Wonderwall

73 22 6
                                    

Vote dan Comment ditunggu!!
Penulis perlu diapresiasi :)

Ketika sesampainya di rumah, Winter segera masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu. Dibukanya buku berwarna coklat tempat dimana dirinya mencurahkan seluruh isi hatinya.

Dear Diary..

Hey kamu manusia berbaju hitam, bagimana? apakah dihatimu sudah ada namaku? Kita itu lucu ya..  kita selalu bersama tapi nyatanya kita tak bisa selamanya.

Jujur aku bingung sama sikapmu, kadang kamu membuatku seakan aku ini spesial dihatimu, dan kadang kamu bersikap seolah menekankan bahwa hubungan kita tidak lebih dari teman.

Hey kamu maanusia berbaju hitam, kamu itu maunya apa? Jika memang kamu ingin menetap di hati gue, yaudah menetap dan jangan pergi. Tapi jika memang kamu tidak ingin menetap silahkan pergi sejauh mungkin karena aku gak akan bisa melihat kamu.

Karena setiap melihat kamu hatiku bercampur-aduk. Aku tau kamu lagi sakit dan kamu perlu fokus untuk kesehatanmu.. tapi jujur aku tak kuat bila menahan ini lebih lama lagi.

Atau mungkin.. aku yang harus pergi menjauhi kamu? Hey kamu manusia berbaju hitam, tolong beri tahu aku apa yang harus aku lakukan..

Mungkin setelah aku membuat puisi ini, hatiku dapat lebih tenang..

Helaan nafas dikala lelah menghampiri
Kau duduk disebrang sana
Menatap tajam ke depan
Hingga membuatku tanpa sadar mengamatimu

Kita yang berbeda namun selalu bertemu
Kita yang awalnya hanya berteman
Namun sayangnya hati tak bisa menahan

Kemudian kau berdiri di depan sana
Memberi tahu seperti layaknya orang bijak
Entah mengapa aku kembali jatuh kedalam pesonaku
Mungkin, semesta dan takdir memang menguji kesabaran'ku

Semesta, bisakah kau hentikan waktu
Takdir, bisakah aku bersamanya
Dan kamu, bisakah mengerti hal ini?

Tanpa disadari air matanya jatuh begitu saja diatas kertas yang hampir penuh itu. Kemudian ditutup rapat-rapat buku coklat itu.

Hal yang paling sakit baginya adalah ketika menangis tanpa suara, ketika ingin menyampaikan namun tak bisa.

Setelah itu, ia berbaring di pulau kapuk meratapi nasib yang membingungkan.

Tiba-tiba saja ponselnya berdering, dan memunculkan sebuah nama yang sedari tadi membuat hatinya gelisah.

Kang Bikin Galau

Segera mungkin ia menghapus jejak air matanya, dan segera mengangkat telepon itu.

"H-halo"

"Eyo!! Kenapa? Nangis lu? Kan udah gue bilang.. kalau ada masalah tuh cerita.."

"..."

"Kenapa sih? Lu mau ketemuan?"

"Enggak"

"Kok lu tiba-tiba jadi cuek sih? Gue ada salah sama lu?"

"Enggak gitu, tapi Pi.. bisa kasih gue waktu menyendiri sebentar?"

"Kenapa?"

"Gue butuh waktu untuk memastikan untuk maju atau mundur"

"Maksudnya?"

"Nanti lu juga tau.. gue matiin ya.. bye"

Tanpa menunggu persetujuan dari seberang sana, Winter mematikan ponselnya secara sepihak.

Kemudian ia keluar kamar dengan mata seperti habis disengat lebah.

"Eh itu matanya kenapa? Disengat lebah dimana?" tanya Arin; kakak Winter.

"Gue gapapa." ujar Winter cuek sambil mengambil segelas air dari dispenser.

"Oh gue tau! Pasti gegera DIA kan?"

Winter pun langsung memuncratkan air yang ada dimulutnya dan menatap Arin dengan tatapan mematikan.

"IHH ANJIR KENA GUE!!! Tapi tebakan gue bener kann?"

"Gak salah"

"Gak salah, berarti artinya bener.. . Sini-sini coba ceritain kenapa?" ujar Arin sambil menarik tangan Winter untuk segera duduk di sofa yang ada di dapur.

Winter pun menghela nafas dan kemudian menceritakan semua keluh kesahnya, Arin pun mendengarkan secara seksama.

"Ih gila.." spontan Arin setelah mendengar cerita Winter

"Iyakan? Gue juga mikirnya gitu.."

"Saran gue sih, bertahan aja. Tapi lu kudu lihat gerak-gerik dia juga.. . Dia kan gak ada nyuruh lu secara terang-terangan buat pergi dari hidup dia kan? Jadi mending lu bertahan. Tapi kalau lu udah lihat dia sama cewe lain atau denger dia nyuruh lu buat pergi, lu yang mesti dan harus pake banget buat pergi. Gitu.."

"Tapi gua gak kuat kak.."

"Dia lagi sakit Win, waktu dia juga gak banyak.. . Mungkin itu juga yang membuat dia gak mau memperjelas hubungan kalian.. . Lu jangan egois.. lu juga harus lihat dari sisi dia.." ujar Arin sambil memegang pundak Winter.

Winter pun terlihat seperti berpikir, dan setelah itu dia tersenyum, "Makasih ya kak, gila sih gue gak ngerti lagi kalau gak ada lu.. sumpah gue bingung banget tadi.."

"Iye.. masama.. . UDAH TUH BERSIHIN BEKAS AIR YANG MUNCRAT!! PEL!!" ujar Arin kepada Winter.

"Iye kak iye.."

***

Di lain tempat, tampak seorang remaja laki-laki sedang bingung dan mondar-mandir dikamarnya.

"Kenapa sih bang??" ujar Alexa ketika memasuki kamar Xavier.

"Gue bingung sama Winter.. dia tiba-tiba jadi dingin sama gue.. . Gue gak tau salah gue apaan.." keluh Xavier sambil menggigit jari.

"Dia ada bilang mau apa gitu gak?"

"Ada.. . Katanya mau menyendiri untuk memastikan untuk maju atau mundur.. . Tapi gue gak ngerti maksudnya apaan.."

"Yailah.. . Itu artinya dia bingung sama perasaannya ke elu bang! Lu sih gantungin perasaan anak orang mulu.. . Sebenarnya lu suka gak sih sama Winter?" ujar Alexa dengan kesal.

"Gue.. gue juga bingung.." ujar Xavier.

"Sekarang gini deh bang, lu pastiin hati lu juga.. sebenarnya lu tuh ada rasa gak sama Winter? Selain itu jaga kesehatan lu bang.. Inget lu kudu minum obat juga.. . Lu udah minum obat belum?" jelas Alexa.

"Belum" ujar Xavier dengan terkekeh.

"MINUM OBAT ABANGKU SAYANG!!" teriak Alexa tiba-tiba.

"Anjir anak monyet teriak.."

"Astaga.. dikatain anak monyet dong sama Abang sendiri.. jahat lu bang sumpah! PAPA ABANG GAK MA-"

"Diem anjir! Ngadu mulu ih! Kesal gue.." ujar Xavier sambil membungkam mulut Alexa. Alexa pun tertawa sambil menyodorkan satu kantong obat-obatan yang harus dikonsumsi oleh Xavier setiap harinya.

Secret Between Us (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang