🗡Takut

23 4 0
                                    

Back again 💎

Langsung aja (≧∇≦)/

Jan lupa voment (´༎ຶ ͜ʖ ༎ຶ ')♡

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yeseul terlihat merenung di depan komputer dan laptopnya yang menyala, menampilkan gambar beserta biodatanya lengkap hingga hal terkecil sekalipun. Dirinya duduk memeluk lututnya, tangannya menggigit gigit kuku tangannya secara reflek karna memikirkan banyak pertimbangan.

Tiba-tiba pintu kamar kerjanya terbuka perlahan, menimbulkan bunyi decitan engsel pintu yang mengganggu telinganya. Dengan cepat Yeseul menoleh dan tak menemukan siapapun di sana, ia menghela nafas dalam merasa tertekan.

Ia masih menatap pintu kamar kerjanya yang terbuka itu, mau heran atau mau takut. Udah ga mempan lagi buatnya, tanpa sadar Yeseul berbalik dan berucap random pada dirinya sendiri. "Insom ku kayaknya semakin parah" tangannya kembali sibuk mengetik kan sesuatu di sana, mencoba kembali fokus.



'Kakak main yuk?'.



DEG!





Tangannya berhenti bersamaan dengan seluruh tubuhnya yang meremang, pikirannya juga ikut terhenti, ia jelas mendengar suara itu. Walau terdengar lirih dari belakangnya, mata Yeseul bergerak gelisah. Tengok? Atau engga? Bimbang.





'Kak, ayo!'.






Terdengar lagi, "sialan" batinnya malas. Karna merasa terngganggu Yeseul menengok ke belakang dan ia melihat siluet gelap anak perempuan menatapnya dengan senyum, tangannya mengayun mengajak Yeseul untuk mengikutinya.

Tegang. Satu kata itu cocok untuk menggambarkan keadaan Yeseul sekarang, ia rasa semakin hari dirinya menggila. Tanpa sadar Yeseul menertawai isi pikirannya, dia memang sudah menahan ke gilaan ini.

Dengan tenang ia menatap balik siluet hitam itu lalu berdiri, tangannya mengambil jaket di meja dan mengikuti kemana siluet anak perempuan itu membawanya. Apa ada hal yang ingin anak itu beritau?

Entahlah.





'Hihihi, ayo Kak!'.







Samar-samar Yeseul mendengar suara itu, langkah kakinya benar-benar mengikuti sosok yang menghilang lalu muncul lagi menembus sana-sini. Begitu terus bila ada tikungan atau ujung lorong.





'Lewat sini!'.







Yeseul menaiki tangga yang mengarahkannya menuju rooftop, nafasnya cukup terengah engah sekarang. Jantungnya berdegub tak karuan di dalam sana.






'Hihi'.






Tangan Yeseul mendorong pintu di depannya, ia bisa lihat gelapnya malam tanpa sinar bintang dan bulan di gantikan sinar lampu-lampu bagunan sekitar. Namun yang menarik perhatiannya adalah siluet anak perempuan itu berdiri di atas tembok pembatas, dengan wujud anak kecil yang sesungguhnya. Anak itu terlihat sangat nyata sekarang di mata Yeseul dengan senyum manis tercetak jelas sambil menatapnya sedu.






'Dadah Kakak, hihi'.







Secara reflek mata Yeseul membola dan berlari kesana untuk menangkapnya atau setidaknya menahan anak itu walau ia tau itu percuma, anak kecil itu menjatuhkan dirinya tepat setelah mengucapkan kalimat itu. Membuat perasaan Yeseul semakin terasa berat.

SHE IS BUNNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang