Anse bersandar pada pilar yang berada beberapa meter di depan aula sedangkan matanya menatap lurus ke dalam ruang serbaguna itu.
Ada beberapa siswi yang sedang berlatih menari untuk praktek seni budaya hari ini.
Disana ada Binta, ia hanya duduk di atas kursi yang terletak di pojok ruangan. Memperhatikan yang lainnya berlatih menari.
Oh ayolah, cewek itu membuat Anse merasa sangat bersalah sekarang.
Wajah pucat dan tangan nya yang selalu memegangi bagian perut menjadi petunjuk kuat untuk Anse dan menandakan bahwa cewek dengan rambut kepang dua itu tengah menahan rasa sakit.
Rasa bersalah Anse yang mengajak Binta minum kopi (Ini Zia yang memberitahu sekaligus marah-marah pada Anse karena kemarin Zia melihat Mas Bulan yang menjemput Binta), hal itu cukup untuk membuat Anse berdiri di tempat nya sekarang dan mengabaikan tugas dari Pak Rangga yang dikumpulkan sore ini.
Anse mengacak rambutnya frustasi "Ayo Anse, mikir dong lo harus ngapain. Lo udah sepuluh menit berdiri disiniii kayak orang bloon" maki nya pada diri sendiri.
Anse jadi celingukan, ia baru ingat kalau tadi pagi sempat membeli minyak kayu putih dan Paracetamol di apotek untuk Binta.
"Anjir niat banget gue" Kekeh Anse sarkas dengan suara kecil setelah merogoh kantung almamater nya dan menemukan minyak kayu putih beserta obat Paracetamol.
.
"Ta? Nggak papa emang kalo gue tinggal ke ruang praktek SBK sama yang lain?"
Binta tersenyum kecil "Ngga papa kali Sa, kan kalian mau ngambil nilai. Gue mau disini aja dulu, siapa tau gue bisa tidur"
Salsa tampak khawatir, pun beberapa teman Binta yang terlihat mengerubungi cewek itu.
"Gapapa" Kata Binta meyakinkan sekali lagi.
"Lagian elo sih pake sekolah segala! Harusnya di rumah aja, istirahat" Omel Salsa bercampur rasa khawatirnya.
"Hari ini ada ulangan matematika, mana bisa gue bolos? Udah sanaa gih" Usir Binta mendorong tubuh Salsa.
"Yaudah, kalo ada apa-apa chat gue"
"Iyaaa"
Dengan berat hati salsa dan yang lainnya keluar dari Aula menuju ke ruang praktek, meninggalkan Binta yang mulai berbaring dan meletakkan kepalanya pada kursi-kursi yang terdapat di aula.
"Kalo mau tidur mending di UKS, lebih aman"
Binta membuka mata, ah suara itu.. sangat Binta kenali.
Binta tersenyum lebar "Anse?"
"Hai"
Anse mengambil kursi lalu menariknya dan cowok itu duduk di hadapan Binta. Ia menyodorkan air mineral botolan pada Binta.
"Air? Buat apa?"
"Buat minum obat" Balas Anse sambil mengangkat kedua sudut bibirnya "Sini tangannya".
Binta memajukan tangannya lalu Anse meletakkan satu butir Paracetamol pada telapak tangan Binta.
"Minum ta, kemarin kata Zia lo demam juga"
Binta masih enggan memasukkan obat ke dalam mulutnya. Matanya masih memandangi tablet Paracetamol yang cukup besar itu. Ah, ia punya pengalaman buruk tersedak obat dulu.
"Kenapa? Gak bisa nelennya?" Tanya Anse sembari memajukan kursi nya demi bisa melihat ekspresi wajah Binta.
"Pahit.." Wajah Binta sudah memelas, menatap Anse dengan wajah cemberutnya. Jujur saja saat ini Anse cukup heran. Entah apa yang dirasakannya, cowok itu tiba-tiba merasa seolah ingin melakukan sesuatu yang lebih untuk Binta yang masih memegangi perut dengan wajah pucatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Anse!
Teen FictionTujuan awal Anse mendekati Binta tak lain hanya untuk menutupi kekurangan dan menghilangkan rumor buruk tentangnya. Namun tanpa di sangka, Anse malah di hadapkan dengan hal-hal sulit yang menyangkut tentang perasaannya. ... Ahn Seongmin as Anselio S...
