Udah saatnya gue nentuin, melepas ego atau semua akan hancur
⭐⭐⭐⭐
"Jadi gimana Na?" Tanya Fahri serius.
"Yaaa lo udah punya alasannya?" Keputusannya sudah bulat. Ini hanya kamuflase saja.
"Karena gue sayang lo, Na" jawab Fahri yakin. Tidak, ia hanya berusaha meyakinkan.
"Oke. Gue mau jadi pacar lo" Kosong. Itu yang Ana rasakan sekarang. Hatinya hampa, ia menerima Fahri tapi, ada setitik ruang kosong disana.
Apa ia tak bahagia?
"Lo yakin?"
"Jangan bikin gue goyah. Karena sekali gue ngejawab, nggak akan lagi ada pengulangan" ujar Ana menatap Fahri penuh keyakinan.
Dan sejak saat itu, Ana memulai segalanya dari awal. Menata ulang hatinya, sekuat tenaga membangun benteng yang kokoh untuk membatasi hatinya.
⭐⭐⭐⭐
Hari semakin gelap, tetapi mereka masih stay di sekolah tetapi sudah berganti kostum yang lebih santai.
"Capek nggak sihh" tanpa diduga duga datang sosok yang Ana sebenarnya tidak mau dia ada disini. Untungnya Ana sedang tidak berada di kerumunan itu.
"Dan, lo abis kemana?" Tanya salah seorang teman mereka.
"Nganterin Dela" jawaban singkat dari cowok itu cukup membuat mereka mengerti.
"Ana dimana?" Tanya nya.
"Kirana?"
"Iyalah! Temen cewek gue yang namanya Ana ada berapa biji emang?" Canda nya. Iya, dia adalah Jidan. Cowok itu sedari terus mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru aula.
"Ada diperpus" ucap Tri memberi kode kepada Jidan untuk segera menyusul Ana.
Bukannya mengucapkan terimakasih, cowok itu malah mencomot roti milik Bunga membuat gadis itu berteriak tak terima. Namun apa peduli cowok nakal itu?
Sesampainya di Perpustakaan, Jidan menyapukan pandangannya diseluruh penjuru ruangan. Tidak sulit untuk menemukan seseorang disini. Karena memang ruangannya yang tidak teralalu besar.
"Ana!" Seketika gadis itu menoleh mendapati sahabatnya tengah mendatangi nya.
"Kamu kenapa nggak sama mereka? Sama siapa disini?" Belum sempat Ana menjawab, tiba-tiba saja Fahri datang dan langsung menggenggam erat tangannya.
Melihat itu, Jidan mulai terbakar emosi. Tida boleh ada cowok lain yang bisa menggenggam tangan gadisnya.
"Lo ngapain?!" Bentak Jidan namun masih dengan suara yang teredam.
"Jidan gue bisa jelasin" ujar Ana berusaha melepaskan genggaman Fahri dan menarik Jidan keluar sebelum cowok itu membabat habis Fahri.
"Gue udah jadian sama Fahri" satu kalimat yang sesungguhnya berat bagi Ana untuk mengatakannya terpaksa harus keluar.
"Kamu dipaksa?" Kali ini Jidan dengan segala ketidakyakinannya berusaha meruntuhkan keyakinan Ana.
"Nggak. Gue sendiri kok yang mau" jawab Ana cepat.
"Kamu?!" Suara Jidan mulai meninggi tetapi sangat terlihat cowok itu mati-matian menahan untuk tidak sampai membentak Ana, gadis yang ia sayangi.
"Kenapa? Nggak boleh? Kamu bisa kok gonta ganti cewek sana sini, aku nggap pernah batesin, nggak pernah ngelarang! Lagi pula aku siapa?!" Sambil menahan air matanya, Ana berusaha melawan semuanya. Walau dengan suara bergetar gadis itu tetap berusaha untuk tetap bertahan.
"ANA!" Lepas sudah. Untuk pertama kalinya, selama tiga tahun persahabatan mereka Jidan membentak nya.
Sadar dengan kesalahannya, Jidan langsung terdiam menyesal.
"Gue nggakpapa" ucap Ana mulai berjalan mundur membuat jarak antara dia dan Jidan.
"Ana maafin aku"
"GUE GPP JIDAN!" Setelah mengatakan itu, Ana pergi meninggalkan keduanya yang masih bersitegang.
"Gue harap lo cukup sadar diri. Ana udah lepas dari lo, apapun itu hubungan kalian berdua. Dan jangan pernah ko ganggu Ana lagi" ia pun pergi meninggalkan Jidan yang masih terselimut emosi.
--------------------------------------------------
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE(?)
Teen FictionIni sebuah kisah persahabatan yang di bumbui dengan perasaan yang jauh melambung. Harus ada yang rela berkorban dan dikorbankan. "Banyak yang bilang bahwa tidak ada persahabatan yang antara cowok dan cewek. Apakah itu benar?" - FRIENDZONE