Bar

191 27 6
                                    

Matanya selalu menatap jam tangan dan papan tulis secara bergantian. Pelajaran sejarah ini sungguh membosankan, kenapa harus diungkit-ungkit lagi sih? ia lalu menghela nafasnya dengan tidak santai dan membuat seseorang yang duduk disampingnya jadi terheran-heran.

"Jay, nanti malem ke warung kopi kuy"

"Lagi kering nih kantong gue"

Leo mengkerutkan keningnya heran "heh! Kemarin gue lihat kain perca Lo dari chanel pas buat kerajinan ya"

Jay menggaruk tengkuknya, kemudian terkekeh samar "Sama sunghoon aja deh"

"Es banget tuh orang"

"Jake?"

"Jujur asik, cuman baru sebentar minta pulang gara-gara mau belajar njing"

"Pokoknya gue gak mau, males" Jay berdiri karena tak terasa guru sudah mengakhiri pelajarannya.

"Ishhh" Tak lupa Leo langsung mengikuti Jay yang sudah lebih dulu keluar kelas untuk istirahat tentunya.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin. Raut wajah Leo masih masam sedangkan Jay tidak peduli, beberapa menit lagi Leo pasti ngoceh dan kembali seperti semula.

"Aduh" Leo meringis, pasalnya ada suatu benda yang membuatnya tersandung.

Kekehan menawan langsung terdengar, sialnya lagi Mereka sudah berada di kantin dan otomatis orang-orang yang ada disana sontak tertawa. Jay tentu terkejut dan langsung membantu Leo.

"Eh tuan putri, asem amat tuh muka"

Iya tuan putri, karena beberapa kali ia memergoki Leo memiliki benda berwarna pink, serta alat kosmetik di tasnya. Leo langsung berdiri dan menatap sengit kakak kelasnya yang merangkap sebagai rivalnya disekolah, alias yeonjun.

"belum cukup lebam di wajah Lo hah!" Sekali lagi, lebam itu cuman perkara Yeonjun mengolok Leo gara-gara benda-benda pinknya.

"Iya nih sebelah kanan pipi gue belum" sambil menunjuk sebelah kanan pipinya.

Leo sudah ancang-ancang namun kerah belakangnya ditarik Jay menjauh, alhasil pukulan-pukulan itu hanya mendarat di udara, kemudian Jay menyuruhnya untuk duduk di salah satu meja kantin.

"Udah, bosen gue lihat Lo berantem Mulu, mana belum setahun lagi"

Leo tidak merespon, ia masih mendengus kesal dan menatap sengit Yeonjun serta antek-anteknya yang mulai pergi dari kantin.





Umpatan demi umpatan keluar dari mulut Leo, pasalnya partner gamenya sangat payah dalam bermain. Wajahnya sangat fokus, sebelum dering telepon masuk mengganggu konsentrasinya.

"Sialan" ia langsung menekan tombol warna hijau di smartphonenya.

"Kenapa hah?"

"Ngopi kuy, gabut gue"

Wajah Leo berubah menjadi datar "bangke, bukannya tadi Lo gak mau"

"Kan tadi, sekarang enggak, otw ke rumah Lo gue sekarang"

Sambungan telepon langsung tertutup alias dimatiin sama yang diseberang. Leo mengedikkan bahu tidak peduli dan memutuskan untuk keluar kamar, kemudian menghampiri sang mama. Di ruang tamu, mamanya sedang menonton televisi, biasa sinetron.

"Ma"

Mamanya hanya membalas deheman, terlalu fokus menonton.

"Leo mau pergi"

"Hah! kemana?" Sambil berteriak.

"Santai dong ma, cuma ngopi sama Jay"

Mamanya mengangguk mengerti "Jay Mulu perasaan"

Leo yang sedang memakai sepatu diam sejenak, iya juga ya batinnya. Namun dia tidak peduli dan melanjutkan memakai sepatu.

"Yaudah Leo pamit"

"Inget maksimal pulang jam berapa sayang?"

"Sepuluh ma"

Setelah percakapan panjang antara Leo dengan sang mama, ia langsung keluar rumah dan pas Jay juga sudah sampai.

"Labil banget sih lo" sambil menaiki jok belakang vespa Jay.

"Dih, gue ngajaknya ke bar"

Leo mengkerutkan keningnya "Sejak kapan Lo ke bar"

"Pernah Di ajak kelas sebelah"

Leo hanya mengangguk, Jay memang memiliki banyak teman, jiwa sosialisasi nya bisa diacungi jempol. Bisa diajak di segala macam kondisi juga. Sebelum ke bar ada adu cek-cok  antara Leo dan Jay. Leo yang khawatir karena mereka masih dibawah umur sedangkan Jay yang terus menghasut Leo.

"Yaudahlah sekali-kali kalo gitu" final Leo. Jay tentu saja langsung tancap gas.

Sampai di bar, Leo bingung cara masuknya gimana. Badan sih keker tapi Muka-muka mereka kan masih cute gitu, pasti ditanya identitas dulu.

"Cara masuknya gimana sat?"

"Santai ikutin gue" Leo menurut dan mengikuti Jay menuju rombongan laki-laki paruh baya yang ingin masuk ke bar.

Kamuflase ceritanya.

Dan Yap mereka lolos, Leo menatap sekeliling. Alunan musik yang sangat keras, bau bau yang sangat kuat. Tentu saja ada juga wanita berbaju minim. Leo mengikuti langkah Jay ke kursi bartender. Saat mereka duduk dan Leo tertegun saat Jay mulai memesan minuman.

"Kopi biasa yang manis dua mas" Iya memang di bar ini juga menyediakan beberapa varian rasa kopi. Tapi Leo cengo, jika hanya memesan kopi seperti tujuan awal, lalu kenapa mereka ada disini!

"Kenapa Lo ajak gue kesini kalo ujung-ujungnya sama kayak tujuan awal"

"Ya biar adu nyali dikit lah"

Leo memutar bola matanya malas "terserah! gue ke toilet dulu kalo gitu" Dan hanya dibalas dua jempol oleh Jay.

Sumpah Leo ngerasa bego sekarang, kenapa dia sampai lupa tanya toilet ke mas mas bertender tadi. Tapi tenang, Leo Nemu kok toiletnya cuman ngabisin Sampai 15 menit.

Di kerumunan Leo diseret seorang perempuan menuju tengah, ya apalagi kalo bukan diajak nari. Perempuan itu selalu menggandeng tangan Leo mengajaknya menari, sungguh dia risih. Tapi musiknya enak juga sih jadi Leo hanya menggerakkan sedikit demi sedikit tubuhnya saja, maklum jiwa-jiwa dance.

Namun baru saja Leo mengikuti alunan musik, telinganya tiba-tiba ditarik oleh seseorang dan perempuan itu hanya melambai-lambaikan tangannya serta memberi colekan sedikit didagu Leo sebagai penutup.

"Aa-aaaa" sambil menepuk-nepuk tangan yang sudah menarik kupingnya.

"Leo, Lo gila ya, Ngapain ke bar? Masih kelas satu SMA lagi"

Leo membulatkan matanya ketika ada salah satu kakak kelasnya disekolah.

"Eh kak Mark anu ee-oh ya kak Mark juga ngapain disini?"

"Nemenin anak yang punya bar, lagian cuman ambil barang kok, habis ini langsung keluar"

Leo menggaruk tengkuknya "o-oh"

"Yuk cabut Mark, kunci mobil gue udah ke- eh elo"

Mampus! Leo langsung memalingkan wajahnya, oh rivalnya anak yang punya bar batinnya. Leo punya perasaan tidak enak sehabis ini.

Yeonjun tersenyum miring "ikut gue atau gue laporin ke pihak sekolah?"

Leo hanya diam serta mengepalkan tangannya, sedangkan matanya menatap Mark berusaha meminta bantuan.

"Di peringatin du-"

"Diem Mark! kalo Sampek diparkiran Lo gak ngikutin gue, yaudah sih ya"

Brother (Yeonjun&Leo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang