Twelve : She Said 'I Like You'

326 55 7
                                    

Meski sudah setengah jam berlalu Minju tidak merasakan lelah sedikitpun, padahal beberapa hari terakhir ini dia jelas kurang istirahat, nafsu makan nya saja menurun.

Sungguh, tidak ada satu hal yang dapat membangkitkan semangat Minju.

Berdiri ditengah hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang tidak membuat Minju berniat beranjak dari sana.

Dibalik tembok besar nan kokoh ini, berada orang yang paling ia sayangi.

Kunjungannya barusan tidak membantu sama sekali, perasaan rindu juga bersalah menjadi satu, tercampur aduk tak karuan.

Minju tau pasti, kalau ini adalah suatu bentuk hukuman untuk nya.

Pintu gerbang utama terbuka, menampilkan seorang gadis dengan pakaian sekolah lengkap dengan mantel hitam yang erat membungkus tubuhnya agar tetap hangat.

Baik Minju dan gadis itu sama-sama terkejut, tidak menyangka akan bertemu seperti ini, ditempat ini.

Dengan gerakan cepat Minju segera berbalik dan menghapus jejak air mata nya.

"Minju?" gadis itu maju untuk memastikan kalau penglihatan nya memang benar.

"Kak Yena?" Minju memberikan senyum kecil, "Sedang apa disini?"

Gadis itu kemudian mengangkat tas selempang penuh berkas, untuk ditunjukkan pada Minju, "Ayahku sedang mengurus sesuatu didalam sana, kebetulan pulang sekolah aku dijemputnya, sebab itu aku disini."

Minju mengangguk paham, "Begitu ya?"

"Kau baik-baik saja, 'kan? Maksudku, semenjak kejadian dua hari lalu aku tidak pernah melihatmu lagi."

"Aku memutuskan untuk istirahat sebentar dirumah."

Mendengar itu Yena menampilkan senyum kecil, mencoba menepis segala penasaran dibenaknya. Sebab perasaannya mengatakan kalau Minju sedang tidak baik-baik saja, karena di lihat dari wajah Minju yang terlihat kalau dia kurang istirahat, dan jangan lupakan mata memerah yang sedikit bengkak itu.

"Oh iya, soal perlombaan itu-"

"Kita kalah." potong Minju cepat, yang langsung membuat Yena terkejut.

"Bagaimana bisa kau tau?"

"Hanya- menebak?"

Yena pun terkekeh, "Kau ini."

Bagi Minju, itu bahkan terlalu mudah untuk ditebak, tidak mungkin orang biasa seperti dirinya sekarang dapat menang melawan sekelompok orang dari kehidupan elit semacam Vicky.

Siapa yang akan sanggup mengumumkan bahwa anak perdana menteri kalah dalam kompetisi murahan seperti itu? Tidak ada, kalau pun ada siap-siap saja menerima kenyataan kalau keesokan hari tempat itu telah digusur.

Lagipula dengan menangnya Vicky, mereka akan mendapat timbal balik yang amat menggiurkan. Ucapan selamat dan upah dari perdana menteri sudah pasti didapatkan secara langsung.

Memikirkan hal itu saja sudah membuat Minju geram, dia benar-benar ingin membalas dendam nya.

"Aku juga minta maaf ya padamu." celetuk Yena.

"Untuk?" tanya Minju setengah kebingungan.

"Padahal itu adalah kompetisi pertama mu bersama kami, namun kita justru kalah. Maaf ya?"

"Buat apa meminta maaf? Tidak apa-apa, itu adalah hal yang biasa." ujar Minju setenang mungkin, padahal ia sedang menahan emosinya.

Benar-benar, mengingat Vicky saja sudah membuatnya kesal tidak karuan.

Nemesis : For Her Ft. Kim MinjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang