Four : A Reason

322 56 5
                                    

Chaewon baru saja pulang. Setelah tadi menawarkan air minum pada Minju, ia langsung menjauh pergi tanpa ingin mendengar ucapan terimakasih dari Minju.

Ia masih diliputi rasa kesal dengan kalimat Yujin padanya, atas dasar apa pula gadis itu meragukan kebaikan Chaewon.

Ya, dia tidak akan berlaku buruk jika tidak ada alasan.

"Apa aku seburuk itu?" monolognya.

"Hah, apa?" Tanya Yuri yang kebetulan juga baru sampai di rumah.

Chaewon tersentak kaget mendengar suara Yuri kemudian langsung menggeleng, memilih duduk untuk melepaskan sepatu. Yuri yang melihat kakaknya itu pun menatap curiga.

"Kak, kamu ada liat Minju?"

"Buat apa bertanya tentang dia padaku?"

"Seharian ini aku tidak melihatnya. Bibi bilang Minju hadir ke sekolah, kok."

Selesai dengan sepatunya, Chaewon berjalan masuk menggunakan sandal khas warung mereka tanpa berniat menanggapi perkataan Yuri.

"Kamu tidak melakukan hal yang aneh padanya, 'kan?" tanya Yuri.

Chaewon menghela nafasnya lelah, ia berbalik menatap Yuri dengan pandangan datar, "Jika terjadi hal buruk pada Minju, apa tersangka utamanya adalah aku? Memangnya kamu pikir aku seburuk apa? Salahkan saja aku terus!"

Setelah mengungkap kan kekesalannya, Chaewon menaiki tangga menuju kamarnya. Membanting pintu cukup keras hingga terdengar ke seluruh penjuru ruangan.

"Yuri! Kenapa lagi Chaewon?" tanya ibu menghampiri Yuri lalu setengah berbisik.

"Aku tidak tau."

Sepertinya Chaewon juga tidak perduli pada pelanggan yang sedang duduk belanja di warung. Orang-orang saling lempar pandang kebingungan, Yuri yang melihat itu hanya bisa tersenyum canggung kemudian membungkuk.

"Maafkan kami." ucap Yuri pada pelanggan.

***

"Aku pulang!"

Minju terkejut melihat keadaan warungnya yang penuh dengan pelanggan. Tidak biasanya, selama ini rekor pelanggan hanya sampai dua puluh orang per hari. Tapi yang ia lihat sekarang adalah lebih.

Kalau tahu begini, ia tidak akan berteriak tadi. Jadi merasa malu dengan tatapan orang-orang.

"Ibu! Banyak sekali orang diluar!" ujar Minju ketika memasuki dapur.

"Oh Minju? Syukurlah kamu sudah pulang, bisa tolong bantu ibu, tidak?"

Minju langsung saja menaruh tas nya di atas kulkas. Setelah mengikat rambut dan cuci tangan, Minju mulai membantu mengupas bawang yang tersedia dua wadah penuh di atas meja.

Pertama kalinya bagi Minju memegang alat dapur membuat ia tersenyum kecut. Bagaimana pun juga hal ini akan datang masanya, seribu kali Minju menolak untuk menjalani hidup seperti ini, tidak akan ada habisnya. Sia-sia saja.

Baru sepuluh bawang yang dikupas sudah membuat matanya perih. Dua puluh bawang berkaca-kaca dan tiga puluh bawang, Minju mendapatkan hasil air mata yang mengalir deras.

Ia, tidak sanggup.

"Ibu, boleh aku membantu yang lain saja?"

Ibu yang sedang sibuk memasak bumbu, menoleh pada Minju. Ia pun terdiam sebentar, merasa bingung tugas apa yang cocok untuk diberikan pada anaknya.

"Sayuran sudah ibu potong semua, sisa kerjaan hanya itu saja. Apa mau tukar sama ibu? Kamu ambil alih masakan."

Langsung saja Minju menggeleng, "Tidak-tidak. Aku akan mengurus ini saja."

Nemesis : For Her Ft. Kim MinjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang