[1] First Love

90.7K 4.7K 88
                                    

Detik itu, aku menyatakan bahwa aku tertarik pada mahakarya Tuhan yang menolak kehadiranku.

--


"A, B, D, A, A, C, B, B, C, D, A" Aku bergumam pada diriku sendiri. Hanya suara jarum jam yang berdenting disertai hembusan angin buatan dari AC yang membelai kulitku. Tanganku dengan lincah bergerak di atas kertas, menggores dan menodai kertas tersebut dengan tinta pen yang sedikit macet. Mengingat besok adalah hari pengumpulan terakhir tugas matematika yang sudah diberikan sejak dua minggu lalu, aku semakin bersemangat mengumpulkan nyawaku bangun pukul 3 subuh untuk mengerjakan tugas tersebut. Tidak susah sebenarnya, bermodalkan foto berisi abjad A-D dengan kemampuan menulis, semuanya bisa diselesaikan dengan mudah.

Copy

Paste

Excellent.

Tidak biasanya aku malas mengerjakan tugas seperti ini, mengingat aku adalah anak teladan di kelas. Entahlah, sesekali aku merasa harus malas. Teman-temanku sering bermalas-malasan dan aku merasa harus melakukannya setidaknya sekali saja dalam hidupku. Tebak apa, rasanya menyenangkan dan bikin nagih.

Mungkin aku harus lebih sering seperti ini. Aku teringat ucapan Yeon-mi, sahabat gilaku yang cita-citanya mengalahkan kecantikan Kylie Jenner itu mengatakan "Makanya, jadi orang jangan rajin. Biar rambut gak cepat beruban, kulit gak cepat keriput, intinya hidup itu dibawa santai. Gak usah sok-sok komando diri A-B-A-B, ujung-ujungnya jalan gak lurus malah zigzag. Kan pusing.". Entah dari mana dia mendapatkan pencerahan tentang kata-kata seperti itu. Bibirku membentuk seulas senyum mengingat sahabatku yang pastinya masih tidur sekarang.

Aku menutup buku latihanku setelah selesai menyalin dan merenggangkan tubuhku. Kubuka sedikit gorden di kamarku yang berwarna coklat tua, mentari tanpa rasa malu telah menampakkan dirinya. Aku menghela nafas singkat dan mengambil handuk dari ujung ruangan, bersiap melakukan ritual mandi.

"Young-ji!!"

Kudengar teriakan membahana yang sumber suaranya berasal dari bawah. Suara khas mama mengisi indera pendengaranku.

"Ya, Ma?" Jawabku sama kerasnya.

"Cepat mandi! Hari ini mama mau ke salon sama Tante Lee."

"Iya.. Iya. Bentar lagi turun"

Tepat bulan lalu, aku baru tahu bahwa mama ternyata bersahabat baik dengan Tante Lee. Tante Lee sendiri adalah mama dari teman sepupuku. Berhubung aku adalah anak tunggal, aku sangat disayang dalam keluarga dan akrab dengan hampir semua sepupuku, kecuali satu yang tinggal di Kanada. Aku hampir tidak pernah bertemu dengannya, padahal usia kami hanya terpaut dua tahun kalau aku tidak salah ingat. Ah ya! Aku harus cepat.

Aku segera memasuki kamar mandi dan melakukan ritualku.

--

"Mama udah siapin makanan kesukaanmu" ujar Mama dengan senyum cerahnya.

Aku menyadari meja makan yang memiliki satu tempat kosong, posisi yang seharusnya ditempati papa. Tetapi aku tahu papa sangat sibuk, antara dia berangkat lebih awal atau dia tidak pulang sama sekali karena ada kegiatan di kantor. Entahlah, aku sudah terbiasa dan tidak apa-apa dengan ketidakhadirannya.

Dan aku mencium bau kebohonganku sendiri.

"Iya, Ma. Mama jam berapa ke salon?" tanyaku.

"Setengah jam lagi. Habis Tante Lee siap. Mau titip apa?"

"Ehm.. Tidak ada." Aku menjawab sambil menyantap makananku yang masih hangat dan lezat. Firasatku mulai tidak enak ketika mama menatapku dengan senyum penuh arti. Pasti mama akan melontarkan pertanyaan itu lagi.

BAD BOY FAVORS ME ( Sudah Terbit, Ready Stock Di Shopee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang