufft" Ana terduduk lesu.

Sejujurnya Ana tidak tau sedekat apa dia sama Zidan sampai-sampai ada tuduhan kayak gini untuk dirinya.

"Ana u oke?" Tanya Putri.

"Yeah, im oke"

Tiba-tiba dibawah terdengar suara gaduh sampai-sampai ada beberapa siswa yang turun ikut melihat ke bawah.

"Ehh du kelas sembilan ada yang baku hantam woii!" Seru Ama, dia juga salah satu teman dekat Ana.

Karena seruan itu, banyak yang berhambur keluar kelas untuk melihat kegaduhan itu.

"ANA MANA ANA?!" teriak seseorang

"Ikut gue sekarang!" Teriak nya lagi dengan wajah panik sambil menarik paksa lengan Ana.

"Eh apa apaan lo!" Teriak Ana tak terima.

"Ikut gue please! Genting banget, Zidan bikin kerusuhan di kelas sembilan. Cuma lo yang bisa nenangin dia. Gue mohon!" Kali ini cowok yang biasa di sapa Aldi itu memohon kepada dengan wajah memelas.

Dengan berat hati, Ana mengikuti langkah lebar yang terburu cowok didepannya.

"Aldi, lo bisa santai ngga sih jalannya?!" Teriak Ana yang kesusahan mengejar ketertinggalannya.

Sampai mereka tiba di jajaran kelas sembilan dan membelah kerumunan.

Disana Ana melihat Zidan.

"Zidan, udah bro! Tenang dulu, dengerin dulu apa kata dia" terdengar beberapa suara dari teman-temannya untuk menenangkan Zidan. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

BRAK!!

"Diem lo semua anjing!" Zidan malah menendang meja yang ada di kelas itu membuat yang lainnya mundur karena takut. Bisa-bisa mereka yang kena amuk.

"Zidan gue mohon lepasin gue. Gue minta maaf. Nggak lagi gue nge labrak Ana. Gue minta maaf udah ngomong yang nggak seharusnya sama dia. Maafin gue" kini Febi sedang menangis tersedu-sedu menahan sakit di tangannya yang dicengkram kuat oleh Zidan.

"Gue bakal maafin lo kalo lo minta maaf langsung sama yang bersangkutan" ujar Zidan pelan.

"Lagian ini juga salah Ana! Kalo dia nggak gatel sama lo, pasti kita juga nggak bakal kayak gitu sama dia!" Dengan berani Mira mencoba membela diri.

BRAK!!!

Zidan melepas cengkramannya pada Febi kini beralih pada Mira. Menatap penuh ancaman pada gadis yang kini telah tersudut kaku.

"Lo bilang gatel? SIAPA YANG GATEL ANJING?!!" Murka Zidan sekali lagi menendang meja yang ada di dekat Mira.

Dalam hati Ana menjerit melihat kemurkaan Zidan. "Bodoh! Lo ngapa malah nantangin Zidan goblok!" Jerit Ana dalam hantinya.

"Na! Ana! Gue mohon tolongin temen gue. Apa lo nggak kasian sama dia?" Mohon Nindy salah satu orang ikut melabrak nya tadi.

"Alahh muka lo sok-sok melas gitu! Mana muka nyolot tadi pas ngelabrak gue?" Tantang Ana tapi turut juga maju untuk melerai.

Gadis itu-Ana- menyentuh pelan bahu Zidan membuat cowok itu berhenti membentak dan menendang kursi dan meja yang ada di dekatnya.

"Zidan udah. Aku nggak apa-apa" ujar Ana tenang. Kedatangan Ana membuat mereka jauh lebih tenang.

Setelah itu Ana menarik Zidan jauh dari keramaian. Ia membawa cowok itu ke kelas nya.

Ia tau setelah kepergiannya, banyak kalimat-kalimat kebencian yang di tujukan untuk nya. Tapi tak apa, ia melakukan ini untuk sahabatnya. Nama Zidan di BK sudah cukup banyak dengan keterangan yang kurang mengenakkan. Niat nya hanya ingin menyelamatkan Zidan, itu saja.

"Harusnya kamu nggak perlu ngamuk-ngamuk kayak gitu sama mereka" suara Ana mulai memecah keheningan di antara mereka berdua.

Area kelas tujuh dan delapan yang terletak di lantai dua masih sepi karena sebagian penghuninya masih ada dibawa.

Karena ternyata para guru sedang mengadakan rapat. Tinggal tunggu rapat itu selesai pasti Zidan akan di undang ke dewan guru.

"Kenapa?" Ujar Zidan sedikit membentak karena masih terpengaruh emosi nya.

"Ssttt kamu tenang dulu. Aku pikir ini cuman hal biasa, Dan. Mereka nggak ngapa-ngapain aku" jelas Ana. Gadis itu merasa ini berlebihan.

Jelas-jelas tidak ada permainan fisik dari mereka. Tapi Zidan merespon nya sangat berlebihan sampai melukai salah satu dari mereka.

"Kamu nggak tau apa yang mereka sebarin di angkatan mereka tentang kamu, Bi. Kalo cuman sekedar labrakan aku nggak bakal masalah karena aku tau kamu pasti bisa ngelawan mereka. Tapi fitnah yang udah ke sebar di angkatan mereka bener-bener aku nggak bisa terima" ucapan Zidan membuat Ana penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya sampai membuat Zidan begitu murka.

"Mang cerita apa sih?" Zidan hanya menatap Ana sebagai jawaban membuat gadis itu kesal setengah mati.

"Ishh ditanyain juga" masih tidak jawaban dari cowok itu.

"Kalo kamu nggak mau jawab, biar aku yang cari jawabannya sendiri!" Rajuk Ana. Dia pikir dengan begitu Zidan akan memberikannya jawaban.

"Nggak mau jawab" Namun nihil.

"Udahlah aku balik kelas dulu. Kamu jangan kangen ya!" Setelah itu dia menghilang menyisakan banyak tanda tanya dibenak Ana.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Happy reading!!

FRIENDZONE(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang