SEBAGIAN CHAPTER SEDANG DI REVISI.
Juna tersenyum melihat Ella mendumel kesal. Dengan kaki diangkat sebelah, dan kedua tangan memegang telinga membuat Ella terlihat persis seperti murid sekolah dasar.
"Yang lain, boleh masuk kelas sekarang!"
Juna dan teman-temannya tertawa heboh. Betapa senangnya ketika seharusnya mereka dihukum, lalu dalam sekejap hukuman itu sirna.
Juna lihat Ella kembali, gadis itu tengah membelalakkan matanya tak percaya. Ah, dengan wajah tak terkontrol seperti itu pun Ella terlihat sangat menarik di mata Juna. Imut. Pikirnya.
Ia tersenyum ke arah gadis yang tengah memperhatikannya tersebut. Ia ucapkan semangat tanpa suara. Tangannya terkepal ke udara. Kemudian, setelah Ella salah tingkah, Ia kedipkan sebelah matanya. Barulah ia pergi menuju kelasnya dengan tanpa merasa berdosa membuat jantung Ella berdebar tak keruan.
Ia sengaja menggoda Ella. Entahlah, ada kesenangan tersendiri dalam diri Juna melihat gadis itu tersipu karena ulahnya.
Nico yang juga tengah menjalankan hukuman di samping Ella melihat aksi keduanya. Bagaimana Juna menggoda Ella, dan bagaimana Ella menatap Juna penuh kekaguman. Tatapan yang sepertinya tak pernah ia beri untuk Nico.
"Gila dah tu bocah! damagenya ga maen-maen!" Kata Ella tiba-tiba.
"Siapa anjir?" Sahut Fatur kebingungan.
"Juna." Balas Ella santai. Nico memutar kedua bola matanya malas. Lemah sekali sahabatnya ini! Tak pernah tahan akan cogan. Nico berdecak.
"Lo udah punya pacar. Inget." Katanya kemudian.
"Eh, anjir kok lo bisa kenal Juna La?" Fatur yang terkejut mendengar jawaban Ella pun bertanya tanpa menghiraukan ucapan Nico.
"Ga,ga,ga! gabisa! Lo kan udah punya pacar La!" Sambung Erik yang juga tidak setuju dengan Ella.
"Iya anjir, jangan Juna La!" Kata Fatur kemudian.
"Ho'oh! Ntar Nico lo kemanain?" Sambung Erik sambil terkekeh meledek Nico. Tanpa menunggu lama, Nico tepuk punggung Erik sedikit keras, membuatnya mengaduh kesakitan.
"Ekhem!" Deham Bu Diah. Ia sudah berdiri di depan keempat murid nakalnya. Tangannya ia silangkan ke pinggang. Kacamatanya ia kenakan turun, sedikit melorot dari tempat seharusnya. Dengan dagu yang ia tinggikan, ia bicara.
"Siapa suruh ngobrol?"
Seketika tiga siswa dan satu siswi tersebut diam tak berkutik.
"Mau di tambah ya? Hukumannya?" Tanya Bu Diah kemudian membuat Ella menggeleng cepat.
"Engga Bu!" Kata Nico.
"Diem makanya. Ga usah ngobrol." Kata Bu Diah disusul anggukan dari Erik, fatur, Nico, dan juga Ella.
Setelah Bu Diah pergi, mereka dengan santainya menurunkan kaki yang mereka angkat. Lelah. Menahan berat badan menggunakan satu kaki sungguh menguji keseimbangan dan menguji kekuatan.
Sayangnya, keempat siswa kelas akhir ini tidak cukup kuat menahan beban diri masing-masing sampai istirahat tiba.
"Nic, La, nanti ya, jangan lupa pulang sekolah ngumpul di tempat biasa." Kata Erik.
"Tawuran smaa anak mana?" Tanya Ella langsung sadar akan perintah tak jelas Erik.
"Sama anak STM. Lo gausah ikut. Ntar lo pulang bareng Vina ya, dia yang bawa motor gue." Kata Erik menjelaskan. Ella mengangguk mengerti. Pacar Erik yang satu itu adalah sahabatnya sejak mereka duduk di bangku SMP. Meskipun sekarang mereka tak terlalu akrab, sesekali masih sering bersenda gurau. Ah, terutama jika berkumpul bersama Nico dan Erik. Sudah persis seperti empat serangkai. Okei, ga masalah Batin Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestrial
Teen FictionElla: kata Juna, jangan datang lagi, kalo lo mau ngulangin kesalahan yang sama lagi! Juna: kata Tiara, wanita itu bukan barang, yang kalo ternyata ga cocok di diri lo bisa lo tinggal dan ganti gitu aja! Tiara: kata sam, walaupun dia ngehianatin elo...