Keputusan

4 1 0
                                    

Hari ini adalah hari H sekaligus juga geladi bersih untuk semua pengisi acara perpisahan kelas IX.

Pagi-pagi mereka sudah mulai mendekor dan merapi-rapikan kursi untuk para tamu undangan. Perpisahan akan di adakan pukul 15:00.

"Ana latihan sekali lagi yuk!" Ajak Alya.

"Udah nggak ada revisi lagi kan?" Tanya Ana pada Alya untuk memastikan.

Setelah mendapat jawaban dari alya, Ana menyuruh yang lainnya untuk bersiap.

"Kirana, Alya latihan sekali abis itu langsung ke TU ya" ujar salah seorang guru yang menjadi pendamping mereka untuk mengurus semua keperluan acara.

"Ana, suara kamu bisa lebih bulat lagi. Terus intonasinya jangan lupa ya" koreksi Pak Risman.

Setelah latihan itu, Ana dan Alya diarahkan menuju ke ruang TU untuk segera di make-up. Mereka adalah inti dari acara, kelancaran acara dan kesuksesan acara ditentukan oleh mereka berdua.

⭐⭐⭐⭐

Akhirnya acara yang mereka rancang dengan sedemikian rupa itu berjalan dengan lancar. Acara itu, di akhiri dengan mereka semua naik ke atas panggung dan bernyanyi bersama tanpa iringan musik.

Momen itu, adalah momet paling berharga untuk mereka. Para guru dan beberapa dari mereka turut mengabadikan momen itu dengan video.

Tak lepas sampai disitu, riuh isak tangis turut serta saat itu. Genggaman, rangkulan, pelukan, mereka tampak begitu tulus. Mereka menangis sambil mengucapkan salam perpisahan.

⭐⭐⭐⭐

Tampak sekumpulan remaja sedang duduk bersila dibekas panggung acara perpisahan mereka. Tampak mata sembab mereka masih ketara disana.

"Aduuhhhh bulmat gue copot deehhhh" Si gadis mungil tampak heboh sambil mencabut bulu mata palsu nya yang sudah setengah copot.

"Si Ana mukanya amburadul gegara nangis kejer" kali ini celetukan Bunga membuat mereka semua tetawa.

"Make-up nya Si Tante ekke yang gak tahan banting. Baru juga kena aer setetes udah mejuber ajeee" dengan gaya khas nya Ana bersenda gurau dengan teman-teman nya.

Mungkin, moment-moment seperti ini yang akan selalu ia rindukan. Bercanda, tertawa, dan hal yang paling tidak pernah terlewatkan adalah ghibah.

"Hai Na!" Sapa seorang cowok dengan gaya tak biasanya.

"Cailah Fahri, tumben lo nyamperin? Biasanya juga disamperin kabur!" Cowok itu hanya tersenyum menanggapi candaan Via.

"Gue mau ngomong serius sama temen lo" ucap Fahri menatap serius satu persatu wajah didepannya.

"Bentar," Tri mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.

"Oke aman, lima menit hanya lima menit. Sampai lebih dari itu..." Lanjut Tri dengan nada penuh ancaman. Tak lupa dengan gesturn tangannya yang seperti menggorok leher.

"Oke, let's go!" Tanpa banyak bantahan, Ana pasrah ditarik menjauh oleh Fahri.

Udah saatnya gue nentuin, melepas ego atau semua bakal hancur.

----------------------------------------------------

HAPPY READING!!

FRIENDZONE(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang