Halo halo halo
Udah mau akhir September aja:)----•°•°•°•----
Pukul 10 pagi, koridor rumah sakit sedang sepi-sepinya. Bunyi kursi roda yang didorong itu menggema memenuhi jalanan koridor yang dilewati. Argha, Rafa dan Doni. Mereka bertiga sedang menuju ke salah satu ruang inap pasien, dengan Argha yang masih belum sembuh total itu memaksa untuk menemui Keyara. Mama terpaksa menyetujuinya karena tidak mau melihat anaknya itu tidak mau makan lagi. Berakhirlah ia disini, ditemani dengan kedua temannya itu, Rafa yang mendorong kursi rodanya, sedangkan Doni yang memegang botol infus. Orangtuanya juga mengikutinya dari belakang, sedikit jauh dari dirinya.
Dibelokkan sudah nampak beberapa orang yang duduk dan berdiri sambil bersandar didinding. Disana ada orang tua Keyara, dan ada Kak July dan Bang Juno juga (begitu sapaan akrab Argha pada kedua kakak sahabatnya itu) dan juga ada Nisa dan Rania. Mama Keyara terlihat khawatir dengan Appa yang merangkulnya. Argha dibuat bingung dengan apa yang ia liat hanya dari raut wajah orang-orang disana.
Ia sampai didekat orang-orang itu, fokus mereka teralihkan pada Argha yang duduk dikursi roda dengan pandangan bingung serta bertanya-tanya didalam hati, ada apa sebenarnya?
Mama yang melihat Argha itu langsung memeluk tubuh Argha, memeluk erat dengan tangan Mama yang mengusap rambut belakang Argha. "Nak, kamu gak pa-pa kan? Udah sehat? Maafin Mama belum bisa jenguk kamu.."
Mama melepaskan pelukannya, lalu menatap lembut kearah Argha, "Kamu temuin Ara ya, dia tadi sempet drop. Bisikkan kata-kata yang buat dia bangun ya sayang... Mama mohon sama kamu. Mama harap, dengan dia denger suara kamu, dia bangun. Mama gak mau kehilangan Ara, nak... Mama mohon sama kamu."
Argha mendengar Keyara sempat drop itu langsung saja berdiri dari duduknya tanpa menyadari kalau tubuhnya masih lemas, Doni yang refleks langsung menopang tubuh Argha hanya dengan memakai satu tangan. Mama Keyara juga ikut menopang tubuh Argha yang masih lemah itu dan menuntunnya untuk kembali duduk. Yang lainnya juga jelas panik, bahkan Mamanya Argha sampai hendak menghampiri anaknya, tapi ditahan oleh Papanya Argha.
"Nak, kamu yang tenang dulu. Ingat tubuh kamu masih lemah, masih belum bertenaga. Jangan gegabah. Iya, Mama tau pasti kamu khawatir sama keadaan Ara setelah denger apa yang Mama ucapin tadi. Kamu tenang dulu sayang..." Mama Keyara berusaha menenangkan Argha yang sudah ia anggap sebagai anaknya itu.
"Aku mau ketemu Ara, Ma.." ucapnya kemudian. Mama hanya mengangguk menginyakan, lantas menengok kearah orang tua Argha dan mendapatkan senyuman serta anggukan. Lalu, dengan begitu saja Mama mengambil alih kursi roda Argha, mendorongnya hingga masuk keruangan yang ditempati oleh Keyara, hilang lenyap dibalik pintu ruangan inap itu, meninggalkan kerisauan diluar sana.
Kini, Argha dan Mama sudah disamping bangkar yang ditiduri Keyara. Hatinya kembali perih. Argha meneteskan air matanya yang sudah membendung saat kali pertama masuk ruangan. Kini, tubuh sahabatnya terbaring lemah diatas bangkar rumah sakit. Dengan alat-alat yang menempel ditubuhnya. Kepalanya juga diperban, dengan masker oksigen yang terpasang di wajah cantiknya itu. Sungguh, rasanya Argha ingin sekali pergi dari sana. Ia tidak sanggup melihat tubuh sahabatnya terbaring seperti tak ada tanda kehidupan disana. Tapi tubuhnya rasanya enggan untuk bergerak sedikitpun.
"Argha, Mama tinggal ya. Ara pasti kangen banget sama kamu." ucap Mama sambil berjongkok didepannya, mengusap lembut rambutnya. Kemudian, sebelum beranjak keluar, Mama mencium kening Keyara dan berbisik, "Ada Argha-mu nih sayang. Bangun ya, Nak. Mama mohon sayang." kemudian, mencium lagi kening anak bungsunya itu dengan rasa sesak di dadanya. Mama tersenyum, sebelum benar-benar berlalu keluar meninggalkan Keyara dengan Argha disana.
![](https://img.wattpad.com/cover/256243696-288-k789699.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUNGGU [Younghoon] ✓
Novela JuvenilJudul awal: Twelve Years Of Waiting Kata 'menunggu' itu sangat dibenci oleh semua orang, iya kan? Tapi tidak bagi Argha yang dengan setia menunggu sahabat satu-satunya itu. Ia rela menunggu sahabatnya sampai belasan tahun lamanya. Setelah sahabatnya...