8. Kesalahan yang Sama

226 181 139
                                    

Tuing!

Ella terbangun mendengar bunyi notifikasi ponselnya. Pasti Nico udah sampe nih. Batin Ella. Dibukanya layar ponselnya, ia terkejut. Bukan Nico yang menghubunginya,

+62881****
heh tengil!
turun!
mau berangkat sama gue ga?
gue dibawah!

Ella yang masih mengumpulkan nyawa, berusaha berpikir dengan logis, Nico kenapa ganti nomer ya? Batinnya. Ia lalu melangkah ke jendela, betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa orang yang menghubunginya adalah Juna.

Ella✨
Tengil pala lo!
Dapet darimana nomer gue?
Otw,
gue mandi dulu!

+62881****
Buruan!
Jangan lupa ya save nomer gue!

Ella tersenyum melihat pesan dari Juna. Segera disimpannya nomor Juna, lalu ia bergegas mandi.

Tak menunggu lama, tanpa berdandan yang berlebihan, Ella turun. Diambilnya sarapannya, dimasukkan kedalam kotak bekal.

"Ma, nanti kalau Nico dateng, bilangin, aku udah berangkat duluan. Aku pamit ya ma," pamit Ella pada mamanya. Mama Ella hanya mengangguk menanggapinya. Dengan segera, Ella hampiri Juna.

Juna tersenyum, dilihatnya gadis cantik keluar dari rumahnya. Tidak diikat, rambut panjangnya dibiarkan tergerai menyapu angin. Hiasan pita kecil di kepala bagian kanannya membuatnya tampak sempurna. Seragamnya yang berlengan panjang, dengan rok sedikit di atas lutut memberikan kesan cantik di tubuh Ella.

Mereka pun bergegas ke sekolah. Juna menawarkan akan mengantar Ella pulang dari sekolah. Tetapi langsung Ella tolak. Setidaknya, ella akan izin terlebih dahulu pada Nico. Pikirnya.

Sesampainya di sekolah, Juna hendak mengantarkan Ella hingga ke depan kelas Ella. Akan tetapi, baru saja Ella dan Juna sampai di lapangan, dilihatnya dua pasang mata sedang memperhatikan mereka dari atas gedung. Juna sudah tau, pemilik kedua pasang mata tersebut. sial! Umpat Juna dalam hati.

Bagaimana mungkin, Erik dan Vina sedang 'bertengger' di koridor kelas menatap Ella dan Juna yang baru tiba di lapangan. Erik menatapnya sinis. Sedangkan Vina, menatapnya penuh kebingungan.

Sejak Erik memperingatkannya untuk tidak mendekati Ella, sejak itu pula ia tidak pernah mampir ke klub, tempat biasa Vina berada. Jadi, sudah di pastikan bahwa Vina tidak tahu-menahu tentang Juna. Berbeda dengan Nico yang tak pernah mau menatapnya bahkan bicara padanya. Bahkan, Juna hanya menawarkan rokok padanya saja tak di gubris.

Terangkat sebelah bibir Juna. Ia jelas tak peduli dengan respons apapun yang diberikan teman-temannya. Dirangkulnya pundak Ella.

"Gue anterin ampe kelas" bisik Juna di telinga Ella. Ia pun mengeluarkan 2 permen batangan yang ada di saku celananya. Yang satu ia makan, dan ia berikan permen satunya kepada gadis yang kini berada didalam rangkulannya. Ella melirik Juna sebentar.

"Sawan lo?" Tanya Ella heran. Juna terkekeh,

"Iya" bisiknya lagi.

Juna merasa dasi yang ia kenakan cukup mencekiknya. Ia longgarkan dasinya, lalu di lepas nya kancing seragamnya yang paling atas. Sambil mengemut permen, Tangan kirinya ia masukkan ke saku celananya, tangan kanannya ia gunakan untuk merangkul Ella.

SemestrialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang