Terlalu Abu-Abu

49 8 0
                                    

Dalam keheningan yang sepi seorang gadis masih saja terjaga dan terus memandangi sebuah pigura yang berisikan foto dua manusia yang sedang melakukan mirror selfie

Tanpa sadar kini air matanya mengalir lagi. Bingung harus bagaimana, bimbang menentukan harus berbuat apa, dan dirinya juga takut. Takut bila keputusan ataupun tindakan yang dia ambil nantinya malah salah langkah.

"Vi.. gue harus gimana sama Lo? Gue harus bersikap seperti apa sama Lo? Gue takut Vi.. kalau gue tunjukin perasaan gue ke Lo, Lo malah risih.."

Seketika semua memori berputar begitu saja di dalam benaknya. Ia pun memejamkan matanya, lalu berdoa dalam hati sambil memeluk kitab suci, dan juga figura tersebut.

Kita yang terlalu abu-abu untuk bersatu bolehkah aku masih berharap walau tidak mau berekspektasi banyak lagi?

Dan kemudian gadis itu membuka matanya lalu memandangi figura itu lagi. Gadis itu tersenyum, "Tuhan baik kok sama aku. Tuhan gak akan pernah mempertemukan seseorang dengan yang lain tanpa memberikan maksud dan tujuannya. Jadi apapun itu buat kedepannya, aku percaya Tuhan itu baik" ucapnya sambil mengelus kaca figura tersebut.

Tak ingin larut dalam kebimbangan, gadis itu meraih gitar yang berada disebelah tempat tidurnya, lalu memetikkan senar gitarnya dan bernyanyi.

(Bayangkan seperti yang ada di thumbnail)

Sesudah itu, gadis itu menatap langit plafon kamarnya dan pikirannya pun melayang-layang entah kemana.

***

Disisi lain, ada seorang laki-laki yang menunggu kabar dari seseorang. Laki-laki itu tidak bisa lepas dari ponsel miliknya.

"Bang.. dokter suruh Lo istirahat.. Lo jangan liatin hp Mulu.."

"Gue gak mau, le.. . Gue nungguin Winter chat gue.." ujar laki-laki itu sambil membuka tutup aplikasi berwarna hijau putih dengan 4 huruf kapital di tengahnya.

"Duhay Abangku tercinta.. Abang Xavier.. nih dengerin gue. Kalau lu kangen.. lu hubungin dia duluan. Kali aja dia juga nungguin lu kabarin dia duluan, kan biasanya dia nih yang kabarin lu.. gak ada salahnya dong sekarang gantian.."

Xavier pun menatap adiknya dengan tatapan yang gak bisa diartikan. Lalu menggelengkan kepalanya dan kemudian menatap ponselnya lagi.

Tiba-tiba saja pintu ruang putih itu terbuka dan menampilkan satu pria berjas putih dengan dua wanita berpakaian putih.

"Kita check up dulu ya.. gimana Xavier, apa yang kamu rasain sekarang?" tanya pria itu.

"Yang saya rasakan kangen dok" ujar Xavier sambil mengerucutkan bibirnya. Dokter Feri pun tertawa.

"Saya bukan nanya perasaan kamu sama gadis itu. Saya nanya ada ngerasa sakit apa engga.." ujar Dokter Feri sambil terkekeh.

"Engga ada sih dok.. udah aman.." ujar Xavier sambil menunjukkan kedua jempol tangannya. Dokter Feri pun menggeleng terheran.

"Ya sudah.. kita pantau sampai nanti malam.. kalau kamu kondisinya sudah stabil, kamu boleh pulang." ujar Dokter Feri sambil menyuruh kedua suster tersebut mengawasi Xavier. Xavier pun tersenyum bahagia.

"Akhirnya aku bisa ketemu kamu lagi, Win.." batin Xavier.

Setelah kepergian Dokter Feri dan kedua suster itu, Xavier tiba-tiba saja kepikiran sama kejadian satu bulan yang lalu saat Rain datang menjenguknya.

Ia pun mencoba menggali informasi dari adik tercintanya yang lagi drakoran di sofa kamar putih itu.

"Dek.."

"Hm."

"Abang mau nanya boleh?"

"Apa tuh?"

"Lu tau gak kenapa Winter satu bulan ini gak dateng kesini?" tanya Xavier polos yang membuat Alexa lqngsung menatap tajam abangnya itu.

"Tau."

"Kenapa? Soalnya terakhir kali dia kesini, dia langsung marah-marah"

"Lo tuh emang gak peka atau Lo pura gak peka bang?"

"Apaan sih? Kenapa? Cerita dong!"

Kini Alexa yang bertanya, "Terakhir kali Winter kesini, disini ada siapa selain Lo?"

"Chiko sama Rain"

"Nah itu tau" ujar Alexa lalu mengalihkan pandangannya ke layar ponselnya lagi.

"Apaan sih woi?! Jelasin dulu!! Drakoran ntar aja.." ujar Xavier kesal. Alexa lun menarik nafas lalu menghembuskan perlahan.

"Lo ada kenalin Winter sama Rain?"

"Ada"

"Gimana lo kenalin mereka?"

"Gue kenalin kalau Winter itu sahabat gue ke Rain. Udah gitu doang." ujar Xavier seadanya. Alexa pun semakin gemas dengan abangnya ini.

"Ih, greget ya gue sumpah. Lu bilang Winter sahabat Lo? Terus lu kasih tau gak Rain itu siapa lu ke Winter?"

"Eng.. enggak keknya" ujar Xavier sambil menggaruk kepalanya yang terasa gatal tiba-tiba.

"ASTAGA ABANG!! ITU MASALAHNYA!! MASA LO GAK SADAR KALAU WINTER CEMBURU" teriak Alexa memenuhi ruangan.

"Lah, emang kenapa kalau engga dikenalin? Kan Rain cuman temen doang.." bantah Xavier.

"Astaga bang,,," gumam Alexa sambil menggelengkan kepalanya.

"Bang.. gini ya, lu kenalin Winter ke Rain sebagai sahabat Lo. Sedangkan Lo gak kenalin Rain ke Winter? Even tho just a friend.. setidaknya Lo kasih tau.. biar Winter gak salah paham. Yang kedua selama ada Rain disini, lu ada ajak Winter ngomong gak? Lu cuekin dia kan karena asik ngobrol sama Rain? Ngaku bang.. karena gue paham banget sama Lo.. kalau udah pembahasan yang lo suka, Lo gak peduli sama sekitar Lo.. . Dan yang terakhir masa Lo gak bisa bedain tatapan mata ada rasa kagum sama tatapan mata yang biasa aja? Rain itu ada rasa kagum sama Lo!!" jelas Alexa melanjutkan dengan panjang lebar.

Seakan merasa dirinya tertampar oleh ucapan adiknya, Xavier pun diam seribu bahasa memikirkan hal itu.

"Jadi gue salah ya?" tanya Xavier polos setelah terdiam beberapa menit.

"IYALAH ABANGKU!!! ASTAGA!!" teriak Alexa kesal. Xavier pun menatap kosong jendela kamarnya.

Lucu ya, tidak memiliki hubungan tetapi salah satu diantara mereka ada yang cemburu padahal gak ada hak, dan yang satu lagi suka banget tarik ulur kayak layangan, hingga menjadi abu-abu diantara mereka.

Sebatas sahabat tapi salah satu diantara mereka ingin perasaan yang lebih. Sayangnya itu mustahil jika tidak ada komunikasi kedua insan tersebut.

"Terus sekarang gue harus gimana?" tanya Xavier kepada Alexa setelah berkutat pada oikirannya.

"Minta maaf."

"Kalau dia gak maafin?"

"Kan lo belum coba! Coba dulu.. baru mikirin hal lain" ujar Alexa kesal.

"Yaudah iya, gimana cara minta maafnya?"

"Setahu gue nih ya, cewek kayak Winter.. lo sapa duluan aja atau lo yang ngajak ngomong dia duluan dia bakalan luluh lagi. Winter itu orangnya gampang dibujuk bang.. tapi gampang ngambek juga.. lu kan tau Winter orangnya moody-an" jawab Alexa.

"Bener sih, tapi gimana gue ajak ngomong dia duluan kalau gue masih di rumah sakit dengan infus masih menempel di tangan gue?" ujar Xavier kesal.

"Ya gak sekarang... . Kalau mau sekarang, mending lo chat duluan deh.. gue yakin dia pasti balik normal lagi.." ujar Alexa.

"Engga ah, gue gak mau chat dia duluan.. takut."

"Takut apaan coba?"

"Gapapa takut aja.."

"Yaudah deh bang, terserah Lo.. . Sekarang semua ada di tangan Lo, Lo mau perjelas hubungan yang abu-abu ini, atau lu mau mempertahankan dan membuat hubungan kalian semakin abu-abu yang memungkinkan Winter untuk pergi lebih banyak.." jelas Alexa. Xavier pun tampak memikirkan dengan seksama.

"Aku bingung, Win" batin Xavier.

Secret Between Us (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang