1 | Kosong dan Tidak ke Mana-Mana

870 100 28
                                    

Song: Six Feet Under - Billie Eilish

(Kalian bisa melihat tautan playlist buku ini di bab MAKLUMAT. Atau kalian bisa DM Dee untuk tautannya.)

.

.

.

Mengecap diri sebagai makhluk haram jada tidak cukup. Haechan sadar apa yang telah ia lakukan menutup segala pintu taubat.

Mengingatnya lagi membuat Haechan mual sehingga langkahnya cepat-cepat tersusun ke kamar mandi. Pada mangkuk wastafel porselen di bawah cermin besar, ia merunduk, mengeluarkan suara yang membuat orang lain bisa melakukan hal serupa meski tanpa rencana. Haechan muntah. Cairan pahit empedu keluar dari tenggorokannya dalam suara menyeramkan. Kedua tungkainya gemetaran tatkala merasa seluruh saripati hidupnya ikut tersedot habis.

Pelan-pelan Haechan mengangkat kepala, menantang refleksi di cermin besar. Ia tampak menyedihkan, dengan mata kuyu berkantung tebal menggantung, berikut wajah pucat menyeramkan yang ia sendiri tak percaya ketika melihatnya. Bagaimana bisa ia jadi seperti ini? Mungkin akibat dosa itu. Atau mungkin akibat Youngho, si Pravidlo licik nan bengis yang mengurungnya di mansion besar ini, memisahkannya dari keluarga barunya. Memisahkan Haechan dari kekasihnya.

Setelah membasuh mulut dan memastikan lidah tidak lagi mencecap rasa pahit memualkan, Haechan berjalan lemas keluar dari kamar mandi hanya demi menemukan Jaehyun, pemuda tinggi pucat dengan rambut biru gelap, tengah berdiri di sisi ranjangnya dengan kedua tangan terbenam dalam saku celana. Sejenak, Haechan bertanya dalam kebekuan, sebelum akhirnya melangkah mendekat.

"Kau harus mendengar Dita," ujar Jaehyun tiba-tiba. Matanya tidak menatap Haechan, melainkan ornamen-ornamen di atas meja nakas; tidak banyak, hanya lampu duduk, gelas minum berisi setengah, serta sebuah buku tipis sebagai bacaan. Youngho yang meletakkan buku di sana. Untuk menghibur Haechan, katanya. Namun, Jaehyun tahu lelaki itu tidak sering membukanya. Terbukti dari sampul yang masih bagus tanpa kerut. "Dia terus mengomel tentangmu. Aku jadi berpikir dia menyukaimu." Ia tersenyum, mendorong terbitnya lekuk cekung di belah pipi kanan.

Haechan mendengus sehingga Jaehyun menoleh. "Yah, kuduga karena mulutnya, seluruh orang di mansion ini jadi tahu eksistensiku sebagai barang cacat."

Dahi Jaehyun berkerut mendengar kata-kata itu, juga karena tampilan di wajah Haechan. "Kau baik?" Ia lantas bertanya. "Kau terlihat sangat tidak sehat."

"Aku malah akan terkejut kalau kau menyebutku tampak hidup."

Haechan mengambil posisi berbaring di atas ranjang, membuat Jaehyun otomatis duduk di sisinya, menciptakan jarak pandang yang lebih nyaman bagi keduanya.

"Apa Youngho yang menyuruhmu datang?"

"Lima puluh persen iya, lima puluh persen tidak. Master memang memintaku melihat kondisimu, tapi percayalah, aku juga datang karena menginginkan obrolan singkat denganmu."

Haechan tertawa lemah. Sebelah lengannya terangkat ke mata, menutup pandangan, sementara tangan kiri yang berpangku di perut melakukan gerak mengusap halus sebagai upaya meredakan ketegangan. "Kau tidak akan mendapat apa-apa, Jae."

Jaehyun tidak menjawab. Matanya sibuk memperhatikan tangan kurus Haechan yang mengusap perut. Ia terdorong untuk menyingkirkan tangan itu dan menggantinya dengan tangan sendiri. Ia ingin membantu Haechan merasa lebih baik. Lelaki itu terlalu tertekan setelah segala yang terjadi, lebih-lebih tinggal di mansion yang dianggap sebagai neraka dunia.

[✓] Ocean Eyes Arc #2: Burning Soul [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang