Luka

147 17 4
                                    

Atas laporan hilangnya Yeonjun dan Leo, murid-murid maupun pembina tidak bisa melakukan apapun, karena tidak diperbolehkan mencari ke dalam hutan oleh para penjaga hutan tersebut, melarangnya karena memang hutan itu terdapat banyak sekali babi hutan jika di malam hari. Mencari disekitarnya pun sudah nihil, jadi murid-murid beserta pembina disuruh oleh penjaga hutan agar beristirahat saja, biar para penjaga yang mencarinya.

Dilain tempat, Yeonjun mendengar burung mulai berkicauan dan matanya mulai terbuka. Masih gelap, tapi Yeonjun yakin ini sudah pagi, mungkin sekitar jam tiga atau empat. Yeonjun melihat benda berkilau di samping Leo, ternyata itu HP milik si curut ini. Yeonjun mengambilnya, namun tidak berfungsi alias baterainya habis.

Dibawah, Yeonjun cukup mendengar jelas suara kentongan dari beberapa orang disana, serta cahaya-cahaya senter dari sana.

"Pak! Pak! Saya disini"

"Daniel? Leo?"

"Iya pak, itu saya!"

Yeonjun melihat orang-orang itu mengusir para babi hutan, sedangkan Yeonjun memanfaatkan waktu tersebut untuk membangunkan Leo.

"Leo bangun" sambil menepuk-nepuk pelan pipi yang lebih muda.

"Hisshh apasih! Masih ngantuk ma~" dengan nada manjanya, Yeonjun kaget, kenapa orang ini bisa tidur nyenyak disini!

"Woy kita dihutan, cepet bangun atau tuh babi hutan bakal nyamperin lo lagi"

Leo bangun kelakaban, sambil nempel-nempel ke Yeonjun. Yeonjun cuman noyor pelan kepala Leo supaya menjauh, soalnya dia mau turun duluan.

"Mau kemana?"

"Turunlah"

Leo auto ikutan turun dan kaget, soalnya dibawah ternyata ada orang yang cukup banyak "eh siapa?" Bisiknya ke Yeonjun.

"Orang yang disuruh cari kita mungkin, soalnya tau nama kita"

Dan itu benar. Sampai di area tenda mereka berdua langsung diserbu sama teman masing-masing.

"Lo dari mana aja gan" Jay sambil merangkul Leo.

"Tau tuh" Samuel yang sudah berkacak pinggang.

Leo melihat dari jauh, Lucas yang lagi drama meluk Yeonjun sambil nangis, sama Mark yang terus ngusap punggung Yeonjun, yang ditangisi cuman diam aja dari tadi dan pasrah.

Yang bikin kaget lagi, mama Leo tiba-tiba ada disana. Leo langsung menatap Jay yang lagi nyengir. "Sorry, kemarin nyokap lo nelfon gue, yaudah gue kasih tau kalo lo ilang"

"Leo! Kamu gak papakan nak? Kita pulang aja ya" dengan muka sok ngenesnya Leo mengangguk, sudah tidak betah juga lama-lama disini, mau bilang makasihlah pokoknya sama Jay. Bodo amatlah sama pertunjukannya.

Yeonjun yang melihat ada mamanya Leo disana, jadi makin merasa bersalah, soalnya dia pernah janji jagain Leo. Mama Leo mulai berjalan ke arah Yeonjun, yang dihampiri sudah pasrah jika kena marah.

"Yeonjun kamu gak papa" kata mama pelan.

Yeonjun mengangguk "maaf, saya gak bisa jaga Leo"

"It's ok, kamu gak harus selalu jagain Leo, tapi kalian yang harus jaga satu sama lain, jangan nyalahin diri sendiri oke" Yeonjun tersenyum lalu mengangguk mengerti.

"Pulang sama tante dan Leo ya?"

Yeonjun menggeleng "saya masih harus jadi pengurus disini"

Senyum mama meluntur "yaudah, nanti kalau ada apa-apa langsung telfon Tante atau ayah oke" sambil menaruh kartu nama ditangan Yeonjun, sedangkan Yeonjun hanya mengangguk.

Yeonjun menatap Leo dan mamanya mulai pamit ke panitia, kemudian mulai pergi dengan mobilnya. Mark serta Lucas menghampiri Yeonjun yang sempat memberi ruang agar Yeonjun dan mama Leo bisa berbicara.

"Kok lo gak ikutan?" Yeonjun cuma menggeleng.

"Wajah lo pucet Niel" Mark mulai menyadari itu, Yeonjun hanya acuh tak acuh, kemudian berbalik untuk menuju tendanya. Namun baru selangkah, kakinya mulai terasa perih, celana hitamnya mengalihkan darah yang terus merembes di kaki Yeonjun.

"Arghh" ringisnya, setelah itu Yeonjun pingsan.

Keesokan harinya, Leo sedang ketawa-ketawa ketika mendengar keluhan Jay saat ditelefon. Pertama, karena pemanasan disana harus merayap dilumpur, tapi yang laki-laki ketambahan squat jump. Yang kedua katanya kalau tidak mau melakukan maka akan dikeluarkan dari club' dance, ini mah namanya bukan rekreasi dan masih banyak lagi keluhan lainnya.

"Keadaan bang Daniel gimana tuh bro"

"Hah? Bukannya masih disana?"

"Congormu, kemarin dia pingsan sama kakinya luka lebar banget"

"Ko-kok bisa, perasaan baik-baik aja kemarin"

"Ah gak tau lah, jenguk aja sendiri di rumah sakit Arunika, gue mau latihan dulu bye"

Sambungan langsung terputus, Leo mengerutkan keningnya sedari tadi merasa khawatir, kok bisa sih? Akhirnya tanpa berpikir lagi dia langsung tancap gas ke rumah sakit yang dimaksud Jay.

Leo mulai menyusuri koridor setelah mengetahui ruang Yeonjun dari hasil tanya resepsionis. Tapi, sebelum sampai ruangannya, Leo melihat tubuh mirip Yeonjun beserta baju RSnya sedang berdiri disebuah kaca etalase cukup besar. Leo langsung mendekatinya, dia tidak langsung menyapa, tapi melihat dulu siapa orang yang dibalik kaca tersebut. Seorang perempuan yang sepertinya umurnya tidak jauh dengan mereka yang tengah berbaring dengan alat medis yang cukup banyak.

Belum sempat Leo menyapa, Yeonjun sudah berbalik dengan raut wajah yang sulit dibaca oleh Leo. Tapi sebelum Leo berbicara, Yeonjun lebih dulu menyandarkan kepalanya ke bahu yang lebih muda.

"Bang Yeonjun? Gak papa kan?"

Yeonjun hanya diam, tapi lama-kelamaan bahunya mulai bergetar.




Setelah kejadian tadi, mereka berdua jadi canggung. Dengan latar mereka yang sekarang berada di kantin rumah sakit. Yeonjun yang sedang makan roti sedangkan Leo yang hanya memesan jus jeruk.

"Khem, jaket lo Masih ada di gue"

Yeonjun yang lagi makan santuy diseberang Leo, cuman ngangguk seadanya.

"Kok gak cerita"

"Soal?" Sambil menelan rotinya.

"Kaki lo"

"Cuman robek dikit"

"Apaan! Kata Jay lebar, terus soal rumah sakit juga"

Yeonjun memberhentikan kunyahannya "kenapa sih hm? Khawatir?"

"Gue nanya beneran bangke!"

Yeonjun tertawa "tadi lo manggil gue bang Yeonjun, duh gemes banget sih, Udah akur juga nih ya berarti"

Leo memutar bola matanya malas, pengen muntah "dasar cengeng, lagian nama Daniel terlalu keren buat Lo yang b aja"

Yeonjun diskakmat, lagian dia bodoh banget sih nangis di depan nih bocah. Namun tak lama kemudian ada nada dering disaku celana Yeonjun.

"Halo?"

"Putus? Yaudah kita putus" Yeonjun langsung menutup teleponnya dan melanjutkan memakan rotinya. Leo cuman cengo dengan percakapan  orang didepannya ini, Leo bisa menyimpulkan, mungkin yang di balik kaca tadi adalah

His love, right?
















Brother (Yeonjun&Leo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang