Jauh

144 19 6
                                    

Seperti yang kalian ketahui, Leo sudah tinggal dirumahnya sendiri dan  mungkin dua Minggu lebih dia tidak bertemu dengan rivalnya itu diluar maupun di sekolah. Pasalnya orang itu fokus dengan bimbel serta tetekbengek ujian kelulusannya. Leo sih santai, soalnya masih ada dua bulan sebelum ujian.

"Prewednya mama enaknya pakai tema apa ya? coba kamu pilihin deh" Leo terkejut, mamanya tiba-tiba nyamperin dia di sofa secara tiba-tiba.

"Mafia aja" celetuk Leo yang masih fokus sama handphone nya, keren gak sih? Soalnya Leo suka film-film kayak gitu akhir-akhir ini.

"Kamu jadi sandranya ya?"

"Dih, kok Leo, anak calon suami mama aja tuh cocok"

Mamanya tertawa "kalian berdua aja gimana?"

"Udah ah, kok jadi Leo sama bang Yeonjun, yang prewed siapa coba?" Mamanya makin tertawa lebar.

"Lagian Mama mau nikah kapan emangnya?"

"Setelah Yeonjun lulus"

Leo hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Beberapa menit kemudian ada suara suara bel pintu rumahnya, mama Leo langsung menghampiri dan membukanya "eh Yeonjun"

Kepala Leo langsung noleh ke pintu ketika sudah tahu siapa yang datang. Disana Yeonjun langsung membungkukkan badannya "Halo Tante, makin cantik aja mau hari H"

Mama Leo tertawa ringan "masih lama ah, oh ya masuk dulu"

"Gak usah tante, saya mau ngajak Leo pilih-pilih undangan, kata ayah terserah saya, soalnya ayah masih sibuk, nah biar lebih adil, saya mau ngajak Leo"

"Gak mau" ucap Leo cepet.

Mama langsung menghampiri Leo dan mencubit main-main telinga anak semata wayangnya itu "i-iya ma~ Leo ikut nih" sambil berdiri menghampiri Yeonjun.

Yeonjun tersenyum kemenangan dan pamit, kemudian merangkul pundak Leo, terkesan menyeretnya. Leo sih padahal malu-malu tapi mau, soalnya rada asem sih kalau gak ketemu Yeonjun, gak ada yang dimarahin rasanya. Yeonjun pun gitu, kayak gatel pengen jahilin Leo terus.

Sampai dimobil, muka Leo masih asem "lo cari muka sama nyokap gue banget sih"

Yeonjun terkekeh, kemudian agak mendekatkan mukanya kearah Leo "terus, lo mau muka gue didepan lo kayak gimana hm"

Kantong kresek dong, Leo rasanya pengen muntah. Tapi dia tutupin dengan hanya memutar bola matanya malas "dah jalan"

Yeonjun hanya mendengus dan melanjutkan perjalanannya, dengan Yeonjun yang terus melontarkan tebak-tebakan garingnya, sedangkan Leo membalas dengan kata pedasnya alias udah emosi. Tak lama mereka sampai dipercetakan undangan yang cukup terkenal di kotanya.

Mereka berdua langsung masuk dan disuguhi dengan  bermacam-macam pajangan cetak undangan dari yang mewah banget sampai yang standard. Seorang pegawai perempuan mulai mendekati mereka berdua.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

"Duh, saya bingung mbak mau pilih yang mana" Yeonjun sudah pusing, pantas saja ayahnya ogah. Mau pilih yang ini tapi disana masih ada yang bagus lagi dan begitu seterusnya.

"Eeee, Kalau buat mas-mas ini sih-"

"Ey ey ey! Bukan buat saya mbak" Leo langsung menyahut. Yeonjun cuman mengedikkan bahunya dan melihat dengan teliti undangan-undangannya.

"O-oh, gini aja masnya mau yang versi mewah, menengah atau standar aja?"

"Mewah" "menengah" jawab Yeonjun dan Leo bersamaan.

"Yang ngehadirin keluarga deket doang, jadi harus mewah"

Yang lebih muda tak terima "ujung-ujungnya juga dibuang, menengah aja mbak biar gak standar-standar banget kayak muka dia"

Brother (Yeonjun&Leo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang