19 | Putra yang Bertemu

365 33 1
                                    

Playlist: Play With Fire (feat. Yacht Money) - Sam Tinnesz; Star (Little Prince) - Loco, U Sung Eun

.

.

.

Sudah satu minggu berlalu sejak Mark, Lia, dan Hwanhee tiba di Praha. Sejak mereka menempatkan diri di bawah perlindungan Taeyong, di balik dinding kediaman lelaki itu, Taeyong memberlakukan aturan yang mencegah mereka berlaku tidak tahu diri. Mereka diharuskan mengurusi toko rotinya bersama anggota lain. Terhitung, ini adalah hari ketiga Mark mengenakan celemek khas T&Y, menjadi pelayan yang ... tidak banyak mengerjakan apa pun, yang mana malah membuat Taeyong selalu sakit kepala (tidak secara harfiah).

Contohnya, di pagi hari menjelang siang ini. Setelah pelanggan terakhir melangkah keluar melalui pintu kaca, Taeyong menghampiri Mark yang duduk melamun di salah satu meja dengan kaki bersilang angkuh. Kedua manik birunya memancarkan kekosongan. Di kasir, Seulgi melirik dengan tatapan seolah tak ingin mengganggu, sedang Jisung dan Johnny yang saat itu bertugas membersihkan meja hanya menoleh sekilas sebelum kembali memasuki dapur, menemui Taeil yang membuat kue bersama Lia. Hwanhee, supaya tak mengganggu, didudukkan pada bangku di sudut ruangan bersama sepiring kue. Dengan kedua tangan berpangku di pinggang, Taeyong menatap Mark geram.

"Wah, aku tidak melihatmu melakukan apa yang kuinginkan," ujarnya.

Mendengar itu, Mark seketika mendongak, mendapati Taeyong yang mengangkat sebelah alis sambil melipat kedua tangan di dada. Ia kemudian memutar kepala ke seisi toko. "Tidak ada pelanggan," jawabnya enteng.

"Baru beberapa menit lalu. Dan sudah berapa lama kau duduk seperti ini? Sedari pagi." Taeyong mengambil posisi duduk di sisi Mark. "Apa yang kau pikirkan?"

Mark rasanya ingin tertawa. Setelah apa yang semalam lelaki itu sampaikan dengan gamblang padanya, tentang rencana pembunuhan ayahnya serta kehadiran Haechan di Praha, ia masih bertanya apa yang sekira tengah Mark pikirkan?

"Bukan apa-apa," jawab Mark pada akhirnya.

Taeyong berakhir mengabaikannya setelah geleng-geleng kepala. Ia kemudian mendongak, menatap ke arah televisi yang digantung di salah satu sudut langit-langit. Layar berukuran 21 inci itu menampilkan laporan berita hari ini dalam bahasa Ceko. Taeyong dan Seulgi mampu menikmatinya tanpa kendala bahasa. Yang mengejutkan, meski belum pernah mempelajari bahasa itu, Mark kurang lebih mengerti apa yang si pembawa berita sampaikan, sebagaimana yang terjadi malam itu di monumen Jan Hus.

Pria pembawa berita menyiarkan tentang mayat seorang wanita yang ditemukan di salah satu gang distrik kastil di dekat Jembatan Charles. Wanita itu ditemukan meninggal dengan tubuh pucat pasi. Hasil forensik melaporkan penyebab kematiannya adalah leher yang patah. Namun, kasus itu menjadi ganjil ketika ditemukan bekas gigitan di tubuhnya, berikut darah yang seolah tersedot habis dari raganya.

Taeyong mengerutkan alis tak percaya, menolehkan kepala ke arah Seulgi yang juga tampak sama tercengangnya, sebelum beralih pada Mark yang menggesek-gesek permukaan meja dengan ujung kuku, tak mau melakukan kontak mata.

"Apa kau yang melakukannya?"

Pertanyaan itu membuat jari Mark berhenti dari kegiatan menggesek meja. Tanpa mendongak, ia mengangkat bahu. Taeyong seketika mengerang.

"Ayahmu sedang membuat kekacauan di Korea sana, kau jangan membuat kekacauan di sini! Aku sudah bilang, jangan makan sembarangan. Kalau tidak mau repot, temui aku atau Seulgi, atau Jisung, atau Johnny, atau Taeil, atau vampir haram jadah siapa pun yang bisa membantumu, bukan dengan cara ceroboh seperti itu!"

[✓] Ocean Eyes Arc #2: Burning Soul [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang