Hampa (Xavier)

65 12 3
                                    

Vote dan Comment ditunggu!!
Penulis perlu diapresiasi :)

Sepi sunyi meski dalam keramaian, berdiam diri sambil menatap orang yang berlalu lalang.

Xavier menunduk sambil memikirkan apa yang ia katakan kepada Winter. Tetapi tiba-tiba saja seorang menepuk pundaknya, "Woi!"

Xavier pun segera melihat siapa orang itu, ternyata itu adalah Chiko. Xavier pun memutar bola matanya dengan malas, "Ngapain Lo disini?"

Chiko pun tersenyum sinis, "Lo berantem sama Winter?" Xavier pun hanya menatap tajam Chiko.

"Kalau Lo gak bisa bahagiain dia, biar gue yang lakuin. Dia cewek! Jangan Lo tarik ulur se-enaknya! Lo pikir dia layangan? Dia punya hati bos!!" ujar Chiko lagi dengan nada yang menusuk. Setelah itu Chiko berlari mengejar Winter.

Xavier yang merasa tertampar dengan kata-kata Chiko, ia pun segera mencari keberadaan Winter. Tapi sayang, ternyata Winter tengah berada di pelukan orang lain.

"Mungkin dengan seperti ini, kamu bisa lebih bahagia." batinnya.

Ia pun segera berbalik badan dan menahan nyeri pada dadanya, "Sialan!! Kenapa mesti sekarang sih sakitnya?!!" gerutunya sambil berjalan tertatih dikoridor.

Semakin lama, ia merasa kepalanya berputar dan banyak kunang-kunang dalam benaknya.

"Gue kuat, gue pasti kuat"

Tapi sayang tak sampai 10 langkah dirinya terjatuh dan tak sadarkan diri.

***

Selang beberapa hari, Xavier kembali dirawat dirumah sakit guna melakukan perawatan intensif.

Xavier juga melarang pihak sekolah, dan keluarganya untuk memberitahu tentang penyakitnya ini kepada orang lain, terkhusus kabarnya yang sedang di rumah sakit kepada Winter.

"Bang, lo kenapa sih gak bilang sama Winter kalau lo dirawat di rumah sakit? Kan lo sendiri yang jadi sedih kek gini.." ujar Alexa sambil memotong buah yang ada diatas malas. Xavier hanya tersenyum pahit.

"Oh ya.. gue denger-denger, katanya Winter lagi deket sama cowok lain ya? Namanya.. Chiko kalau gak salah.. bener gak?" ujar Alexa lagi. Xavier hanya mengangguk lemas.

"Lo sih bang, kelamaan gantungin Winter.. kan jadinya Winter diembat sama orang lain.." lagi-lagi Alexa berbicara namun hanya dibalas dengan tatapan sendu milik abangnya itu.

Alexa sebenarnya sudah tidak kuat melihat abangnya yang menahan rasa sakit pada tubuhnya, dan sekarang hatinya juga sakit.

Alexa sangat ingin rasanya memberitahu akan perasaan abangnya kepada Winter agar gadis itu tidak merasa bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan, tapi sayang dirinya tidak punya hak atas itu.

Alexa menatap abangnya dengan iba, "Bang.. lo makan dulu nih buahnya.. udah gue potongin.." ujarnya sambil menyuapi Xavier. Xavier pun membuka mulutnya, dan mengunyah dengan pelan.

Alexa segera memutar otaknya agar dapat menghibur abangnya yang lagi sakit itu. Ia pun melontarkan banyak lelucon agar abangnya bisa tersenyum seperti sedia kala.

Namun sayang, pikiran Xavier kini hanya tertuju pada Winter. Segala kenangan bersama gadis itu kini berputar dalam benaknya.

Short Flashback Begin

Seorang gadis tengah duduk sendirian menunggu dijemput oleh papanya. Dengan menyandang tali tas dibaginya, ia duduk desebelah gadis itu sambil bermain ponselnya.

"Vi, Lo belum pulang?" tanya gadis itu, Xavier melihat sambil menggelengkan kepalanya.

"Um.. lo.. tugas sama nilainya aman?" tanya gadis itu lagi. Xavier hanya menganggukkan kepalanya tanpa melihat kearahnya.

Gadis itu pun terdiam sambil menunduk. Xavier yang menyadari hal itu spontan berkata, "Bentar lagi pembagian rapor kan?"

Sontak membuat gadis itu langsung mengangkat kepalanya dan melotot kearah Xavier, "HAH? DEMI?"

Xavier terkekeh, "Iya.. masa lo gak Inget?" Gadis itu itupun langsung menepuk jidatnya.

"Sumpah sih.. gue udah gak tahu hari-hari lagi. Kek astagaaa.." ujar gadis itu mengeluh.

"Lo gak tau atau lo lupa, Win? Secara Lo kan nenek-nenek.." canda Xavier. Winter pun memajukan bibirnya kesal.

"Ihh gue serius.. gegara jadwal pemotretan.. gue gak inget udah hari apa.." keluh Winter.

Xavier meletakkan ponselnya dan menatap Winter, "Emang sekali pemotretan berapa lama?"

Winter pun menghela nafas, "Bisa 2 sampai 3 jam gitu.. itupun kalau udah langsung dapet foto yang bagus.. kalau engga bisa 4 sampai 5 jam gitu.. tergantung barang nya juga sih kadang.." ujar Winter menjelaskan.

Kini gantian mata Xavier yang seperti hendak keluar, "Serius?"

"Yah seriuslah!! Yakali gue bohong.. gak penting juga astaga.." ujar Winter sambil menyibak rambutnya.

Xavier kini menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan, sementara gadis itu tersipu dan mengalihkan rasa malunya dengan bermain ponsel sambil sesekali melirik Xavier.

Dalam benaknya terekam jelas bagaimana senyuman yang merekah  ketika laki-laki itu menatap ponselnya, begitu pun sebaliknya.

"Seandainya gue bisa jadi ponsel Lo, agar Lo bisa tersenyum sebahagia itu sama gue" batin mereka berdua.

Setelah adegan lirik-lirikan mereka pun berbincang kembali mengenai karir gadis itu dengan canda yang sesekali di lontarkan oleh Xavier.

Tanpa sadar ternyata Winter telah dijemput oleh papanya, dan ia pun segera berpamitan dengan Xavier.

Setelah bayangan Winter menghilang, ia langsung berdiri dan berjalan menuju mobilnya untuk pulang.

Short Flashback Off

"BANG!! HOI!!" teriak Alexa sambil mengayunkan tangannya di depan muka Xavier. Bayangan kenangan bersama Winter pun buyar seketika.

Xavier dengan kesal berkata, "Lo kenapa sih mesti teriak-teriak? Gue pusing ini dengarnya!"

"Ya habis lo gue panggil-panggil gak nyahut bang.. . Lo mikirin apa sih? Winter lagi ya?" balas Alexa sambil merapihkan nakas yang ada disamping kasur rumah sakit itu. Xavier pun mengangguk lemah.

"Yailah bang.. . Kan gue udah bilang dari dulu.. kalau Lo sayang, yang Lo bilang.. jangan dipendam.. . Semakin Lo pendam Lo sendiri yang bakalan sakit hati bang.." ujar Alexa kesal.

"Gue gak bisa, Le.. . Lo lihat hidup gue sekarang? Gue kek begini gimana mau jagain dia? Dia butuh orang yang bisa jagain dia! Gue bisa apa? Hidup aja mesti dengan bantuan selang-selang sialan ini! Kalau gue ungkapin perasaan gue,, terus gue mati-"

"KATA SIAPA GAK BISA? KATA SIAPA HAH?!!" potong Alexa sambil berteriak kesal hingga membuat abangnya itu membungkam.

Air mata kini menetes dari mata indah milih Alexa, "Bang, please.. lo jangan pernah bahas kematian bang.. . Lo pasti sembuh.. gue yakin Lo pasti sembuh.." ujar Alexa sendu sambil memegang tangan Xavier, sontak menggelengkan kepalanya sambil memalingkan wajahnya.

"B-bang.. lo jangan bahas soal kematian lagi ya.. gue gak mau Lo pergi juga.. cukup bunda bang.. . Lo pasti sembuh.." tangis Alexa pun pecah. Xavier kini merasa tak enak hati setelah melihat Alexa menangis.

Ia meraih puncak kepala milik Alexa dan mengelusnya perlahan. Dalam hati ia berdoa, agar waktunya dapat sedikit lebih lama lagi.. paling tidak untuk bisa mengungkapkan perasaannya kepada Winter.

Confessing 'bout true feelings is the hardest thing in my life

Kini, laki-laki itu pun tengah menenangkan Alexa agar gadis itu tidak terus menangis karenanya.



Secret Between Us (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang