Bimbang

6 1 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 11:00 WIB. Sekolah sudah mulai sunyi, karena memang tidak ada kegiatan belajar mengajar saat itu.

"Pulang aja yookk. Capek nih gue gibah mulu" seru Bunga setelah menghabiskan waktu dengan menggibah.

"Lo pada pulang duluan gih. Gue sama Tri keknya ketahan nih!" Sembari mulai beberes, Ana berdiri, menyuruh teman-temannya pulang.

"Ohiya! Lo berdua pasti lagi repot ya?" Ujar Widya.

Selaku anggota OSIS Ana dan Tri memang wajib menunaikan tugas terakhir mereka dengan sepenuh hati. Terlebih ini adalah persembahan terakhir mereka untuk para guru, dan teman-teman seangkatan mereka.

"Na!" Saat berjalan menuju aula, tiba-tiba saja Fahri memanggilnya.

"Gimana?" Tanya meminta kepastian.

Ana, gadis itu mengerti apa yang ditanyakan oleh Fahri. "Ri, jangan hari ini ya. Ana lagi sibuk" potong Tri dan langsung menggandeng Ana pergi menjauh dari Fahri.

"Ana lo jadi MC. Ini susunan acaranya, mungkin lo bisa ngoreksi beberapa kata" ujar Tri seraya menyerahkan selembar kertas.

"Kenapa nggak Asyraf aja? Kan gue dah bilang gue pengen nari" Ana memang MC andalan kelasnya. Setiap Upacara Bendera, pasti gadis mungil itu yang akan dipercayakan untuk menjadi Master of Ceremony.

"Ana!!!! Astagaaa, dari tadi gue nungguin elo tau nggak!" Teriak salah seorang anggota OSIS.

"Alya, gue gak mau jadi MC" ujar Ana dengan wajah memelasnya.

"Nggak bisa. Lo Bahasa Indonesia dan gue versi English nya" ujar Alya. Fyi, Alya adalah ketos yang baru saja lepas jabatan.

"Duh adduuuhh pusyaw aa" ujar Ana dengan logat ala koko koko penjaga toko.

Dikarenakan sudah lengkap semuanya, akhirnya sesi latihan pun dimulai. Hingga pukul 13:00 WIB, mereka memutuskan untuk berisitrahat.

"Tri gimana sama Fahri?" Tanya Tri tiba-tiba.

"Nggak tau. Tadi pagi dia nembak gue dikelas" jawab Ana seadanya. Sejujurnya gadis itu tidak ada niatan untuk menerima Fahri, karena ia merasa hatinya bukan untuk itu.

"Kalo lo nggak bisa, lo nggak perlu maksa buat nerima dia" ujar Tri. Gadis ini memang tidak mengenal cinta. Tapi sedikit banyak, dia mengerti bagaimana jalannya satu kata berjuta makna itu.

Ia banyak belajar dari sahabatnya. Ana. Karena Ana, ia adalah gadis yang banyak dekat dengan kaum adam, sangking dekatnya, sebagian dari mereka ada kebawa perasaan. Dan berakhir seperti Fahri.

Mungkin juga ini adalah alasan Fatim mati-matian nggak mau kalau sampai Ana bersama Fahri.

"Karma?"

"Lucu lo masih mikirin karma. Bukannya karma itu bakal dateng kalo kita nyakitin?" Imbuh Tri. Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga tapi...

"Ini juga nyakitin Fahrin , Tri. Gue nolak dan yaaaahh.." gadis mungil itu kemudian menghela nafasnya. Sampai senyum sumbringah merekah di bibir itu.

"Arabi!" Panggil seseorang.

"Zidan lo nggak balik?" Tanya Tri pada seseorang baru saja datang. Dia Zidan, yang katanya bodyguard nya Kirana.

"Nggak. Cuma nganterin Dela tadi, abis itu balik lagi" jawab nya sambil menatap gadis mungil di samping Tri.

"Bi!" Panggilnya.

"Hm?" Ana hanya bergumam menjawab panggilan itu.

"Ngobrol deh lo berdua. Gue mau ke sana ya, bye!" Setelah itu Tri pergi meninggalkan kedua pasang manusia yang katanya sahabatan itu.

Diam. Sejujurnya ia senang ketika Zidan menghampirinya, tetapi hatinya berdenyut begitu cowok itu bilang dia habis mengantar Dela.

Apa yang terjadi dengannya? Dela adalah pacar Zidan dan siapa dia?

"Lo nggak pulang?" Tanya Ana akhirnya.

"Lo?" Tanya Zidan mendengar gaya bicara Ana berubah.

"Kamu kenapa?" Tanya cowok itu lagi.

"Pulang gih. Gue mau lanjut latihan, bye!" Entahlah, Ana merasa sakit berada disekitar cowok itu.

Rasa apa ini?

________________________________

Happy reading


FRIENDZONE(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang