Satu bulan berlalu begitu cepat tanpa mereka sadari. Pagi itu Chloe terbangun dari tidurnya dan langsung berlari menuju ke dalam kamar mandi. Gejolak dari dalam perutnya tak dapat ia tahan lagi. Ia mengeluarkan seluruh isi perutnya begitu saja.
Setelah selesai memuntahkan isi perutnya, Chloe teringat sesuatu. Ia langsung saja berlari kembali ke kamarnya untuk mengecek aplikasi pencatat datang bulannya di ponselnya.
Seketika itu juga Chloe membungkam mulutnya. Ia sudah terlambat dua hari. Segera Chloe mengambil beberapa merek test pack sekaligus sebelum berlari kembali ke toilet.
Dengan tidak sabar Chloe menunggu dalam kegelisahan yang mencekam. Begitu Chloe mendapati hanya ada satu garis di semua test pack yang dipegangnya, wanita itu langsung mendesah kecewa. Ingin menangis tapi tidak ada air mata yang keluar.
Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Chloe melihat siapa orang yang membukanya. Sean rupanya sudah bangun dari tidurnya. Ia melihat Chloe bersimpuh sambil memegang beberapa test pack dalam genggamannya. Detik itu juga pria itu tahu hasilnya tanpa menanyakannya melihat ekspresi kecewa Chloe saat menatapnya.
"Nggak papa kita bisa coba lagi. Mungkin bukan sekarang."
Chloe menganggukkan kepalanya pasrah. Ia tidak sanggup menatap mata Sean yang dipenuhi kekecewaan. Sean yang mengerti kesedihan adiknya menjulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Chloe. Diangkatnya dagu adiknya hingga mata mereka bertemu.
"Jangan terlalu dipikirkan. Yang ada nanti malah kamu jadi stress."
Andai saja status mereka adalah suami-istri sudah pasti Chloe merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Sean. Sayangnya takdir terlalu kejam padanya.
***
Sore harinya sesuai permintaan Sari, Sean dan Chloe berkunjung ke rumah Sari untuk makan malam bersama sekali tiap minggu. Wanita itu mengundang mereka bukan tanpa tujuan. Selain untuk menyalurkan kerinduan, Sari juga ingin memantau progress mereka dalam merencanakan program kehamilan.
"Gimana? Udah berapa kali kalian..." Sari sengaja menggantungkan kalimatnya. Bibirnya tersenyum lebar menatap Sean dan Chloe bergantian.
"Uhuk uhuk."
Yang ditanya kompak tersedak makan malam mereka. Sean langsung melayangkan protesnya setelah ia menenggak sedikit air putih. "MAMA!"
"Mama cuma bercanda." Sahut Sari cepat. Perempuan itu menyeringai sebagai bukti bahwa ia tidak serius dengan pertanyaannya.
"Yang penting kalian jangan stress. Kalian juga harus sabar. Kalau bulan ini belum berhasil kalian nggak boleh nyerah. Kalian harus terus mencobanya. Oke?"
Baik Chloe maupun Sean sama-sama menganggukkan kepala mereka. Kekhawatiran tidak hamil lagi bulan depan membuat Chloe cemas. Pikiran-pikiran buruk mulai bertebaran di otaknya.
Bagaimana jika dirinya ternyata mandul?
Buru-buru Chloe menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan pikiran itu. Jika itu benar adanya, maka Sean harus mencari wanita lain. Chloe tidak akan siap jika Sean memiliki anak bersama wanita lain selain dirinya. Apakah ia egois jika berpikiran seperti itu?
"Makan ini juga, Nak." Tiba-tiba Sari menyodorkan sesendok tumis taoge diatas piringnya. Tak lupa wanita paruh baya itu juga memberikan yang sama untuk Sean. "Ini bagus buat kesuburan." Lanjutnya sebelum Chloe mengucapkan rasa terima kasihnya.
Chloe semakin terbebani dengan ucapan Sari. Ia tersenyum getir sambil berpikir dalam hati apakah sebaiknya ia memeriksakan diri ke dokter kandungan. Chloe takut jika selama ini dialah penghambat kehamilannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Family
RomanceChloe benar-benar tak menyangka pertemuannya dengan ibu angkatnya hari itu akan mengubah nasibnya 180 derajat. Kala itu Sari, ibu angkatnya, meminta sesuatu yang diluar nalar manusia pada umumnya. Namun siapa sangka Chloe justru menerima permintaan...