Halo guyss
Ada yg nungguin cerita ini?
Jujur ya menurut kalian kalimatku bertele-tele gak? Atau kalimatku terlalu panjang padahal sebenarnya bisa disingkat?
Soalnya akhir2 ini aku ngerasa nulis banyak bgt kata dlm 1 part
Kalian lebih suka part yang sedikit tapi kata2nya banyak atau banyak part tapi tiap partnya kata2nya sedikit?
Please jawab yaa :(
Oya semoga suka ya sama part ini. Enjoy!Keesokan harinya Chloe beraktivitas seperti biasa. Sebisa mungkin ia melupakan kejadian kemarin bersama Sean. Walaupun terkadang pikirannya melayang menuju ke kejadian kemarin tanpa bisa dicegahnya.
Setelah kepulangan Sean, Sari juga mendadak mengunjungi apartemennya. Dari raut wajah wanita paruh baya itu tercetak jelas kesedihan yang mendalam.
"Chloe, maafkan Mama yang tiba-tiba kesini." Ucap Sari sesaat setelah mereka berada di ruang tamu.
"Nggak papa Ma. Mama bisa kesini kapan saja Mama mau." Chloe berkata dengan penuh pengertian. Sari pasti merasa terpukul dengan kenyataan yang menamparnya.
Sari menatap Chloe penuh penyesalan sebelum menundukkan kepalanya, tak mampu memandang Chloe lebih lama lagi.
Sari menghela napasnya panjang. "Mama memang belum bicara masalah ini sama Sean makanya Sean marah-marah." Jelas Sari.
"Mama pikir Mama bisa membuat Sean berubah pikiran tapi ternyata Mama tetap tidak bisa merubah pikirannya."
"Sekarang kamu lupakan saja soal permintaan Mama." Kali ini Sari mengucapkannya sambil menatap dalam kedua mata Chloe. Tangannya yang mulai keriput meraih tangan Chloe diatas paha gadis itu lalu menggenggamnya erat. "Anggap saja Mama tidak pernah mengatakannya."
Chloe menganggukkan kepalanya pelan. Ia masih diam mendengarkan Sari berbicara. Jujur saja ia tidak tahu apa yang harus diucapkannya saat ini. Ia takut menghancurkan keadaan bukannya memperbaikinya.
"Sudah tidak ada gunanya lagi Mama membujuk kakakmu yang keras kepala itu." Tambah Sari lagi. Sifat keras kepala dari mantan suaminya sayangnya diturunkan ke Sean, anak satu-satunya.
"Mama tidak mau berharap lagi, Nak."
"Mama capek."
"Hey!" Teriakan Cinta yang kesekian kali menyadarkan Chloe dari lamunannya. Perempuan itu melambaikan tangannya di depan wajah Chloe.
"Kamu menapa? Ada masalah?"
Chloe menggeleng lemah. "Nggak ada kok."
Cinta merasa kurang puas dengan jawaban yang diberikan Chloe. Feeling-nya mengatakan yang sebaliknya. Hanya saja Chloe enggan menceritakannya.
"Nggak ada tapi kok dari tadi kamu melamun sampai lupa makan?" Ujar Cinta seraya menatap Chloe dengan curiga.
"Lihat makananmu sampai hancur begitu." Segera Chloe melihat piringnya dan benar saja apa yang diucapan Cinta. Nasi ramesnya hampir sudah tercampur rata padahal ia merasa tidak mengaduknya. Melihatnya saja membuat nafsu makan Chloe lenyap seketika itu juga.
"Hehe." Chloe meringis malu pada Cinta yang mengenalnya selama tiga tahun terakhir. Keduanya dulu sama-sama baru lulus kuliah dan diterima secara bersamaan di perusahaan mereka. Saling bantu satu sama lain menjadi kegiatan mereka sehari-hari. Bahkan saking mengenalnya satu sama lain, Cinta pernah berkata bahwa Chloe tidak pandai berbohong.
"Kalau kamu sudah siap, kamu bisa cerita ke aku kapan saja kamu mau."
"Aku akan membantumu semampuku."
Chloe menganggukkan kepalanya sejenak. "Thanks Cin." Dalam hati berterima kasih pada Yang Maha Kuasa karena ia selalu dikelilingi orang-orang berhati malaikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Family
RomanceChloe benar-benar tak menyangka pertemuannya dengan ibu angkatnya hari itu akan mengubah nasibnya 180 derajat. Kala itu Sari, ibu angkatnya, meminta sesuatu yang diluar nalar manusia pada umumnya. Namun siapa sangka Chloe justru menerima permintaan...