Mimpi Buruk Anse

48 13 0
                                        

Anse mengeluarkan buku dari ranselnya. Cowok itu kini tengah duduk di kursi, di dekat meja belajarnya. Diam-diam ia melirik ke jendela yang berada tepat di depan meja belajarnya.

Hari sudah mulai gelap, Anse masih memandangi ke bawah jendela dengan ekspresi tak terbaca. Rupanya ada Binta yang sedang menyapu lantai teras rumahnya. Senyum manis nya tak pernah luntur, Anse menerka apa yang ada di fikiran gadis itu sampai-sampai ia senyam-senyum sendiri.

Anse berhenti melihat ke bawah jendela kamarnya begitu mendengar bunyi notifikasi dari handphone nya.

Anse On Mission (3)

Kevan : Gimana? Jadi ngajak Binta balik?

Anse : send a picture

Seno : Aaanjaaay, tinggal Pepet dikit lagi aja. Gue jamin klepek-klepek tu cewek.

Anse : y

Anse menghela nafas, cowok itu belum beranjak dari tempatnya. Namun perlahan Anse menutup gorden jendela kamarnya lalu bersandar pada kursi.

Anse kembali menarik nafas dan membuangnya keras. Cowok itu meletakkan kepalanya pada lipatan tangannya di atas meja. Entah yang di lakukan nya ini benar atau salah, pada akhirnya ia berjanji akan tetap menanggung segala resiko nya sendiri.

.

"Apa yang terjadi kalo voice note ini gue sebar ke situs sekolah?"

"Gak akan ada yang percaya sama lo"

Anak laki-laki itu tersenyum miring, ia lantas berdecih kemudian kembali menggoyang-goyangkan pelan handphone nya sambil membuka room chat WhatsApp di depan wajah Anse yang berdiri di hadapannya.

"Yakin, kalo gue sebar ini gak akan ada yang percaya sama gue?"

"Gak! Gak akan ada yang percaya sama Lo"

"Anselio, suara lo ituu sangat-sangat khas. Semua orang kenal sama suara lo. Masa iya mereka gak akan percaya?"

"Gue juara umum di sekolah ini, semua orang kenal gue, semua orang ngga mungkin ngucilin gue karena ini"

"Masa sih? Apa semua orang bakalan tetep percaya sama Lo, setelah gue tekan tombol forward iniiii?" kata anak laki-laki itu dengan intonasi meledek.

"Nggak, pokoknya lo gak boleh nyebarin itu"

"Ah, gue gak bisa janji"

Anse tersentak namun cowok itu masih berusaha mengendalikan diri. Ia diam beberapa saat, dengan napas tertahan dan tangan terkepal kuat Anse kembali bicara "Mau Lo apa?"

Anak laki-laki tadi tampak senang, raut wajahnya berubah setelah mendengar pertanyaan yang Anse lontarkan.

"Simple, pindah sekolah dan jangan pernah lagi nunjukkin muka lo disini"

Anse menautkan halis, napasnya tiba-tiba tercekat.

"Pindah? Itu bukan hal gampang. Gue gak bisa"

"Yaudah kalo gitu Lo setuju gue sebarin ini di situs sekolah. Ah iya, dan di grup WhatsApp sekolah juga"

"Nggak"

"Yaudah pindah, pergi sejauh-jauhnya. Pindah rumah sekalian!" desak anak laki-laki tadi. Ia terus melangkah maju hingga membuat Anse termundur. Anse tersentak, tubuhnya sudah menabrak tembok yang ada di belakangnya.

"Gue gak mau"

"Kalo gitu beberapa detik lagi voice note ini bakal kesebar, dan semua orang bakalan tau kalau ternyata Anselio itu sangat-sangat nggak pantes buat di jadiin idola"

Hello, Anse!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang