[12]

1.3K 274 31
                                    

ENJOY AND DON'T FORGET TO VOMENT

"Enak?" Tanya Jisung sambil memperhatikan Felix yang tengah fokus menyantap mie ayam baksonya.

"Enak." Felix mengangguk, kemudian melepaskan kacamata yang tengah dikenakannya karena kedua kacanya berembun akibat uap panas kuah mie ayam.

"Bisa liat?" Tanya Jisung saat Felix sudah melepaskan kacamatanya dan diletakkan di meja.

"Ya bisalah, gue minus doank bukan buta." Balas Felix dengan sebal. Jisung adalah salah satu dari kumpulan orang-orang mengesalkan (bagi Felix) yang selalu menganggap bahwa orang berkacamata pasti tidak bisa melihat jika sudah melepas kacamatanya.

"Dih jutek amat, mana coba gue liat mukanya kalo gak pake kacamata?" Tanpa aba-aba Jisung mengangkat dagu Felix dengan sebelah tangannya sehingga wajahnya dan wajah Felix kini berhadapan dalam jarak kurang dari 30 sentimeter.

DEG

Felix langsung merasa kepalanya pening dan jantungnya memompa darah 2x lebih cepat, seakan seluruh tubuhnya sedang memproses sebuah sinyal darurat.

"Lu manis." Jisung tersenyum, senyuman tertampan yang baru pernah Felix lihat dalam jarak sedekat ini. Pemuda manis itu pun meneguk salivanya dengan susah payah, tubuhnya masih membeku karena Jisung pun masih menahan dagunya dengan tangan pemuda itu.

Beberapa detik kemudian, Jisung pun melepaskan pegangannya pada dagu Felix dan kembali fokus dengan makanannya, bertingkah seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

***** 

"Jisung!" Jisung menoleh saat suara berisik Mashiho menyapa pendengarannya. Pemuda manis itu muncul di ambang pintu kamarnya dan langsung duduk di atas ranjangnya. 

"Apaan? Gue lagi nugas." Jawab Jisung dan kembali menghadap layar laptopnya.

"Gue mau cerita, lu tau? Tadi Junkyu kan nganterin gue pulang tuh, gue nyuruh dia masuk dulu kan biar gue obatin pipinya yang abis lu tonjok tadi, nah lu tau gak? Si Junkyu kek nyindir gitu katanya lu pasti marah banget ke dia soalnya dia gak bisa jagain gue, padahal gue kesayangan lu. Gitu donk katanya?!" Mashiho memulai ceritanya, padahal Jisung belum memutuskan apakah ia sedang bersedia mendengarkan cerita pemuda itu ataukah tidak.

"Nyindirnya bagian mana?" Jisung kini berbalik hingga menghadap Mashiho.

"Ya dia kaya nyindir gitu, dia bilang gue pasti orang terpenting yang lu sayang, makanya lu sampe marah banget pas tau gue dipukul orang." Mashiho melanjutkan ceritanya.

"Terus inti ceritanya?" Jisung berkedip polos.

"NAH, terus gue sindir balik donk, gue ledekin aja gitu emangnya dia cemburu kalo lu nganggep gue orang terpenting?" Mashiho mulai membuka toples snack yang ada di atas meja nakas Jisung.

"Haha, trus kalo dia cemburu beneran gimana?" Jisung terkekeh.

"Ya bodo amat, siapa suruh cemburu, orang gue gak ada niat bikin dia baper." Mashiho mengunyah snacknya dengan santai.

"Anjir pe'a banget lu." Jisung menggeleng-gelengkan kepalanya. 

"Heh lu gak ada yang mau dicritain ke gue gitu? Tadi di kampus gue denger ada yang gibah kalo lu jalan berduaan sama Felix." Ujar Mashiho.

"Ya emang kenapa sih? Kaga boleh gue jalan sama cowok bening jurusan sebelah?" Cibir Jisung.

"Ya bukan perkara boleh jalan atau kaga, statusnya apaan? Trus gimana ceritanya lu bisa deketin manusia pendiem itu?" Mashiho penasaran.

INTRÉPIDE || jilix ft. mashikyu (coмpleтe ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang