17 | Menuju Praha

235 35 0
                                    

Terima kasih buat semua yang kemarin sudah ikut PO Burning Soul. Bagi yang belum, silakan menunggu ready stock atau PO yang akan datang. Untuk sekarang, silakan nikmati update book ini sebelum aku stop. Terima kasih! ^^

.

.

.

Playlist: Orbit - Hwa Sa

.

.

.

Hubungan Jaehyun dan Haechan belum membaik sejak malam di mana seakan kenyataan membongkar pengkhianatannya. Itu semua tidak benar, tentu saja, tetapi Haechan belum menyadarinya. Jaehyun pun tidak menunjukkan usaha untuk menjelaskan, setidaknya belum, sebab di dalam lingkup mansion Youngho, begitu banyak telinga yang memilih setia pada pria itu. Jaehyun berusaha menjaga rencananya rapat-rapat, setidaknya sampai ia dan Haechan keluar dari mansion dan mampu menjelaskan semua; bahwa perjalanan ke Praha ada untuk membawa Haechan jauh dari Youngho.

Dalam perjalanan menuju bandara, Jaehyun sama sekali tidak bisa mendekati Haechan. Kehadiran Yuta membungkamnya, melebarkan jarak di antara ia dan Haechan. Baru ketika mereka melangkah memasuki pesawat tanpa Yuta (pemuda itu hanya sekadar mengantar hingga bandara), Jaehyun membulatkan tekat untuk segera bicara. Sambil menyusuri lorong di antara bangku-bangku, ia meraih pundak Haechan.

"Kita harus bicara," ujarnya begitu Haechan menoleh. Jaehyun bahkan tidak memedulikan di mana posisi mereka kini berdiri. "Aku ingin kau tahu bahwa semua yang kau saksikan waktu itu adalah kesalahpahaman."

Haechan, dengan wajah datar yang tidak berubah setiap kali melihat Jaehyun sejak malam itu, lantas membuka belah bibir berbentuk hatinya. "Apa yang tidak kumengerti?"

"Akuㅡ"

"Tuan-Tuan."

Sebelum Jaehyun sempat bicara, seorang wanita tinggi berseragam menghampiri mereka. Dari wajahnya yang tidak tersenyum, Haechan menebak wanita itu berniat menegur mereka akibat memblokir jalan, tetapi setelah bertatapan dengan Jaehyun, wanita itu seketika mengembangkan senyuman. "Sudah menemukan bangku? Boleh saya lihat tiketnya?"

Haechan mengeluarkan tiket dan menyerahkannya pada si pramugari, begitu pula Jaehyun. Setelah membaca tiket dan memahami letak bangku mereka, pramugari itu lekas mengangguk. "Silakan berjalan terus." Dan Jaehyun serta Haechan pun lanjut berjalan hingga nyaris mencapai bagian paling belakang sebelum akhirnya si pramugari menyetop mereka di deret bangku sebelah kiri, berdekatan dengan jendela badan ekor pesawat.

"Ini bangku Anda. Silakan lekas duduk. Apabila butuh sesuatu, jangan sungkan meminta bantuan salah satu awak kabin." Setelah melayangkan senyum menggoda ke arah Jaehyun, wanita itu berlalu. Haechan memutar mata dan mendengus.

Deret bangku yang ditunjukkan oleh si pramugari telah lebih dulu ditempati oleh seorang gadis, di sisi dekat jendela. Kepala gadis itu menghadap ke luar, sedang rambut hitamnya jatuh di sisi tubuh. Baik Jaehyun maupun Haechan tidak mengenali sosok itu, setidaknya sebelum si gadis memutar kepala ke arah mereka, menampilkan wajah yang ditutupi kacamata. Melihat setengah wajahnya yang terpampang, Haechan mengerutkan dahi, merasa familier. Dan ketika si gadis akhirnya buka suara, tahulah Haechan siapa ia.

"Kurang lama. Seharusnya kalian datang besok supaya aku tiba di Praha lebih dulu," ujar Dita sambil melepas kacamata hitamnya dengan angkuh. Ia mendongak, tersenyum ke arah Haechan dan Jaehyun yang memandang tak percaya. "Apa yang kalian tunggu? Lekas duduk."

[✓] Ocean Eyes Arc #2: Burning Soul [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang