Minggu telah tiba. Sudah sejak hari Jum'at Ella tiba disini. Menginap di rumah neneknya yang kebetulan berhadapan dengan rumah Sam.
Pesta ulang tahun Sam tlah usai. Seperti biasa, jika weekend mereka habiskan di rumah Sam, maka Sam akan mengantar Ella kembali ke rumahnya. Sebaliknya, jika weekend mereka habis di rumah Ella, maka Ella dengan setia menemani Sam menyetir pulang meski hanya lewat video call.
Udara kota Bandung pagi ini begitu cerah. Burung gereja terbang beramai-ramai, sayap merpati sesekali terbang rendah hampir menyentuh tanah.
Angin sepoi-sepoi menusuk kulit para pejalan kaki dengan lembut. Rambut mereka tak jarang menusuk mata karena tiupan angin.
"Cantik mau bakso kan?" Tawar Sam penuh perhatian. Ella dengan semangat mengangguk. Sam lalu segera memarkir mobil merahnya di suatu tempat pemberhentian. Mereka kemudian menyusuri jalanan dengan terus bergandengan tangan.
"Ga pengen yang lain, hm?" Tanya Sam di tengah jalan. Begitu banyak mobil berlalu lalang membuat Ella dan Sam kesulitan menyeberang. Ella menggeleng cepat.
"Bakso aja ya?" Tawarnya. Sam tersenyum. Matanya yang hitam itu hampir tak terlihat dan hanya membentuk lengkungan saking lebar senyumannya. Mereka lalu masuk ke dalam restoran kecil untuk memesan dua mangkok bakso.
"Sam." Panggil Ella setelah mereka duduk manis di bangku paling ujung.
"Apa cantik?" Sam sahut panggilan Ella sambil menggapai kedua tangan Ella lalu menggenggamnya. Ia tatap gadisnya lekat-lekat.
"Kak Tiara kemaren pulang sama siapa ya?" Tanya Ella penasaran. Ia balas genggaman tangan Sam.
"Ooh, sama cowonya kali," jawab Sam santai. "Cowonya kan satu tongkrongan sama aku dulu La." Sambungnya kemudian. Ella mengangguk mengerti.
Ella teringat Juna. Pria yang mengaku juga satu tongkrongan dengan Sam.
"Eh, kalau Juna adek kelas aku itu satu tongkrongan juga ya, sama kamu?" Tanya Ella kemudian.
Sam terkejut. Bagaimana Ella bisa bertemu dengan Juna? Bahkan sampai menceritakan hal yang tak penting seperti itu?
Ella sadar tatapan Sam berubah. Tak lagi hangat. Ah, apa Sam cemburu?
"Iya." Jawab Sam singkat. Ia tak lagi menatap Ella. Ia ambil sambal untuk di campurkan ke mangkok bakso yang sudah datang beberapa menit yang lalu dengan kasar.
"Kamu...." Kata Ella terputus.
"Kamu cemburu Sam?" Tanyanya kemudian. Sam menggeleng. Ia tetap tak memperhatikan Ella. Ella menarik napas panjang
Sam tak menyuruhnya makan. Hei, cemburuan sekali pacarnya ini? Perasaan, sebelum-sebelumnya, Sam tak sebegitu cemburu jika Ella membicarakan temannya yang lain?
"Ayo makan. Trus pulang." Ella takut. Alhasil ia hanya diam dan menurut.
★★★
"Hai ma! Aku pulang!" Teriak Ella di depan rumah.
"Pulang itu ngucap salam! Ketok pintu! Bukannya mal-" sambil mengomel, Kevin hampiri adik kecilnya. Ia berniat menjitak kepala Ella tapi ia urungkan ketika melihat Ella bersembunyi dibalik sesosok pria.
Ella terkekeh geli melihat kakaknya itu, mendengar kevin mengomel membuatnya yakin Kevin akan menjitak kepalanya kalau ia tidak berlindung di balik badan tegap Sam.
"Woi," ia keluar dari belakang Sam dan menggapai tangan Kevin untuk bersalaman, "ada Sam nih, masi inget ga lo?" Katanya tepat sejengkal di depan muka Kevin, ia berjinjit untuk mendapat kesan dramatis berbicara dengan kakaknya.
"Jauh lebih cakep daripada lo!" Ucapnya sinis lalu berjalan maju menabrak bahu Kevin.
"Dih! Durhaka lo bocil!" Teriaknya kepada Ella yang sudah jauh dari hadapannya. Kevin lalu mengarahkan pandangannya pada Sam yang dilihatnya terkekeh geli.
"Hai Sam, apa kabar?" Sapa Kevin santai sambil menepuk bahu Sam.
"Ayo masuk!" Tawarnya pada Sam. Sam mengangguk lalu mengikut di belakang Kevin.
"MAMA!!!" Teriakan Ella mungkin terdengar sampai rumah tetangga. Kencang dan memekakkan telinga.
"Berisik banget elah lo bocil! Diem dodol! Samperin, gausa teriak-teriak!"
"MAMA!!!" Teriak Ella lagi. Bahkan tambah keras. Kevin berdesis sambil menutup telinganya.
Sam terkekeh. Seandainya ini bukan rumah Ella, mungkin ia harus menjitak anak berisik itu.
"Duh!!! budeg tau gue denger suara lo! Kemaren gaada lo damai hidup gue!!!" Balas Kevin.
"Diem lo kutil kuda!" Teriak Ella lagi yang disambung dengan tawa-tawa kecilnya.
"Lo ga terganggu apa sama cewe lo? Lo hebat, ga meninggal dalam dua tahun terakhir ini." kekeh Kevin sambil menggeleng tidak percaya. Sam tergelak. Tapi tak membalas dengan ucapan. Stay calm dude!
"Apa maksud lo?! Ga meninggal dalam dua tahun? Dikira pacaran sama malaikat maut apa?!" Kevin yang sudah duduk di sofa ruang tamu di kejutkan dengan Ella yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
Gadis itu meletakkan telapak kakinya di paha Kevin yang menggantung. Ia tekuk hingga membentuk sudut siku-siku, lalu ia letakkan tangannya diatas sikunya sendiri. Kepalanya ia letakkan diatas telapak tangannya yang terbuka. Bertumpu pada paha Kevin. Ia tatap Kevin lekat-lekat.
"Dasar sad boy! Kasian banget sih, gapunya cewe bertahun-tahun." Kata Ella kemudian.
"Kamu mau minum apa?" Tanya Ella pada Sam. Ia sudah menjauhkan dirinya Kevin, kakaknya. 'terserah' kata Sam tanpa suara. Ella tersenyum simpul tanda mengerti.
"Ma, mau minum apa?" Lanjutnya ketika melihat mamanya keluar dari kamar menggunakan mukena. Tak muncul dari tadi, rupanya Nita, mamanya, baru selesai beribadah.
"Eh, ada Samuel, Ella nakal ga di Bogor kemaren?" Nita sama sekali tak mempedulikan pertanyaan anaknya. Ella yang tak terima bergegas ke arah mamanya, lalu berdiri tepat dihadapan Nita.
"Engga kok tan," balas Sam singkat sambil menoleh dan tersenyum ke arah Ella. Padahal tadi dia ngambek gara-gara bahas Juna. Batin Ella. Tapi sudahlah, Sam tak lagi cuek padanya saja sudah membuatnya sangat senang. Tak mungkin ia ingatkan pacarnya akan hal tak mengenakkan tadi.
Ella berjanji dalam hatinya, tak akan lagi Ella cerita tentang Juna pada Samuel.
"Ma, mama, mau, minum, apa?" Tanyanya sengaja di putus-putus.
"Mama teh aja sayang," balas Nita lembut tak terpengaruh dengan kehebohan anak terakhirnya. Ella putar bola matanya 360 derajat. Ia mendengus kesal. Tahan La, biasalah, emak-emak.
"Woi! Gue ga lo tawarin?" Teriak Kevin. dengan tegas, Ella hanya menjawab singkat,
"Males."
Mereka pun berbincang bersama. Tak heran Nita suka dengan Sam. Ia pria yang sopan dan mudah menyesuaikan. Hingga matahari tenggelam, tak kunjung usai pembahasan demi pembahasan dibahas mereka.
Hingga akhirnya, setelah selesai mereka makan malam di rumah Ella, Sam pamit untuk pulang, dengan alasan mempersiapkan kuliah keesokan harinya.
Ella antar Sam sampai ke depan rumah. Ia peluk Samuel-nya. Sam balas pelukan Ella. Ah, tapi tak sepenuhnya memeluk, hanya sekedar membalas.
"Nanti vc-an ya?" Pinta Ella. Sam menggeleng.
"Gausah ya," balasnya menunduk menatap gadis di pelukannya.
"Kamu tidur aja."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestrial
Teen FictionElla: kata Juna, jangan datang lagi, kalo lo mau ngulangin kesalahan yang sama lagi! Juna: kata Tiara, wanita itu bukan barang, yang kalo ternyata ga cocok di diri lo bisa lo tinggal dan ganti gitu aja! Tiara: kata sam, walaupun dia ngehianatin elo...