Author ~ 0.7

171 23 1
                                    

'Yang dulunya sedekat nadi, kini sejauh matahari. Perasaan yang dulu disadari, kini tertutupi karena kembalinya seseorang yang jelas-jelas tak menginginkan kita lagi.'

-J.one







 
   "Kak? Kakak gak seneng aku disini, ya?" tanya Wonyoung saat Jisung kedapatan melamun kesekian kalinya.

"Oh, ng-nggak kok, Kakak seneng."

  "Lagian Kakak dari tadi liatin ponsel sama ngelamun terus, nungguin chat dari doi ya?" goda Wonyoung. Jisung menggeleng kaku.

  "Bukan gitu, y-ya canggung aja gitu kita yang dulunya deket, sekarang kayak orang baru kenal," elak Jisung. Dan Wonyoung hanya mengangguk mengiyakan.

"Biasanya juga santuy."

Brak!

  "Ekhem, mohon maaf mengganggu waktu pacarannya, tapi buat oknum yang namanya Han Jisung harus ikut saya," perintah Minho yang baru saja menggebrak meja tadi.

"Ada dendam apa lo sama gue?"

  Minho menghela nafas pelan mendengar ucapan Jisung, "Urusan kerjaan, Papa nyari kamu, jangan nyari alasan buat kabur."

  Lalu menarik Jisung untuk mengikutinya. Dan dipertengahan jalan yang cukup sepi, Jisung menghentikan Minho.

  "Berhenti, gue tau Pak Lee gak nyari gue. Jadi, apa maksud lo nyari gue lagi?" tanya Jisung dengan ketus, lagi.

  "Aku cuma mau ngelurusin masalah, kita salah paham waktu itu, aku gak ada niat macem-macem sama kamu," jelas Minho yang lalu dibalas kekehan sinis.

"Terus, gue percaya? Gak!"

  "Dari awal udah keliatan kalo lo sengaja bikin ide naskah gue sama Kak Lee Know sama biar gue jadi bahan hujatan orang-orang," cetus Jisung.

  "Ji, masalahnya udah kelar, jangan diperpanjang dan kekanak-kanakan, lagipun kamu bisa tanyain langsung sama Papa aku." Menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, Minho menahan diri agar tak ikut emosi.

  "Tch, lo 'kan anaknya, bisa aja lo nyuruh dia iya-iyain aja." Cukup, menahan emosi membuat dada Minho terasa sesak, ia tak bisa menahannya lagi sekarang, hingga...

Bugh!

  "Gue gak peduli lo marah ke gue karena dapet hujatan dari penggemar Lee Know, tapi gue harap lo gak kekanakan lagi!" bisik Minho sembari menekankan kalimat terakhirnya.

  Dan hal itu membuat Jisung serasa tertusuk duri berkali-kali. Menyakitkan, karena ia punya masa lalu yang cukup kelam dan berkaitan dengan hal tadi.

  Lagi pula, Jisung memang seharusnya marah pada Minho karena lelaki itu tak tulus berteman dengannya, setidaknya begitulah yang dipikir Jisung.

Padahal, ia hanya menyimpulkan disatu sisi saja, tanpa tau sisi lainnya.

  Bahkan dinding yang ada tepat disamping kepalanya itu sedikit retak akibat pukulan Minho yang begitu kuat.

...

  "Permisi, ada Lee Felix?"

  Ucapan Chan sempat tak terhiraukan karena sebagian murid ada yang menengok kearah kursi Felix dan bertanya dimana, dan sebagian hanya fokus melihat wajahnya.

  Hingga akhirnya salah seorang lelaki menyahuti, "maaf Kak, Felixnya lagi keluar kelas tadi."

  Chan menoleh kearah lelaki yang baru saja berbicara itu, "O-oh, temennya aja deh, ada temennya gak?"

The Author Couple [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang