Fifteen : Behind Everything

244 57 7
                                    

Yuri menoleh pada meja kosong disudut kelasnya, nampak banyak buku juga kertas berserakan disana, namun sang empu sama sekali tidak terlihat, padahal tas nya tergantung rapi pada kursi.

Yuri menggigit bibirnya merasa janggal, dia pun bergantian melirik meja tersebut dengan guru yang tengah menjelaskan pelajaran didepan sana.

Lama berpikir, hingga akhirnya dia memutuskan untuk memilih berani, Yuri mengangkat tangannya membuat pusat perhatian berganti menjadi kepadanya.

"Ya, Yuri ada apa?"

"Anu—, boleh saya izin beristirahat ke ruang kesehatan? Saya rasa, badan saya melemah." ujar Yuri, beralasan.

Guru itu terlihat berpikir, sebelum mengangguk ragu menyetujui permintaan Yuri, "Baiklah, tetapi sebaiknya kamu sungguhan sakit kalau tidak mau dihukum."

Yuri mengangguk, lalu dengan cepat keluar kelas. Padahal sebenarnya dia tidak sakit sama sekali.

Yuri tidak sanggup menahan rasa penasaran nya akan dimana keberadaan Minju, mengingat akhir-akhir ini gadis itu benar-benar sibuk.

Dan hari ini pun pertama kalinya bagi Minju berhadir ke sekolah setelah berkutat sibuk dengan urusannya.

Ada banyak hal yang ingin Yuri tanyakan pada Minju, semenjak kejadian dipersidangan itu mereka tidak pernah bertemu lagi.

Mulai dari nomor telepon yang tidak aktif lagi, sampai rumahnya yang kosong. Minju sekarang benar-benar misterius, sampai Yuri pusing sendiri harus kemana lagi mencari anak itu.

Tiba-tiba langkah Yuri terhenti, dipertigaan lorong dia mendengar suara isak tangis.

Walau diselimuti ketakutan, Yuri tetap melangkah mencari asal sumber suara. Rasa penasaran yang begitu kuat terkalahkan, hingga matanya membulat terkejut melihat pemandangan didepan sana.

Yuri berlari cepat kemudian langsung menjatuhkan diri kehadapan Minju.

"Minju?!" panggil Yuri panik.

Minju yang tak menyahut membuat Yuri menjadi semakin panik. Gadis itu kemudian menangkup wajah Minju, mendongak kan nya perlahan agar bisa ia tatap jelas.

Wajah itu memerah, dengan buliran air mata yang terus jatuh deras. Bibirnya juga luka mungkin digigit untuk meredam suara tangisnya.

Yuri terdiam, hatinya ikut sakit melihat Minju yang seperti ini. Ia pun segera membawa gadis itu kedalam dekapannya, mengusap punggung bergetar Minju.

"Tenanglah, aku disini." bisiknya.

***

Yuri mendorong segelas kopi pada Minju yang baru saja ia buat dalam toserba tadi.

Mereka memutuskan untuk izin pulang duluan, dengan alasan Minju yang sakit. Prosesnya berjalan lancar karena tampilan Minju memang tampak sangat kacau.

Sedari awal, Yuri tidak mau bertanya apa-apa karena Minju terus saja bungkam.

Selembar tisu Yuri berikan pada Minju yang kini tengah menatapnya bingung, karena ia sudah selesai menangis untuk apa tisu itu?

Yuri pun memegang bibirnya sendiri, "Itu, berdarah."

Nemesis : For Her Ft. Kim MinjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang