🗡Ketakutan dari dalam

50 7 4
                                    

Alohaa~

Kembali lagi disini ✔

Jan lupa voment 🍓

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Semenjak Yeseul kedatangan Jungwoo yang tinggal dirumahnya, ia sedikit merasa lega. Bunny bahkan jarang muncul ahir-ahir ini, Jungwoo membawa dampak yang cukup besar untuknya.

Yeseul bahkan lupa sejenak tentang balas dendamnya dan lebih sibuk mengurusi Jungwoo, ini dan itu. Ia merasa memiliki keluarga baru, adik baru. Dirinya sangat begitu senang.

Jungwoo sendiri pun merasakan hal yang sama, merasa sangat beruntung di saat terpuruknya malah bertemu orang seperti Yeseul. Walau sudah tinggal hampir seminggu di rumahnya, wanita itu terkadang masih belum terbiasa dengan kehadirannya yang memang tiba-tiba suka muncul.

Dirumah itu Jungwoo benar-benar menjaga amanah Yeseul saat wanita itu pergi bekerja, ia tak masalah hanya berdiam diri dirumah itu sendirian. Namun pikirannya kembali pada sosok Seungwoo yang seperti menghilang di telan bumi, selalu terdapat pikiran negatif bila mengingat namanya. Jungwoo akui dirinya rindu, hatinya cukup sedih bila kenyataan Seungwoo benar-benar menghilang.

Diam-diam Jungwoo menangisi sosok Seungwoo, ia sangat merindukan Seungwoonya. Sangat.

"Kak, Jungwoo kangen. Kakak dimana?" setelah mengatakan itu Jungwoo meringkuk dalam selimutnya, bergelung membungkus tubuhnya. Rasa sesak menjalar di relung hatinya tanpa bisa ia hindari.









Karna di klinik sedang mendapat banyak pasien kucing, Yeseul sedikit kewalahan menanganinya. Terlihat dari Lucy dan Yeseul baru bisa bernafas lega saat beberapa menit ingin tutup, keduanya bahkan belum sempat makan malam.

"Lucy? Mau makan dulu ga? Ayo aku anter sekalian nyari makan kita" ajaknya.

Lucy terlihat merenung, "emmm, ga usah Kak. Aku udah makan kok tadi, nanti mau mampir beli jajan di jalan. Kak Yeseul ga usah anter, aku bisa pulang sendiri kok" jelasnya, mata Yeseul tak lepas dari memandang gelagat Lucy yang berbicara dengannya.

"Beneran?".

"Iya Kak, Kakak anter aku terus ahir-ahir ini, aku kangen naik angkot sama jalan kaki malem hehe" kekehnya dengan mata yang melirik Yeseul, takut-takut bila Kakaknya ini akan tersinggung atas penolakannya.

"Yaudah kalo gitu, tapi hati-hati ya pulangnya" ucap Yeseul keibuan dan Lucy tersenyum senang.

Yeseul hanya memandang Lucy yang semakin menghilang dari pandangannya, ia hanya ingin Lucy merasa di beri kasih sayang. Mengingat anak itu di usir dari rumahnya dan mendapat banyak prilaku buruk dari orang-orang rumah, terkadang Yeseul memang sengaja bertanya random soal banyak hal. Karna Lucy juga tipe anak yang suka memendam semuanya sendirian, sejauh yang ia lihat Lucy hanya punya beberapa kenalan dekat.

Itu membuatnya berfikir untuk menyekolahkan Lucy agar bisa bersosialisasi dalam lingkup yang lebih besar, bertemu banyak orang beragam dan menjalin semacam pertemanan ataupun percintaan. Itu sebuah hal yang normal kan?

Ia hanya tak ingin Lucy jadi sepertinya, tidak punya sahabat maupun teman dan hidup sendiri tanpa melihat luasnya alam semesta.

Yang ga normal disini hanya dirinya, menjauhi kerumunan manusia. Merasa cukup untuk dirinya sendiri tanpa teman, selama menamatkan kuliahnya. Ia hanya punya beberapa orang yang bisa di panggil teman, sisanya memang mereka enggan atau malah datang dan pergi bagai kupu-kupu.

Yeseul, bisa dibilang anak yang terlalu serius dan bisa sangat kaku. Ga heran ia kesulitan bersosialisasi, dirinya hanya mengejar kelulusan dengan nilai sempurna dengan beasiswanya. Tentu yang ia tau hanya pelajaran dan anatomi binatang, dirinya salah satu murid kesayang sekolah.








SHE IS BUNNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang