Kini Xavier telah keluar dari rumah sakit dan Ia kembali beraktivitas seperti dahulu. Namun sayang, kini keheningan terjadi diantara dirinya dan perempuan itu.
Keduanya termakan oleh ego sendiri, sehingga keheningan itu terus berlanjut. Hingga suatu ketika, Xavier tanpa sengaja bertemu dengan Winter yang sedang bernyanyi di salah satu cafe disudut kota.
(Bayangin aja Winter nyanyi seperti yang ada di thumbnail)
Tidak tahu mendapatkan dorongan darimana, Xavier mengarahkan ponselnya dan merekam gadis itu ketika sedang bernyanyi.
Di tengah-tengah merekam, ia merasakan gejolak perasaan yang begitu besar dalam hatinya. Seperti merasa lagu itu ditujukan untuk dirinya.
Setelah Winter selesai bernyanyi, tepukan meriah pun terdengar di setiap sudut cafe itu. Senyuman pun tak dapat lagi di tahan oleh gadis itu, sehingga matanya tampak seperti menghilang diantara kedua pipinya.
Namun tak beberapa lama, senyuman itu memudar dikala dirinya mendapati seorang laki-laki yang membuat hatinya perih sedang merekamnya.
Takut jika semakin lama disana akan menangis, Ia pun langsung pamit kepada semua orang dan pergi meninggalkan cafe itu.
Melihat hal itu, Xavier pun mematikan ponselnya dan kemudian mengejar Winter.
"Winter!!!"
Telinga seakan tidak bisa mendengar, Winter mengacuhkan teriakan panggilan itu dan terus berlari.
"WINTER ARANA! TUNGGU!!"
Winter pun berhenti berlari ketika nama panjangnya disebut. Kemudian ia menunduk enggan menatap orang yang kini sudah ada berada di hadapannya.
"Win, liat gue."
Air mata pun tak dapat lagi ditahan, Winter pun menangis dalam diam sambil terus menunduk.
"Win.."
Kemudian laki-laki itu memegang kedua pipi Winter sehingga mata mereka pun bertemu. Tangis Winter pun menjadi pecah. Laki-laki itu pun langsung memeluk dengan erat.
Denganmu, aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa takut menunjukkan sisi terlemahku. Tapi apakah ini akan selamanya? Aku tak tahu.
Setelah beberapa menit, mereka pun melepaskan pelukan dan kembali ke cafe tersebut untuk berbincang-bincang.
"Apa kabar?" ucap Xavier sambil menatap gadis itu. Gadis itu masih terus menunduk dan menggenggam erat segelas coklat dingin yang ada dihadapannya.
"Maaf.." kini Xavier kembali bersuara lagi, Winter hanya bisa diam membatu mendengar itu.
"Maaf udah buat lo kayak gini. Maaf udah buat lo mikir macem-macem tentang gue. Maaf udah buat lo tiap malem nangis karena gue. Maaf udah-"
Merasa sudah keterlaluan, Winter pun memotong kalimat laki-laki yang duduk di hadapannya itu, "Udah cukup. Jangan minta maaf lagi.. gue selalu maafin lo, Vi.."
Tak habis pikir dengan semua kebaikan gadis itu, Xavier kini bertanya, "Kenapa lo baik banget sama gue, setelah semua yang gue lakukan ke lo?"
"Gue? Ahaha.. gue emang gini.. se-kecewa apapun gue sama orang yang gue sayang, gue bakalan tetep maafin mereka dan gue akan tetap berperilaku baik kepada mereka, tapi gue terkadang gue butuh waktu untuk sendiri." jelas Winter dan Xavier pun kini tersenyum sambil menatap pilu gadis itu.
Entah apa yang dirasakan laki-laki itu, namun yang pasti ia tahu bahwa gadis yang berada dihadapannya itu sedang menyembunyikan sakit hati teramat dalam yang tidak bisa diungkapkan lewat kata-kata.
Dan ia pun hanya berharap jika semuanya akan baik-baik saja di kemudian hari.
Mereka pun kemudian berbincang-bincang hingga lupa waktu. Tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, sehingga Xavier pun mengantarkan Winter kembali ke rumahnya.
***
Setelah sampai dirumah, Winter langsung melemparkan dirinya ke pulau kapuk tempat dimana ia mencurahkan semua isi hatinya.
Tiba-tiba saja ia teringat akan tanggal ulang tahun laki-laki yang ia temui tadi. Dengan segera melihat kearah kalender kamarnya dan senyuman pun merekah di wajahnya.
"Bentar lagi ulang tahun dia, ya? Habis itu ulang tahun gue.."
Ia pun bergegas mengambil paper bag yang sudah ia siapkan dari jauh hari. Benar.. meskipun mereka saling mendiamkan, Winter telah menyiapkan hadiah untuk laki-laki itu.
Ia pun mengeluarkan salah satu hadiah yang akan diberikan untuk laki-laki itu dari paper bag, lalu memindahkan beberapa puisi kedalamnya yang memang sudah ditujukan untuk laki-laki itu dari buku coklat kesayangannya.
Ia pun menulis dengan hati-hati sambil sesekali tersenyum. Tak lupa ia menggambar di sudut kertas itu seakan mengilustrasikan puisinya itu.
Winter pun merasa cukup puas dengan karyanya itu. Ia pun kemudian memiliki ide untuk menuliskan kembali awal pertemuan dengan laki-laki itu hingga sekarang.
Tak terasa hari semakin larut, ia pun memutuskan untuk menutup kedua barang itu lalu pergi ke alam fantasi.
Namun sebelum pergi ke dunia fantasi, ia melakukan aktivitas seperti biasa; berdoa sambil mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan. Karena hanya kepada Tuhan kita bisa menceritakan semua keluh kesah dengan aman dan nyaman tanpa takut dihakimi.
***
Disisi lain, seorang laki-laki bersama seorang perempuan sedang berkutat pada ponselnya dengan serius.
Double kill..
"Ahahaha mampus"
"Diam lo anjir.."
Triple kill..
"HEH JAGA DISANA WOI!!"
"YA SABAR!!"
Tak beberapa lama keduanya pun meregangkan otot-otot tangannya.
"Gila sih lawan kali ini lumayan susah" ujar seorang gadis.
"Lu yang cupu!" ejek Xavier.
"Makanya lu kudu bantuin gue lah.." sahut gadis itu gak mau kalah.
"Iye dah terserah lu, untuk adek gue.." ujar Xavier setengah mencibir. Alexa yang mendengar itu menatap dengan sinis.
Seketika teringat akan kejadian Winter, Alexa pun ingin mengetahui perkembangan kedua manusia ini, "Bang.. winter gimana?"
"Winter?" tanya Xavier memastikan.
"Iye.."
"Udah gapapa kok. Tadi kita ketemu di cafe terus baikan deh." ujar Xavier sambil tersenyum kecil.
"Hah? Gimana? Sini coba cerita dulu.."
Xavier pun kemudian menceritakan segala sesuatu yang terjadi kepada Alexa. Alexa pun mendengarkan dengan seksama dan kemudian ikut tersenyum.
"Nah bang.. lo liat sendiri kan gimana tulusnya Winter sama lo?" ucap Alexa setelah mendengar seluruh kejadian yang diceritakan laki-laki itu yang kemudian dibalas dengan anggukan kepala.
"Sekarang lo mau gimana?" tanya Alexa lagi.
"Gue gak tahu.. gue bingung.." ujar Xavier sambil menggelengkan kepalanya. Gemas dengan sikap abangnya itu, Alexa pun hendak memarahi laki-laki yang lebih tua satu tahun darinya itu.
Namun sayang, laki-laki itu sudah kabur menuju kamarnya sebelum adik itu memarahinya. Alexa pun hanya bisa mengelus dada.
"Untung abang gue.. kalau gak udah gue gebukin lu.. hadeh.. sabar le.. sabar.." ucap Alexa kepada diri sendiri.
Sementara Xavier yang sudah berada di kamarnya, Ia merenung sambil menatap langit-langit kamar.
"Gue harus apa? Gue harus gimana? Gue nyaman dengan situasi ini, tapi gue bingung.. astaga.." gerutunya pada diri sendiri.
Ia pun memandangi foto dirinya, Alexa, dan.. Winter. Gadis yang mengisi hatinya beberapa akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Between Us (HIATUS)
Teen Fiction(Adaptasi dari lagu Stars - Arash Buana) #37 in teenromance [03/10/21] #54 in cintadalamdiam [31/05/21] Bagaikan bintang yang selalu ada di galaksi, Aku tak akan pergi dan selalu disini. • update: hari jumat & sabtu W A R N I N G ! ! JIKA ANDA INGI...