"Oh, ini Nic, maksud lo? Barusan masuk nih, chatnya. Gapapa kok gue." Kata Sam. Tiara yang sedang duduk di samping tempat tidur Sam pun mencoba memahami apa yang terjadi.
"Engga kok, tenang aja. Ya udah, lo pulang sana. Jangan lupa makan biar ga sakit kaya gue. Bye." Kata Sam lagi sebelum menutup sambungan teleponnya yang Tiara duga dari Nico.
Pria itu langsung bersandar pasrah pada bantalnya. Kedua telapak tangannya ia letakkan di bawah kepalanya sebagai tambahan bantal. Ia lalu menatap pada gadis yang tadinya tengah menyuapkannya makanan.
Tiara melihat dengan jelas perubahan raut wajah Sam sebelum dan sesudah ia angkat telepon dari Nico. Ia dengan sangat jelas berusaha menutupi raut sedihnya. Raut kecewanya yang dalam. Apapun yang Nico katakan, tentu itu penyebabnya.
"Kenapa? Si Nico nelpon?" Tanyanya setelah menimbang-nimbang haruskah ia bertanya.
"Oh, engga, nanya kondisi gue doang." Jawab Sam berusaha meyakinkan meski tak menatap sang penanya.
"M-maksudnya?"
"Hahaha, engga... Cuma gara-gara tadi Ella ngechat gue minta putus," jelasnya kemudian membuat Tiara mengerutkan keningnya heran.
"M-maksud lo? Putus?" Sam tersenyum kecil sambil mengangguk.
"Kok bisa? Terus? Lo bilang apa ke Ella?"
"Ya... Gue biarin aja sih, lagian kasian dia, ya kali, Ra, gue harus maksa dia biar tetap di samping gue, trus gue tinggal mati?" Katanya sambil terkekeh seolah candaannya lucu.
Tiara sedikit terpancing emosi karenanya, "kamu ngomong apa sih?!" Katanya marah.
"Mungkin emang salah gue kali ya, ga cerita semuanya ke dia dari awal." Kata Sam lagi membuat Tiara mengingat kembali masa itu.
★★★
Flashback-
"Taruh mana nih bos?" Tanya pria berambut ikal itu. Pria itu tengah mengangkat box berisi serbuk-serbuk dalam plastik kecil.
"Simpen sini aja," perintah orang yang di sebut 'bos' tersebut. Pria ikal itu mengangguk lalu mengikuti arahan bosnya.
Pria itu kemudian pergi meninggalkan bos itu sendirian. Lalu tiba-tiba,
Drrrtt...drrttt...
Telepon dari seseorang.
"Halo?" Tanya pria di seberang.
"Hm?" Balasnya,
"Sam?" Tanya pria itu lagi.
Si bos menjawab. "Apaan anjrit?"
"Lo dimana?" Tanyanya lagi. Sam berdecak kesal. Pasti orang tuanya yang bertanya pada orang itu dimana keberadaan Sam. Dimatikannya sambungan telepon itu.
Lalu, dibongkarnya box itu. Dibuka plastik berisikan narkotika tersebut. Dihirupnya benda itu. Cukup banyak, hingga ia kehilangan kesadaran. Sam jelas sedang frustasi.
Ia tau ia salah. Tapi ya, sudah terlanjur. Ia ambruk. Raganya serasa melayang. Pikirannya yang tak keruan itu hilang sesaat. Tak lama kemudian ia terjatuh. Hingga terdengar deru mesin motor Nico.
Nico hampiri pria yang tadi ia telepon. Betapa terkejutnya ia ketika melihat si bos terbaring lemah di samping kotak berisi benda-benda haram itu. Di teleponnya Erik.
Tak lama setelah itu erik datang dari klub bersama gerombolan teman se tongkrongan mereka.
"Tiara mana?" Tanya pria yang terbaring lemah itu. Tiara menyahut. Yang tadinya ia berada di belakang bersama Vina, ia maju ke paling depan, ke samping Nico.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestrial
Teen FictionElla: kata Juna, jangan datang lagi, kalo lo mau ngulangin kesalahan yang sama lagi! Juna: kata Tiara, wanita itu bukan barang, yang kalo ternyata ga cocok di diri lo bisa lo tinggal dan ganti gitu aja! Tiara: kata sam, walaupun dia ngehianatin elo...