Dia Telah Berubah

4 0 0
                                    

Pagi ini Ana sudah siap dengan Map berwarna biru dalam genggamannya. Sambil merapalkan doa dalam hati, ia berharap tidak akan bertemu dengan cowok itu.

Pagi ini Ana di antar oleh Papanya di Sekolah Menengah Kejuruan tempat ia melanjutkan studi nya. Dengan langkah perlahan Ana melangkah mencari ruang TU tempat ia akan mengantarkan berkas untuk pendaftarannya.

"Permisi kak, ruang TU sebalah mana ya kak?" Tanya Ana pada seseorang yang tengah berdiri di lobi. Nampak nya itu adalah salah satu pengurus OSIS.

"Mau anter berkas ya?" Tanya kakak itu basa basi.

"Iya kak" dalam hatinya ketar ketir karena Kakak itu menatap nya tanpa ekspresi.

"Ayo ikutin saya" lantas Kakak itu melangkah mendahului Ana.

Tanpa berpikir panjang langsung saja Ana melangkah mengikuti Kakak OSIS yang menuntunnya.

"Kamu masuk ke ruangan itu, nanti kamu bakal di arahkan ke kursi antrian" jelas Kakak OSIS dengan masih tanpa ekspresinya.

"Terima kasih kak" tanpa membalas ucapan Ana, Kakak OSIS itu sudah menghilang dari hadapan Ana.

Dalam hatinya sedikit merutuki bakal calon senior nya itu. Bakal calon? Lucu sekali.

Sudah hampir setengah jam Ana mengantri namun rasanya masih stuck saja di tempat ini.

Ting!

Fahri

Fahri
Na, kamu dimana? ini udah pada rame

Ana
Suruh duluan aja. Keknya gue masih lama lagi disni

Fahri
Yaudah
Read

Setelah hampir dua jam duduk menunggu gilirannya untuk mengantarkan berkas pendaftarannya, akhirnya Ana selesai dengan segala urusannya.

Tri

Ana
Tri
Lo masi pada msih di sklah gk?

Tri
Yg lain udah pada kelar udah pada pulang juga

Ana
Yaudah. Thanks

Tri
Lo masih lama kah? Dsni msi ada gue, Via, Widya, Echa sama Bunga masih nungguin lo

Sama....Jidan juga. Dia udah kelar nganterin buku, tapi gk mau pulang klo blum liat lo ktnya

Ana
Alahh lo prcaya aja kata dia. Fahri ada gk?

Tri
Fahri? Udah pulang kali. Dia kloter pertama ngantrin buku, begitu kelar udah hilang tu anak. Gada juga dia nanya lo kek, basa basi kek sama kita kita

Udahh lo gercep dikit elaahh. Prenjon lo ribut banget nanyain lo mulu!

Ana
Iya, otw nih
Read

Dalam hatinya sedikit menyesal melepaskan Jidan. Melepaskan? Memangnya dia sudah memiliki?

Pertanyaan retorik itu terus saja berputa di kepalanya. Fahri yang jelas sangat berbeda bahkan sangat bertolak belakang dengan Jidan. Si cuek yang suka ilang ilangan, itu Fahri. Sedangkan Jidan adalah Si care yang kemana kemana harus laporan.

Hati Ana kian dilanda kebingungan kala gedung yang tiga tahun sempat menjadi tempat nya menimbah ilmu, berbagi berbagai rasa sudah terpampang nyata.

Gemuruh rindu itu sudah menyapu habis ruang dalam hatinya. Berharap temu kali ini berbuah manis.

⭐⭐⭐⭐

Sudah selesai segala urusan dan keterkaitannya dengan sekolah itu. Sudah habis masa nya, sudah berlalu segalanya tertinggalah kenangan.

Rasa kecewa dalam hatinya tak bisa ia tepis. Saat mendapati sosok yang katanya tidak ingin ia temui tidak bersama sahabat-sahabatnya.

Dalam perjalanan keluar gerbang, Ana terus mengedarkan pandangannya kemana-mana, sampai diluar gerbang pun ia tak mendapati sahabatnya.

"Nyariin siapa sih Na?" Celetuk Bunga yang menyadari raut wajah Ana yang tidak seceria tadi saat pertama datang.

"G--gak. Gak nyari siapa siapa! Gue cape aja say haha" gagap Ana yang di hadiahi senyuman nakal dari sahabatnya.

"Jidan! Ada yang kangen nih!" Tiba-tiba saja Widya berteriak kepada seorang cowok yang sedang bersama gerombolannya di warung sebelah yang memang biasa menjadi tongkrongan mereka.

"Eh!" Ana tersipu. Tetapi didalam hatinya ia merutuki dirinya sendiri.

"Siapa?" Pertanyaan itu membuat Ana kesal setengah mati. Tidakkah dia melihat disini ada dirinya?

"Dahla gue tunggu disana ya!" Langsung saja Tri berlari menjauh tak lupa ia ikut menyeret sahabat sahabatnya.

"Lo dari mana aja? Ditungguin dari tadi nggak nongol nongol. Pacar lo aja udah duluan cabut!" Mengapa sakit? Mengapa sakit mendengar tata bahasa Jidan yang berubah?

Gue? Lo?

"Aku pulang ya. Udah ditungguin sama mereka" Ujar Ana lantas berbalik. Ia kehilangan harapannya.

"Ana!" Panggil Jidan.

"Ya?"

"Hati-hati ya"

Setelah itu air matanya meluruh tak terhentikan. Ia menangis. Dan ini pertama kalinya ia menangisi seorang pria. Sahabatnya.

_____________________________

Happy reading!

FRIENDZONE(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang