Epilog

588 61 18
                                    

Pada siapa akhirnya dia akan pergi, Minju baru tau.

Yang selalu datang pada saat yang tepat ketika kesedihan sedang menghampiri atau yang tak pernah pergi meski sempat dibuat kecewa.

Dan, yang ikut berjuang dengannya demi mencari setitik kebahagiaan.

Minju terus bertahan agar tak terkalahkan oleh waktu dan masalah. Untuk dia, yang ternyata seseorang yang terus berharap agar Minju bahagia meskipun dirinya terluka.

Dia, yang tidak pernah mengungkapkan bagaimana perasaan nya, padahal menyimpan sejuta kata untuk disampaikan pada Minju.

Dia yang selalu memperhatikan Minju.

Dia yang ternyata diam-diam menyimpan perasaan lebih pada Minju.

Semua itu baru Minju sadari kemarin ketika dia datang memayunginya ditengah hujan yang lebat dengan senyum manis diwajah.

Malam ini, Minju berdiri dibawah pohon untuk menunggu kedatangannya. Ditaman yang menyimpan salah satu kenangan mereka.

Minju tersenyum senang dengan sekotak hadiah yang sedari tadi ia genggam.

Diujung jalan sana dia terlihat, menggunakan mantel berwarna merah tua yang tebal, membungkus tubuhnya yang mungil hingga terlihat sangat imut.

Minju melambai, bertepatan dengan itu salju tahun ini pertama turun.

Hati Minju terasa damai, melihatnya yang berlari kecil menghampiri.

Semenjak awal mengenalnya Minju baru sadar akan sesuatu, bahwa dia selalu berusaha untuk Minju selalu merasa baik-baik saja.




/Bruk!

Tetapi mungkin, memang takdir Minju tidak dibuat untuk berakhir baik-baik saja.

Didepan sana, dia telah terbaring dengan aliran darah yang terus mengalir deras melalui tubuh.

Tidak jauh dari tubuhnya, mobil pengangkut barang terbalik membuat isinya berserakan dijalanan.

Minju terbelalak kaget, langsung berlari menghampiri nya dengan bibir yang bergetar menahan tangis, Minju mengangkat tubuh itu untuk direngkuh dalam pelukan.

Tangan Minju terangkat untuk mengusap aliran darah yang mengucur hebat diwajahnya.

"Hei! Aku mohon jangan tutup matamu." tangis Minju pecah begitu saja.

Akibat suara tabrakan yang nyaring kini tempat kejadian itu telah penuh dikerumuni banyak orang yang penasaran ada apa.

Minju terus mengusap wajah yang telah memucat itu dengan penuh kasih sayang, air matanya pun turut menetes membasahi wajah itu pula.

"Tunggu, tolong tahan sebentar."

Dia menggeleng, perlahan mencoba menggenggam tangan Minju sembari menguatkan diri untuk tersenyum.

"Terimakasih karena kamu sudah menyadari perasaan ku," ucapnya lemah.

"Dengan begitu saja sudah membuatku bahagia. Minju, kamu benar-benar berharga untuk ku." lanjutnya dengan susah payah sebab nafas yang tercekat akibat menahan rasa sakit.

Minju menggeleng, "Kamu lebih berharga bagiku, tolong bertahan. Aku mohon."

Dia tersenyum semakin lebar hingga menunjukkan giginya, "Aku menyayangimu." ucapan terakhir sebelum mata itu tertutup rapat.

Minju berteriak menangis sembari terus sibuk mengguncang-guncangkan tubuh itu agar kembali sadar.

Ketika ambulan datang dan memeriksa keadaannya, sang petugas menggeleng lemah tanda sudah tak ada harapan lagi untuk gadis itu bertahan.

Tangis Minju semakin pecah, memeluk erat tubuh tersebut yang semakin dingin nan pucat.

"Jangan tinggalkan aku, kumohon." Minju berbisik lemah.

Ditengah rasa sedihnya, Minju membuka kotak yang sudah ia siapkan semenjak malam kemarin, isinya berupa kalung.

Dengan tangan yang bergetar Minju memakaikan benda tersebut pada gadis itu. Kemudian dikecup dahi nya lembut, seraya berucap,

"Maafkan aku yang terlambat menyadari semua nya. Kamu, perasaanku dan takdir ini, tak akan pernah ku lupakan. Aku mencintaimu Jo Yuri." bisik Minju.




































/shock
Hahaha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nemesis : For Her Ft. Kim MinjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang