Hai
----•°•°•°•----
Hari Senin datang --lagi. Dalam seminggu kemarin, Keyara hanya masuk 1 kali. Hari ini juga ditemani hujan dari pagi sampai siang ini. Niatnya tadi Keyara tidak sekolah, tapi Mama memaksa dengan menyuruh Keyara memakai jas hujan, hancur sudah acara rebahan nya.
Upacara yang selalu dilakukan setiap hari Senin pun berakhir tak dilaksanakan, karena hujan ini. Aman, tidak terkena panas dari terik matahari. Padahal sinar matahari pagi itu bagus, kok malah dihindari.
Disinilah Keyara, Nisa dan Rania berada, di ruang kelas mereka. Tidak hanya mereka bertiga, ada sebagian anak kelas 12 MIPA 2 memilih untuk berdiam diri dikelas, ada juga yang rela hujan-hujanan demi membeli makanan atau minuman di kantin. Mengingat kalau besok tidak hari Selasa, mereka pasti sudah dari tadi menari di bawah derasnya hujan.
"Hujannya kapan berhenti sih, laper." Keyara menempelkan pipinya di mejanya. Saat ini ia merasa lapar, sangat. Ingin sekali ia menerjang hujan diluar sana, berlari membelah derasnya hujan. Tapi sayang, ia tidak mau lagi mencari penyakit. Keyara hanya cukup minum air mineral yang ia bawa dari rumah.
"Laper gak, Ra?" Keyara hanya mengangguk saat Nisa melontarkan pertanyaan itu. Yang sudah jelas-jelas dari tadi Keyara menahan rasa laparnya. "Siapa suruh gak mau ikut ke kantin tadi, juga kan gue bisa beliin lo makanan."
Keyara menegakkan badannya, lalu menatap Nisa dan siap untuk, "LO TADI NGGAK BILANG ANJIR MAU KE KANTIN. BILANG KEK, KAN GUE BISA TITIP."
"Yaaa lo gak bilang..."
"Udah deh, mood gue udah hancur nambah dihancurin lagi." Keyara beralih membenamkan wajahnya diantara kedua tangannya yang dilipat diatas meja. Ia terlalu malas untuk berdebat hari ini.
"Yaudah deh, nanti kalau hujannya reda, gue traktir bakso deh."
------<<<•••°°°°•••>>>------
Lain halnya dengan Argha, Rafa dan Doni. Mereka bertiga lagi nangkring di kantin. Argha yang sibuk dengan ponselnya, Rafa yang sibuk dengan mie ayamnya, sedangkan Doni sibuk mengaduk-aduk teh hangatnya. Mereka bertiga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tidak hanya ada mereka bertiga dikantin, melainkan banyak dari anak-anak kelas 10, 11 dan 12, apalagi kebanyakan dikantin saat ini dipenuhi oleh anak cowok.
"Ara gue beliin apa ya? Gue chat gak dibales, centang 2 abu-abu. Tuh anak belum makan daritadi." ucap Argha pada kedua temannya. Ia beralih pada teh hangat yang ia pesan tadi, mengaduk-aduk dan meminumnya. "Bakso aja kali ya?"
Rafa dan Doni hanya mengangguk, mereka berdua serasa tidak mau diganggu, mereka hanya mengiyakan pertanyaan Argha, agar anak itu tidak banyak bertanya. "Apa aja lah, terserah, cilok aja cilok. Jangan bakso." ucap Doni setelah menegak teh hangatnya.
"Yaudah deh cilok."
"Labil lu anjir kayak anak perawan." Doni melemparkan tisu bekas dirinya kearah Argha, yang langsung menerima tatapan tajam dari Argha. "Kalem bos."
"Kak Arghaaa!"
Argha menengokkan kepalanya kesamping, ia menaikkan satu alisnya tanda ia bertanya. Orang yang memanggil namanya ialah tak lain dan tak bukan Yura. Argha sebenarnya malas meladeni si Yura Yura itu. Tapi si Yura lah sumber duitnya, katanya. Setiap Argha minta traktir, pasti bakal diturutin. Tidak hanya itu, bahkan Yura rela disuruh-suruh Argha buat melaksanakan perintah dari Argha sendiri. Segitu kah Si Yura Yura Kampret bucin kepada seorang Argha Samudera?
"Kak Argha ngapain disini?" tanya Yura dengan nada sok imut. Ia sudah duduk disamping Argha, dan bergelayut ditangan Argha.
Doni rasanya ingin sekali menggaruk mulut Yura itu, "Lo pikir aja sendiri, orang di kantin itu ngapain. Boker?" membuat semua orang yang ada di kantin menatap tajam ke arah Doni. Salah sendiri ngomong begituan di kantin, cari mati dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUNGGU [Younghoon] ✓
Novela JuvenilJudul awal: Twelve Years Of Waiting Kata 'menunggu' itu sangat dibenci oleh semua orang, iya kan? Tapi tidak bagi Argha yang dengan setia menunggu sahabat satu-satunya itu. Ia rela menunggu sahabatnya sampai belasan tahun lamanya. Setelah sahabatnya...